Dinas Intelijen Dalam Negeri Israel (Shin Bet) menangkap seorang warga Israel pada 16 Maret 2020 karena diketahui telah mengadakan beberapa kali pertemuan di luar negeri dengan pejabat intelijen Iran.
Oleh
Musthafa Abd Rahman dari Kairo, Mesir
·3 menit baca
Pada musim menyebarnya pandemi Covid-19 saat ini, Iran dan Israel justru semakin terlibat perang intelijen untuk saling mendapat informasi tentang perkembangan militer dan riset terkait vaksin Covid-19.
Harian setengah resmi Mesir, Al Ahram, Selasa (28/4/2020), melansir, Dinas Intelijen Dalam Negeri Israel (Shin Bet) telah berhasil menangkap seorang warga Israel pada 16 Maret 2020. Dia diketahui telah mengadakan beberapa kali pertemuan di luar negeri dengan pejabat intelijen Iran.
Menurut harian tersebut, warga Israel itu telah mendapat sejumlah uang dalam jumlah besar dan latihan untuk menjalankan operasi rahasia di Israel.
Warga Israel itu mendapat misi mencari informasi tentang fasilitas militer penting di seantero Israel dan hasil riset Israel terkait vaksin khusus untuk membasmi pandemi Covid-19 dan cara penanganan Israel menghadapi penyebaran pandemi.
Israel saat ini dikenal salah satu negara terbaik yang berhasil menekan penyebaran dan jumlah kematian akibat penyakit Covid-19 itu.
Kementerian Kesehatan Israel, seperti diberitakan harian The Jerusalem Post, hingga Selasa (28/4/2020) jumlah positif Covid-19 mencapai 15.589 orang. Namun, yang berhasil disembuhkan dari jumlah tersebut mencapai 7.375 atau hampir 50 persen dan yang meninggal dunia hanya 208 orang.
Sebaliknya penyebaran pandemi Covid-19 di Iran merupakan salah satu terburuk di Timur Tengah. Kementerian kesehatan Iran mengumumkan, hingga Senin (27/4/2020) jumlah korban positif Covid-19 mencapai 91.472 orang, dan 5.806 orang di antaranya meninggal dunia.
Salah seorang pejabat Front Pembebasan Rakyat Palestina (PFLP) yang berbasis di Lebanon, Khaled Yamani, dilansir ikut terlibat dalam pertemuan antara dinas intelijen Iran dan warga Israel itu di beberapa negara. PFLP dikenal loyalis Iran dan rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Seperti diketahui, pascarevolusi Iran tahun 1979, Israel dan Iran sering terlibat perang intelijen dengan saling merekrut mata-mata satu sama lain.
Salah satu kasus perang intelijen Iran-Israel yang populer adalah ketika pengadilan kota Jerusalem pada 9 Januari lalu menjatuhkan vonis 11 tahun penjara kepada mantan menteri energi Israel, Gonen Segev, dengan dakwaan sebagai mata-mata untuk Iran. Segev menjabat menteri urusan energi Israel pada 1990-an.
Sebagai aksi balasan Israel terhadap upaya intelijen Iran merekrut warga Israel itu, Israel terakhir ini semakin gencar menyerang sasaran Iran dan Hezbollah di Suriah.
Pesawat tempur Israel, Senin (27/4/2020), menggempur sasaran Iran dekat kota Damaskus yang membawa korban empat tewas.
Pada 20 April lalu, pesawat tempur Israel menggempur sasaran Israel dekat kota Palmyra–Suriah Tengah yang membawa korban sembilan tewas dari loyalis Iran.
Pada pertengahan April lalu, pesawat tanpa awak Israel (drone) menggempur sasaran Hezbollah di perbatasan Suriah-Lebanon tanpa ada korban dari pihak Hezbollah.
Menteri Pertahanan Israel Naftali Bennett menegaskan akan mengusir Iran dan loyalisnya dari Suriah. Ia menegaskan pula, militer Israel yang kini fokus ikut melawan wabah Covid-19, dalam waktu yang sama juga akan melawan pengaruh Iran di Suriah.