Selama pembatasan, masjid ditutup dan pasar dadakan untuk menjual makanan buka puasa dilarang. Mayoritas Muslim tetap mematuhi kebijakan karantina dengan tidak shalat tarawih di masjid, demi menyelamatkan nyawa.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
KUALA LUMPUR, JUMAT - Ibadah puasa Ramadhan, yang dimulai pada Jumat (24/4/2020) atau Sabtu ini, dijalankan umat Islam di Asia dengan hanya berkumpul bersama keluarga di rumah. Akibat pandemi virus korona baru yang menyebabkan penyakit Covid-19, mereka tak lagi shalat berjemaah di masjid.
Walaupun sebagian kecil umat mengabaikan pembatasan gerak atau karantina oleh otoritas negara, mayoritas Muslim tetap mematuhi demi menyelamatkan nyawa. Meski kecewa, Muslim Malaysia, misalnya, tetap menghargai kebijakan pemerintah demi pengendalian infeksi Covid-19 di negaranya.
”Inilah pertama kalinya saya tidak bisa ke masjid. Akan tetapi, kami harus menerima itu dan mematuhi perintah jaga jarak untuk menyelamatkan nyawa,” kata Mohamad Shukri Mohamad, seorang ulama di Kelantan, kemarin.
Kelantan dikenal sebagai negara bagian yang konservatif. Walau demikian, perintah jaga jarak yang mengakibatkan Muslim tidak pergi ke masjid tetap dipatuhi. Shukri tidak menyelenggarakan buka bersama dengan anak dan cucunya. Padahal, selama bertahun-tahun sebelumnya, 6 anak dan 18 cucu Shukri selalu berkumpul saat buka bersama.
Pemerintah Malaysia telah memperpanjang masa pembatasan gerak dan perintah jaga jarak sampai 12 Mei 2020, dua minggu menjelang Idul Fitri. Selama itu, semua masjid ditutup dan pasar dadakan penjaja makanan buka puasa dilarang.
Kuala Lumpur mendorong pedagang berjualan secara daring dan mengantar pesanan ke rumah pelanggan. Biasanya, masjid dan pasar dadakan yang menjajakan aneka makanan untuk buka puasa ramai selama Ramadhan. Di banyak negara, itu semua dilarang untuk menghindari penularan Covid-19.
Penutupan masjid juga dilakukan di Mesir. Namun, Kairo merelaksasi perintah jaga jarak dan pembatasan gerak dengan mengendurkan jam malam.
Selama Ramadhan, jam malam diberlakukan mulai pukul 21.00 hingga 06.00. Sebelumnya, jam malam dimulai pukul 20.00. Pusat perbelanjaan dan tempat usaha boleh buka pada akhir pekan. Jam operasi tetap dibatasi sampai pukul 17.00.
Perdana Menteri Mesir Mostafa Madbouly mengatakan, aneka pembatasan untuk pengendalian laju infeksi akan terus ditinjau. Jika infeksi bertambah melebihi perkiraan, maka Kairo akan semakin mengetatkan pembatasan.
Penutupan masjid dan pembatasan gerak juga mengkhawatirkan warga tidak mampu di Gaza. ”Ini Ramadhan terberat yang pernah kami hadapi. Kami tidak tahu bagaimana mengatasinya,” kata Salah Jibril (47), ayah lima anak yang tidak punya pekerjaan di Gaza.
Pemerintah Provinsi Sindh, Pakistan, juga melarang shalat berjemaah di masjid atas nasihat dokter yang meminta tak ada kerumunan orang. ”Warga harus melakukan shalat Tarawih di rumah saja,” kata Menteri Besar Sindh Murad Ali Shah.
Kelompok fundamentalis
Namun, sebagian besar Muslim Pakistan justru mengikuti ulama garis keras. Di Islamabad, sejumlah ulama garis keras menolak perintah jaga jarak dan meminta Muslim tetap shalat berjemaah di masjid. Perintah diikuti umat dengan memadati berbagai masjid. Hingga Jumat, Pakistan mencatat 11.155 kasus infeksi Covid-19. Rumah sakit kewalahan.
Di Bangladesh, kelompok fundamentalis Hefazat-e-Islam mengkritik langkah pemerintah yang membatasi akses ke lebih dari 300.000 masjid di seluruh negeri. Mojibur Rahman Hamidi, seorang tokoh Hefazat, mengatakan, pembatasan untuk menghadiri shalat telah menentang Islam.
Presiden Tajikistan Emomali Rakhmon mendorong petani dan pekerja untuk tidak berpuasa. Ia beralasan, puasa membuat orang menjadi lemah dan rawan terinfeksi di tengah pandemi Covid-19. Warga Tajikistan rata-rata berpuasa hampir 16 jam selama Ramadhan atau lebih lama 2,5 jam dibandingkan dengan Indonesia.
Dari 9,5 juta penduduk Tajikistan, lebih dari 90 persen adalah Muslim. “Meski penyakit ini tidak tercatat di negara kita, bukan berarti kita diam dan tidak peduli. Saya mendesak yang bekerja di lapangan untuk menjadwalkan puasa di waktu yang lain,” ujar Rakhmon (AFP/AP/REUTERS)