Gelar Misi Rutin, Kapal Perang AS Lintasi Selat Taiwan
Kapal perang Amerika Serikat kembali berlayar melintasi Selat Taiwan. Kehadiran itu, menurut AS, merupakan bagian dari ”misi rutin” untuk memastikan kebebasan navigasi.
Oleh
Luki Aulia
·2 menit baca
TAIPEI, JUMAT — Dalam satu bulan terakhir, kapal perang Amerika Serikat sudah dua kali berlayar melewati Selat Taiwan. Padahal, situasi Taiwan dan China sedang tegang. China yang mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya memprotes AS yang justru mendukung Taiwan, seperti menjual persenjataan, menggelar patroli kapal perang di sekitar Taiwan, dan menerima kunjungan Wakil Presiden Taiwan William Lai ke AS, Februari lalu.
Kementerian Pertahanan Taiwan, Jumat (24/4/2020), menjelaskan, kapal perang AS itu hanya transit di Selat Taiwan, lalu melanjutkan perjalanan ke arah selatan. Kapal AS itu disebutkan hanya sedang menjalani ”misi rutin”.
Penjelasan serupa dikemukakan juru bicara Armada Ketujuh AS, Anthony Junco. Dalam ”misi rutin” itu, ikut serta kapal perusak berpeluru kendali USS Barry. ”Misi rutin dengan transit ke Selat Taiwan ini sudah sesuai dengan hukum internasional. Misi ini menunjukkan komitmen AS terhadap Indo Pasifik yang bebas dan terbuka. AL AS akan tetap terbang, berlayar, dan beroperasi ke mana pun sesuai hukum internasional,” ujarnya.
Pada dua pekan lalu, USS Barry—perusak dari kelas Arleigh Burke—juga berlayar melewati Selat Taiwan. Pada hari yang sama, pesawat jet China juga menggelar latihan di perairan tersebut. Selanjutnya, pada Kamis lalu, Taiwan mengatakan, kapal induk China juga berlayar ke arah selatan melewati Kanal Bashi yang terletak antara Taiwan dan Filipina, lalu menuju ke timur.
Sebelumnya, awal bulan ini, kapal induk itu juga berlayar ke arah wilayah timur Taiwan. China mengaku pada waktu itu sedang dalam perjalanan ke tempat latihan di Laut China Selatan. Beberapa bulan terakhir, China kerap latihan militer di dekat Taiwan, termasuk menerbangkan pesawat tempur dan pesawat pengebom yang mampu membawa nuklir ke dekat Taiwan. Bagi Taiwan, ini dianggap sebagai upaya intimidatif. (REUTERS)