WHO: Pandemi Belum Akan Berakhir, Jangan Buat Kesalahan
Menghadapi pandemi Covid-19 ibarat lari ”maraton”, bukan ”sprint”. Covid-19 yang cepat menyebar ini tidak akan cepat menghilang. Dunia tidak boleh lengah dan tidak salah langkah.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
GENEVA, KAMIS — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kamis (23/4/2020), memberikan peringatan bahwa pandemi Covid-19 dan dampak-dampaknya takkan berakhir dalam waktu dekat.
Banyak negara saat ini justru baru memasuki fase awal pandemi. Sementara negara-negara yang sudah melaporkan kasus pertamanya sejak Januari 2020 kini pun mengalami kenaikan kasus baru lagi.
Krisis akibat pandemi Covid-19 pun beragam. Pandemi tidak hanya menyebabkan darurat kesehatan, tetapi juga kemunduran ekonomi global. Industri-industri berjuang untuk bertahan, jutaan orang kehilangan pekerjaan, dan jutaan orang lagi terancam kelaparan.
Negara-negara di dunia berjuang melawan pandemi yang telah menewaskan lebih dari 180.000 orang dan menginfeksi hampir 2,6 juta jiwa di seluruh dunia. Mereka berjuang dengan cara-caranya sendiri untuk meminimalkan dampak ekonomi akibat pandemi.
Jalan masih panjang
Seiring dengan keputusan sejumlah negara yang melonggarkan kebijakan pembatasan jarak sosialnya, Tedros memberikan peringatan. ”Jangan membuat kesalahan; jalan kita masih panjang. Virus ini akan bersama kita untuk waktu yang lama,” kata Tedros dalam jumpa pers virtual.
”Mayoritas negara masih berada di tahap awal epidemi dan beberapa negara yang terdampak sejak awal pandemi kini mulai mengalami kenaikan kasus lagi,” ujar Tedros lagi.
Di Eropa, Covid-19 telah merenggut 110.000 jiwa, lebih dari 25.000 orang di antaranya dilaporkan dari Italia. Finlandia menyatakan akan tetap menerapkan larangan kerumunan lebih dari 500 orang hingga Juli 2020.
Spanyol, yang dalam dua hari ini melaporkan kenaikan kasus kematian baru akibat Covid-19, tidak akan mengendurkan kebijakan penutupan wilayahnya sampai pertengahan Mei 2020.
”Kita harus benar-benar hati-hati di fase ini,” kata Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez.
Sinyal harapan
Namun, Jerman, yang sudah mengizinkan toko-toko beroperasi, memberikan sinyal harapan dengan mengumumkan uji klinis kandidat vaksin akan dimulai minggu depan. Uji klinis ini merupakan ”langkah signifikan” dalam menyediakan vaksin agar ”tersedia sesegera mungkin”.
Sambil menunggu vaksin tersedia, lebih dari separuh penduduk dunia masih berada dalam penutupan wilayah atau pembatasan jarak sosial. Singapura, misalnya, memperpanjang pembatasan jarak sosialnya selama sebulan hingga 1 Juni 2020.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat memperingatkan warga AS untuk bersiap menghadapi gelombang kedua pandemi yang lebih menantang, yaitu ketika beriringan dengan flu musiman.
”Ada kemungkinan bahwa serangan virus korona baru ini di negara kita pada musim dingin mendatang akan kebih sulit daripada yang sudah kita alami sekarang,” kata Robert Redfield kepada Washington Post.
Pada Rabu kemarin, Redfield mendorong warga AS untuk menjalani ”vaksinasi flu dengan percaya diri untuk membantu menghadapi kemungkinan terburuk” nantinya.
Rabu, Presiden AS Donald Trump memerintahkan untuk menunda penerbitan green card untuk ”memastikan bahwa warga AS yang menganggur akan menjadi pihak pertama yang diserap ketika ekonomi berjalan kembali”.
Saat ini AS menjadi negara dengan jumlah kasus Covid-19 terbanyak di dunia dengan 840.000 kasus dan kasus meninggal mencapai 46.583 kasus. ”Kita harus mengawal kebangkitan yang berbahaya dari virus korona baru ini setelah banyak korban berjatuhan,” kata Trump.
Pelibatan militer
Di Afrika Selatan, lebih dari 73.000 personel militer tambahan diterjunkan, terutama di kota yang padat, untuk membantu penegakan kebijakan penutupan wilayah agar dipatuhi warga.
Mengingat perekonomian yang terhenti dan jutaan orang kehilangan pekerjaan, Program Pangan Dunia PBB (WFP) menyatakan, krisis kesehatan sekarang akan dirasakan paling berat oleh mereka yang tidak mampu.
Jumlah penduduk yang menderita kelaparan diperkirakan naik hampir dua kali lipat, yaitu 265 juta orang tahun ini. (AFP)