Myanmar Beri Amnesti Terbesar, 24.896 Tahanan Dibebaskan
Pemerintah Myanmar membebaskan 24.896 tahanan dalam rangka tahun baru Thingyan. Dari tahanan yang dibebaskan itu, 87 orang di antaranya warga asing. Ini adalah amnesti terbesar dalam sejarah Myanmar.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
YANGON, JUMAT — Pemerintah Myanmar membebaskan 24.896 tahanan dalam rangka tahun baru Thingyan. Dari tahanan yang dibebaskan itu, 87 orang di antaranya warga asing. Pemberian amnesti seperti ini sudah biasa dilakukan, tetapi kali ini merupakan amnesti terbesar sepanjang sejarah Myanmar. Pemerintah akhir-akhir ini didesak publik karena ada kekhawatiran wabah korona bisa masuk ke penjara yang terlalu padat tahanan.
Kantor kepresidenan Myanmar Win Myint, Jumat (17/4/2020), mengumumkan dalam rangka Tahun Baru Myanmar, April ini, presiden mengampuni 24.896 tahanan yang ada di penjara yang berbeda-beda. Adapun 87 orang asing akan segera dideportasi. Namun, menurut Asosiasi Bantuan Tahanan Politik, baru ada konfirmasi 12 orang yang akan dibebaskan.
Pada tahun lalu, amnesti juga diberikan kepada dua wartawan kantor berita Reuters, Wa Lone dan Kyaw Soe Oo, yang dipenjara selama 500 hari gara-gara melaporkan tentang krisis Rohingya pada 2017. Pada amnesti kali ini pemerintah tidak menyebutkan adanya tahanan politik yang ikut dibebaskan. Jumlah tahanan politik yang dipenjara sekitar 92 orang dan 124 orang sedang menunggu proses sidang.
Menurut Human Rights Watch di New York, Amerika Serikat, sebelum pemberian amnesti, terdapat sedikitnya 100.000 tahanan di seemua penjara Myanmar termasuk mereka yang sedang menanti sidang. Jumlah itu melebihi daya tampung penjara di Myanmar yang hanya mampu menampung 62.000 orang. Myanmar diimbau segera mengurangi jumlah populasi penjara untuk mencegah penyebaran penyakit Covid-19.
Tahanan politik
Amnesty International di London juga mendesak Myanmar membebaskan semua tahanan politik karena mereka menjadi korban ketidakadilan. Namun, menurut Myanmar, tidak ada yang berstatus tahanan politik di Myanmar.
Juru bicara departemen penjara Myanmar, Zaw Zaw, menyatakan tidak ada tahanan yang diberi ”label” apa pun jadi semua tahanan berstatus sama. Pembebasan tahanan ini juga ditegaskan tidak terkait dengan kekhawatiran akan wabah korona. Sampai saat ini dilaporkan di Myanmar terdapat 85 kasus positif Covid-19 dan 4 orang di antaranya tewas.
Ketika penerima Nobel perdamaian Aung San Suu Kyi berkuasa pada 2016, ia membebaskan ratusan tahanan politik. ”Pemerintah tidak secara langsung mengakui keberadaan tahanan politik, tetapi kami diminta memberi daftar nama dan ada 70 nama yang sudah kami berikan. Kami belum tahu mereka sudah dibebaskan atau belum,” kata Aung Myo Kyaw dari Asosiasi Bantuan Tahanan Politik.
Pada tahun lalu, sekitar 23.000 tahanan juga dibebaskan. Dua tahun lalu, 8.000 tahanan yang bebas. Namun, tidak disebutkan juga apakah tahanan politik termasuk di dalamnya. Sekitar 331 orang sudah dihukum karena kasus kebebasan berekspresi pada 2019.
Aktivis Myanmar menilai pemerintah sipil gagal memanfaatkan suara mayoritasnya di parlemen untuk menghapuskan undang-undang represif yang membungkam perbedaan pendapat dan memperketat pembatasan terhadap masyarakat sipil. (REUTERS/AFP/AP)