Bergerak Cepat dan Tegas, Kunci Selandia Baru Hentikan Penyebaran Virus Korona
Kondisi geografis Selandia Baru ikut menentukan keberhasilan negara itu melawan korona. Warga Selandia Baru juga mendukung kebijakan karantina ketat yang diberlakukan PM Jacinda Ardern menghentikan persebaran wabah.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
Berbeda dengan negara-negara lain yang maju-mundur tidak jelas dalam memutuskan kebijakan melawan wabah korona tipe baru, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern sejak awal konsisten memegang prinsip ”bersikap tegas dan bergerak cepat”. Ketika ada 100 orang positif Covid-19, Ardern langsung memberlakukan karantina ketat (lockdown) pada akhir Maret lalu.
Sampai sejauh ini Selandia Baru berhasil menekan penyebaran korona. Kasus-kasus baru positif Covid-19 menyusut dari 90 kasus per hari pada awal April menjadi 5 kasus per hari, Selasa (21/4/2020). Jumlah korban tewas tercatat 13 orang.
”Kita punya peluang membersihkan virus sampai betul-betul habis. Belum ada negara lain yang bisa melakukan itu. Tetapi, kita butuh dukungan seluruh 5 juta warga Selandia Baru,” kata Ardern.
Selandia Baru memperpanjang lagi kebijakan karantina selama satu pekan. Setelah itu, usaha dan industri boleh kembali beroperasi untuk memulihkan perekonomian. Namun, langkah itu pun akan dilakukan secara bertahap.
Pakar vaksin di University of Auckland, Helen Petousis-Harris, menekankan virus pasti akan bisa dikalahkan. Begitu penyebaran virus dapat dihentikan, virus akan langsung hilang. Untuk bisa menghentikan penyebaran dan virus dengan cepat, dibutuhkan keputusan dan tindakan tegas, kepemimpinan yang kuat, serta komunikasi yang jelas kepada semua orang.
”Ini yang dilakukan Selandia Baru sehingga tidak ada kebingungan. Tidak ada kebijakan dan tindakan yang serba setengah-setengah, seperti yang terjadi di negara lain,” kata Petousis-Harris.
Ini yang dilakukan Selandia Baru sehingga tidak ada kebingungan. Tidak ada kebijakan dan tindakan yang serba setengah-setengah, seperti yang terjadi di negara lain.
Namun, ia tidak menyangkal adanya kemungkinan muncul lagi kasus baru jika Selandia Baru mencabut karantina dan membuka lagi perbatasannya. Untuk itu, Petousis-Harris mengingatkan agar layanan kesehatan tetap bersiaga dan segera melacak jejak virus. Selandia Baru bukan tak pernah gagal melawan wabah, mengingat wabah campak tahun lalu gagal diatasi.
Kondisi geografis
Kondisi geografis Selandia Baru ikut menentukan keberhasilan melawan korona. Negeri itu dikelilingi lautan penuh badai. Sebelah selatan negara tersebut wilayah Antartika. Jumlah populasinyahanya 5 juta jiwa, tersebar di seluruh wilayah yang luasnya seluas Inggris. Di wilayah perkotaan, penduduk negara itu juga tak banyak.
Meski demikian, Selandia Baru tetap harus bekerja keras melawan korona. Jika berhasil membersihkan diri dari virus, Selandia Baru tetap akan merasakan dampaknya. Sebelum wabah korona muncul, sektor pariwisata negara itu sedang berada di atas angin.
Sekitar 4 juta turis setiap tahun datang berkunjung menikmati pemandangan alam yang luar biasa cantik sekaligus wisata petualangan dan olahraga. Berkat sektor pariwisata, lebih dari 300.000 tenaga kerja terserap dan menyumbang 10 persen perekonomian Selandia Baru.
”Kondisi sekarang memang terparah. Dalam tiga hari saja anjlok,” kata Direktur Eksekutif Pariwisata Selandia Baru Stephen England-Hall.
Studi Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan menunjukkan bahwa Selandia Baru akan menjadi negara yang perekonomiannya paling parah terdampak di antara negara-negara maju lainnya karena hanya bergantung pada sektor pariwisata. Untuk mencegah dan mengatasi pengangguran besar-besaran, pemerintah telah mengalokasikan miliaran dollar AS untuk tambahan upah sementara. Akibat wabah korona, hampir lebih dari separuh tenaga kerja di Selandia Baru menjadi bergantung pada bantuan pemerintah saja.
Cara-cara kreatif
Meskipun demikian, warga tetap mendukung kebijakan karantina ketat Ardern yang masih menutup sekolah dan meminta warga tetap tinggal di rumah. Banyak warga patuh dan bisa beradaptasi dengan cara-cara kreatif.
Seperti yang dilakukan pelatih olahraga Jessee James (28) yang memberikan pelatihan melalui aplikasi Zoom dan FaceTime. Banyak kliennya memakai kaleng makanan sebagai alat olahraga angkat beban atau karung cucian sebagai samsak tinju.
Banyak juga yang memanfaatkan pertemuan virtual itu untuk sekadar membicarakan tentang perasaan atau pekerjaan mereka. ”Biasanya yang dibicarakan hanya soal orang-orang di sekitar mereka,” kata James.
Banyak warga Selandia Baru memanfaatkan pertemuan virtual itu untuk sekadar membicarakan tentang perasaan atau pekerjaan mereka.
Salah satu korban dari wabah korona ini adalah Air New Zealand, maskapai penerbangan kebanggaan Selandia Baru. Kepala Eksekutif Air New Zealand Greg Foran menjelaskan bahwa pihaknya telah mengurangi jumlah penerbangan hingga 95 persen dan mengurangi tenaga kerja hingga 3.750 orang.
Jika Selandia Baru berhasil keluar dari jerat wabah korona, masa depan negeri itu juga masih belum jelas, sama seperti yang dialami negara-negara lainnya. Untuk awalan, Selandia Baru tetap butuh memperkuat sektor pertanian untuk diekspor, seperti produk susu, buah kiwi, dan minuman anggur. Banyak pihak memperkirakan Selandia Baru nanti pertama-tama akan membuka perbatasannya dengan Australia yang juga berhasil menekan wabah korona.
England-Hall, lembaga eksekutif pariwisata, menyebutkan, Selandia Baru kemungkinan akan membangun pariwisata untuk pasar dalam negeri. ”Poin bebas virus bisa menjadi keunggulan untuk menjual sektor pariwisata ke luar negeri,” demikian pernyataan lembaga itu.
Masalahnya, untuk bisa tetap bebas virus, Selandia Baru perlu melanjutkan kebijakan yang saat ini berlaku, yakni mengharuskan pendatang baru mengarantina diri selama dua pekan. Hal itu akan sulit karena dari data pariwisata diketahui bahwa rata-rata turis tinggal di Selandia Baru hanya selama 11 hari. Namun, ini akan bisa diakali dengan bentuk paket wisata yang berbeda, seperti paket spa bagi yang mau mengisolasi diri di Selandia Baru.