Lonjakan Kasus Dipicu Pekerja Migran, Pembatasan Gerak Diperpanjang
Sebanyak 43 asrama pekerja migran di Singapura diisolasi total mulai Rabu ini. Di seluruh asrama itu, 323.000 pekerja migran tinggal dalam kamar yang bisa berisi hingga 12 orang.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
SINGAPURA, SELASA — Pemerintah Singapura telah memperpanjang masa pembatasan gerak hingga 1 Juni 2020. Perpanjangan itu dipicu lonjakan penularan Covid-19 pada kalangan pekerja migran di negara itu.
Dalam pengumuman pada Selasa (21/4/2020), Singapura mencatat 9.125 kasus infeksi, tertinggi di Asia Tenggara. Untuk hari itu saja, Singapura melaporkan 1.111 kasus baru dan 20 di antaranya merupakan penduduk negara itu.
Kementerian Kesehatan Singapura sedang memerinci data penularan terbaru untuk mengetahui berapa banyak pekerja migran di data itu. Hingga Senin, Singapura mencatat 4.549 pekerja migran terinfeksi Covid-19. Infeksi di kalangan ribuan pekerja migran itu dikonfirmasi dalam periode 16-20 April 2020.
”Untuk pekerja migran, saya tekankan, kami akan merawat Anda seperti kami merawat warga Singapura,” kata Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong.
Lee berterima kasih atas kesediaan pekerja migran bekerja sama dengan pemerintah dalam penanganan Covid-19 dan berjanji mereka akan digaji sehingga bisa mengirim uang ke rumah. Mereka juga akan dijamin kesejahteraannya dalam bentuk perawatan kesehatan dan penyediaan kebutuhan pangan selama diisolasi.
Kementerian Kesehatan Singapura mengumumkan, 43 asrama pekerja migran di Singapura diisolasi total mulai Rabu ini. Di seluruh asrama itu, 323.000 pekerja migran tinggal dalam kamar yang bisa berisi hingga 12 orang. Kondisi itu meningkatkan peluang penularan Covid-19 di antara mereka.
Pekerja migran yang tinggal di luar asrama juga dipantau. Mereka antara lain tinggal di rumah susun pemerintah atau toko. Sedikitnya 180.000 pekerja migran diperintahkan melakukan karantina mandiri.
Sementara yang sakit akan dibawa ke rumah sakit terdekat. Singapura juga mulai memindahkan sebagian pekerja migran ke tempat tinggal lain. Asrama tentara, rusun kosong, hingga arena olahraga dalam ruang dijadikan tempat tinggal sementara untuk mereka.
Lee juga menunda pengakhiran masa pembatasan gerak dari 4 Mei 2020 menjadi 1 Juni 2020. Perintah itu diikuti dengan lebih banyak penutupan tempat kerja dan pengurangan orang yang boleh meninggalkan rumah.
”Banyak yang kecewa dengan perpanjangan ini. Walakin, saya berharap warga memahami penderitaan jangka pendek ini untuk menekan virus, melindungi kesehatan dan keselamatan orang yang kita cintai, serta membuat kita bisa membangkitkan ekonomi,” ujarnya.
Lee menyebut, pelaksanaan perintah jaga jarak bukan soal mematuhi hukum. ”Semangat dari panduan ini untuk membatasi pergerakan, mencegah keluar dan berkumpul. Inilah cara melindungi Anda, keluarga, dan yang lain,” katanya.
Kementerian Kesehatan Singapura menyebut, sebenarnya penularan di luar komunitas pekerja migran sudah berkurang sejak awal April 2020. Tambahan kasus baru rata-rata 20 infeksi per hari.
Sebelumnya, setiap hari bertambah rata-rata 39 kasus pada Maret 2020. Akan tetapi, peningkatan infeksi di kalangan pekerja migran membuat pembatasan gerak tidak mungkin segera diakhiri.
Lee mengatakan, pembatasan akan diakhiri secara bertahap sesuai dengan pemantauan atas perkembangan wabah. Singapura juga akan memperluas pemeriksaan untuk mengetahui siapa saja yang terinfeksi.
”Inilah yang sedang kami lakukan, tidak hanya menambah alat uji dan perlengkapan dari negara lain, tetapi juga membuat sendiri,” ujarnya.
Singapura juga akan memperluas pelacakan berbasis teknologi. Singapura membuat sejumlah aplikasi untuk melacak pergerakan warga dan penduduknya.
”Agar (aplikasi) bekerja, setiap orang harus mengunduh dan menggunakan aplikasi-aplikasi ini, seperti dilakukan Korea Selatan. Saya tahu, ada keprihatinan soal hak pribadi. Akan tetapi, kita harus memperkuat ini agar bisa mengakhiri pembatasan dan membuka (perekonomian) secara aman,” katanya. (AP/REUTERS)