Ratusan pengungsi Rohingya berhasil diselamatkan oleh penjaga pantai Bangladesh. Sebelumnya, selama berminggu-minggu kapal yang mereka tumpangi terkatung-katung di laut.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
DHAKA, KAMIS —Penjaga pantai Bangladesh menyelamatkan sedikitnya 396 pengungsi Rohingya, mayoritas perempuan dan anak-anak, yang terombang-ambing di laut selama 58 hari saat berusaha mengungsi ke Malaysia. Penjaga pantai membutuhkan waktu tiga hari untuk mencari para pengungsi yang menggunakan kapal ikan. Ketika ditemukan, kondisi para pengungsi memprihatinkan dan kelaparan. Sekitar 24 pengungsi disebutkan meninggal di perjalanan dan dibuang ke laut.
”Kapalnya terlalu penuh dan mereka kelaparan. Mereka sudah seminggu terombang-ambing di perairan kita. Sekarang mereka ada di pantai di dekat kota Teknaf,” kata juru bicara penjaga pantai Bangladesh, Letnan Shah Zia Rahman, Rabu (15/4/2020).
Harian lokal, The Dhaka Tribune, menyebutkan, pengungsi Rohingya yang diduga berasal dari kamp pengungsian di Bangladesh itu semula hendak mengungsi ke Malaysia. Namun, dua kali ditolak dan disuruh putar balik dengan alasan Malaysia saat ini tengah melakukan karantina seluruh wilayah terkait wabah korona baru.
Rahman akan menelusuri asal para pengungsi Rohingya karena bisa jadi mereka berasal dari Rakhine, Myanmar. Namun, proses itu harus ditunda terlebih dahulu karena mereka harus menjalani karantina untuk mengantisipasi wabah korona. Untuk saat ini, mereka masih menghitung kepastian jumlah pengungsi karena dikhawatirkan jumlahnya mencapai 500 orang.
Sejak 2017, warga Rohingya di Myanmar berusaha melarikan diri ke Bangladesh setelah mengalami kekerasan oleh militer. Namun, mereka tak bisa masuk dan kini sedikitnya 1 juta warga Rohingya terpaksa tinggal di kamp pengungsian yang tidak memadai di Cox\'s Bazar di perbatasan Myanmar-Bangladesh. Karena tidak ada peluang lapangan pekerjaan dan pendidikan di kamp-kamp itu, ribuan pengungsi berusaha mengungsi ke negara lain, seperti Malaysia dan Thailand.
Kyaw Hla, pengungsi Rohingya dari Sittwe, Rakhine, mengatakan, orang diselundupkan lewat laut dan darat dari kamp pengungsian yang dihuni puluhan ribu pengungsi sejak 2012.
”Selama delapan tahun terakhir kondisi kamp memburuk. Orang jadi tidak tahan dan berusaha pergi. Kalau sampai ada korona, kita pasti mati,” ujarnya.
Penyelundup
Sejak tahun lalu, aparat keamanan Bangladesh menyelamatkan sekitar 1.000 warga Rohingya dari desa-desa di pesisir dan kapal-kapal saat mereka sedang menunggu diangkut ke kapal lain menuju ke Malaysia. Selama bertahun-tahun, pengungsi Rohingya dari Myanmar memakai jasa penyelundup dengan harapan bisa mengungsi ke negara lain. Biasanya ini dilakukan pada musim kemarau antara November dan Maret karena kondisi laut yang sedang tenang.
Meski demikian, dengan wabah korona seperti saat ini, ketika hampir semua negara menutup pintu, dikhawatirkan masih banyak kapal pengungsi Rohingya yang terombang-ambing di laut. Setelah diselamatkan pun akan sulit mencari tempat untuk menampung mereka.
”UNHCR akan membantu pemerintah untuk memindahkan mereka ke tempat-tempat karantina sekaligus bantuan layanan kesehatan,” demikian pernyataan tertulis dari Komisi Tinggi Urusan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR). (REUTERS/AFP)