Australia Meneliti Air Limbah untuk Mendeteksi Virus Korona
Para ilmuwan terus mengembangkan cara untuk mendeteksi keberadaan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Caranya, tak hanya dengan memeriksa antibodi, tetapi juga menganalisis kondisi lingkungan sekitar.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
SYDNEY, KAMIS — Para peneliti dari Australia akan melakukan pengujian air limbah sekala besar untuk mendeteksi keberadaan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 dalam beberapa minggu ke depan, Kamis (16/4/2020). Studi ini akan membantu mengidentifikasi masyarakat yang berisiko terinfeksi.
Studi itu merupakan pengembangan dari studi percontohan sebelumnya yang dilakukan oleh lembaga ilmu pengetahuan nasional CSIRO dan University of Queensland di Queensland. Studi di Queensland tersebut akan dipakai sebagai dasar untuk mengembangkan sistem surveilans yang menurut para peneliti bisa membantu pemerintah saat melonggarkan kebijakan pembatasan sosial.
Proyek penelitian berskala besar ini nantinya akan memanfaatkan sistem yang sudah ada yang selama ini digunakan lembaga penegak hukum untuk mengawasi air limbah yang mencakup 75 persen populasi untuk mendeteksi keberadaan obat-obatan terlarang di Australia.
Dalam penelitian percontohan di Queensland, para ilmuwan bisa mendeteksi fragmen genetik dari virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 dalam air limbah yang belum diolah dari dua pabrik pengolah air limbah.
CSIRO menyebutkan, jika diterapkan dalam skala yang lebih luas, sampel air limbah akan dapat mendeteksi perkiraan jumlah orang yang terinfeksi di suatu wilayah tertentu tanpa perlu melakukan pemeriksaan terhadap orang-orang di area itu. Saat ini, Australia melakukan ribuan pemeriksaan menggunakan tes konvensional.
Direktur Ilmu Tanah dan Air SCIRO Paul Bertsch mengatakan, proyek penelitian ini dapat membantu pemerintah melonggarkan kebijakan pembatasan sosial dengan fokus pada area tertentu saja yang warganya banyak terinfeksi.
”Saya melihat ini sebagai alat surveilans yang penting ketika melonggarkan pembatasan,” ujar Bertsch. ”Ketika kebijakan pemerintah kian longgar mereka perlu terus memonitor dan merespons wabah.”
Saat ini, Australia menutup restoran, bar, dan toko-toko untuk menekan penyebaran Covid-19. Aktivitas di luar rumah ”yang tidak perlu” atau berkerumun di tempat publik lebih dari dua orang dilarang. Mereka yang melanggarnya terancam denda dan pidana penjara.
Kebijakan ketat itu telah membantu memperlambat penyebaran Covid-19 menjadi satu digit atau menurun 25 persen dibandingkan dengan beberapa minggu lalu. Australia melaporkan sekitar 6.500 kasus Covid-19 dengan kasus meninggal 63 orang.
Perdana Menteri Scott Morrison, Kamis (16/4/2020), mengatakan, pembatasan itu akan tetap berlaku untuk minimal sebulan ke depan meski kasus baru menunjukkan penurunan dan pemerintah mulai membahas rencana bagaimana mencabut kebijakan pembatasan itu nantinya.
Adapun Menteri Kesehatan Greg Hunt menyatakan, deteksi yang lebih luas termasuk mengambil sampel air limbah akan membantu mengetahui apakah ada infeksi Covid-19 di lingkup masyarakat yang luas.
Profesor Kevin Thomas dari University of Queensland, salah seorang peneliti air limbah ini, menuturkan, pengujian sampel limbah secara nasional sepertinya akan terlaksana ”dalam hitungan minggu”.
Komunitas yang tinggal di daerah yang jauh dan terpencil dan sulit dijangkau petugas untuk melakukan pemeriksaan usap tenggorok akan mendapat manfaat besar dari penelitian ini.
Bertsch menyebutkan bahwa pengambilan sampel air limbah bisa dilakukan setiap hari. Untuk tahap pertama ini akan dilakukan di pabrik pengolah air limbah. Setelah itu, tidak menutup kemungkinan sampel air limbah juga diambil dari ”jalur pipa yang lebih hulu” hingga permukiman di daerah pinggiran.
Bertsch menuturkan bahwa data dari China menunjukkan virus SARS-CoV-2 masih bisa terdeteksi di kotoran dalam tiga hari, lebih cepat dari deteksi menggunakan alat tes konvensional. (REUTERS)