Resesi Terdalam Satu Abad, Ekonomi Bisa Pulih Tahun Depan
Tahun ini ekonomi yang diharapkan terhindar dari resesi adalah China—tempat yang diduga menjadi awal mula Covid-19—dan India. Dalam depresi hampir seabad yang lalu, ekonomi global terkontraksi sekitar 10 persen.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
WASHINGTON DC, RABU — Dana Moneter Internasional memproyeksikan, pandemi Covid-19 kini mendorong ekonomi global ke dalam resesi terdalam selama seabad ini, yakni membuat produk domestik bruto dunia tumbuh negatif 3 persen tahun ini. Namun, ekonomi global diproyeksikan kembali pulih dengan akselerasi tinggi pada 2021.
Kepala Ekonom Dana Moneter Internasional (IMF) Gita Gopinath dalam presentasi World Economic Outlook, Selasa (14/4/2020), mengatakan, nilai ekonomi global yang terpangkas tahun ini lebih besar daripada akumulasi ekonomi Jerman dan Jepang.
”Kerugian kumulatif terhadap produk domestik bruto (PDB) global sepanjang 2020 dan 2021 dari krisis akibat pandemi bisa sekitar 9 triliun dollar AS, lebih besar dari gabungan ekonomi Jepang dan Jerman,” kata Gopinath.
Dengan sebagian besar ekonomi global ditutup di tengah upaya penanggulangan virus dan menjaga sistem kesehatan agar tidak runtuh, IMF memperingatkan ”adanya risiko parah dari hasil yang lebih buruk”. Hal itu diproyeksikan karena ”ketidakpastian ekstrem di sekitar kekuatan pemulihan”.
Ekonomi global diperkirakan kembali tumbuh hingga 5,8 persen pada 2021, dengan syarat pandemi berakhir pada paruh kedua 2020. Namun, IMF kesulitan dalam membuat perkiraan akurat di tengah situasi yang berubah begitu cepat saat ini.
Pandemi Covid-19 telah membuat macetnya perjalanan dan memaksa bisnis, toko, dan restoran tutup di mayoritas tempat di dunia. ”Hasil pertumbuhan yang jauh lebih buruk mungkin saja terjadi,” kata IMF. ”Yakni jika langkah-langkah pandemi dan pengendaliannya lebih lama atau jika efek lanjutannya secara luas muncul karena penutupan perusahaan dan pengangguran yang mengiringi.”
Tak dapat dihindari
Dalam laporan itu IMF menyatakan kemungkinan penurunan ekonomi global tahun ini adalah yang terburuk sejak Depresi Besar tahun 1930-an. Judul laporan yang digunakan IMF kali ini adalah Penutupan Besar (The Great Lockdown). Laporan itu dirilis IMF menjelang pertemuan semivirtual antara IMF dan Bank Dunia.
Kontraksi ekonomi tahun ini merupakan kontraksi pertama sejak krisis keuangan global 2009. Namun, ditegaskan bahwa tekanan ekonomi kali ini hampir tidak dapat dibandingkan dengan kondisi akhir dekade 2000-an. Pada krisis keuangan 2009, penurunan ekonomi yang terjadi hanya mencapai 0,1 persen dan ekonomi pasar berkembang yang besar masih tumbuh dengan kecepatan yang solid.
Kontraksi ekonomi tahun ini merupakan kontraksi pertama sejak krisis keuangan global 2009. Namun, ditegaskan bahwa tekanan ekonomi kali ini hampir tidak dapat dibandingkan dengan kondisi akhir dekade 2000-an.
Pada krisis keuangan 2009, penurunan ekonomi yang terjadi hanya mencapai 0,1 persen dan ekonomi pasar berkembang masih tumbuh dengan kecepatan yang solid.
Tahun ini, satu-satunya ekonomi yang diharapkan terhindar dari resesi adalah China—tempat yang diduga menjadi awal mula Covid-19—dan India. Namun kedua negara dengan jumlah penduduk masing-masing di atas 1 miliar itu diperkirakan ekonominya hanya akan tumbuh masing-masing 1,2 persen dan 1,9 persen. Dalam depresi hampir seabad yang lalu, ekonomi global mengalami kontraksi sekitar 10 persen.
Ekonomi negara-negara maju kala itu juga menyusut 16 persen dari 1929 hingga 1932. Sementara tahun ini, negara-negara maju diperkirakan tertekan sekitar 6 persen. Ekonomi Amerika Serikat diperkirakan berkontraksi sebesar 5,9 persen tahun ini, tetapi akan pulih dan mencatat kenaikan 4,7 persen tahun depan. Ditekankan bahwa angka proyeksi itu hanya berlaku dengan asumsi pandemi berakhir pada paruh kedua tahun ini.
Ekonomi Perancis diperkirakan tumbuh negatif 7,2 persen, sementara ekonomi Inggris akan tumbuh negatif 6,5 persen. Proyeksi IMF atas kedua negara itu lebih moderat dibandingkan proyeksi ekonomi oleh pemerintah kedua negara itu. Ekonomi Perancis dan Inggris secara berturut diperkirakan tumbuh negatif 8 dan 13 persen tahun ini. IMF menyatakan perlambatan parah itu ”tidak dapat dihindari”, tetapi ”langkah-langkah fiskal, moneter, dan finansial” yang ditargetkan dapat mengurangi tekanan negara-negara.
Tekanan ganda diingatkan atas negara-negara di Timur Tengah. Selain Covid-19, negara-negara di kawasan itu harus berjibaku dengan tekanan ekonomi akibat rendahnya harga minyak. Harga minyak tertekan karena lemahnya permintaan global akibat pandemi sekaligus polemik soal produksi oleh negara-negara produsen minyak. Diingatkan, tekanan ekonomi akibat dua hal itu dapat berujung dengan konflik sosial di negara-negara itu.
Stimulus tambahan
Banyak pemerintah telah menerapkan langkah-langkah belanja besar-besaran bersama-sama dengan bank sentral yang telah memompa likuiditas ke dalam sistem keuangan untuk mencegah gangguan. Namun, Gopinath mengatakan akan lebih banyak lagi yang dibutuhkan setelah krisis kesehatan kali ini berakhir.
”Setelah pemulihan terjadi dan kita melewati fase pandemi untuk negara maju, penting sifatnya stimulus fiskal lebih luas,” katanya.
Diperingatkan bahwa pengeluaran besar-besaran akan menyebabkan peningkatan tajam dalam utang pemerintah dan tingkat defisit. Total utang secara global saat ini sudah lebih dari 80 persen dari PDB secara global.
Gopinath mengatakan jika pemulihan dimulai pada 2021 dan dengan suku bunga sangat rendah, perlahan-lahan tingkat utang itu akan turun. Namun, ditegaskan bahwa beberapa negara akan membutuhkan pembebasan dari kewajiban utang mereka.
Sebagaimana diketahui, para menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari Kelompok Tujuh negara maju (G-7) telah menyetujui rencana untuk memberikan penghentian sementara pembayaran utang dari negara-negara termiskin di dunia. Itu dapat direalisasikan jika kelompok negara G-20 sepakat dengan wacana itu. Negara-negara G-20, yang mencakup ekonomi-ekonomi pasar berkembang, seperti China dan Rusia, diperkirakan akan membuat pernyataan mereka pada hari Rabu pekan ini. Topik pengurangan utang diperkirakan tercantum dalam pernyataan itu. (AFP/REUTERS)