Australia akan memperluas dan mempercepat tes Covid-19 di semua wilayah negara itu.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
SYDNEY, RABU — Untuk mendeteksi dan menekan penyebaran penyakit Covid-19, Pemerintah Australia akan segera menggenjot tes cepat sampai semua warga tuntas dites. Ini dimungkinkan setelah Australia memperoleh 10 juta alat tes cepat yang diimpor dan dijual oleh pengusaha tambang Andrew Forrest, pendiri Grup Fortescue Metals, kepada pemerintah dengan harga 209,18 juta dollar AS.
Kebijakan karantina dan tes cepat di Australia berhasil menurunkan jumlah penambahan kasus positif Covid-19 baru hingga 1 persen, Rabu (29/4/2020). Dari jumlah penduduk 25,7 juta jiwa, sekitar 6.700 orang di antaranya terinfeksi Covid-19 dan 88 orang di antaranya meninggal.
Stok alat tes cepat yang baru datang itu akan dialokasikan untuk siapa saja yang belum dites, termasuk warga yang tidak terdaftar dalam catatan kependudukan. Selama satu bulan terakhir, Australia sudah mengetes 500.000 orang.
Perdana Menteri New South Wales Gladys Berejiklian akan menambah tes cepat hingga 50 persen dan meminta semua pekerja medis atau siapa pun yang berisiko untuk segera dites.
PM Australia Scott Morrison menyatakan, perluasan tes cepat ini menjadi prasyarat pelonggaran dan pencabutan kebijakan karantina, seperti membuka kembali restoran dan bar, mencabut larangan bepergian, serta memperbolehkan acara pernikahan dan pemakaman.
Beberapa negara bagian dan wilayah sudah mulai melonggarkan pembatasan, termasuk membuka kembali pantai dan memperbolehkan orang berkumpul. Namun, pemerintah federal belum akan melonggarkan pembatasan sebelum ada evaluasi pada 11 Mei mendatang.
Tak harmonis
Pemerintah Australia tetap mau menerima alat tes cepat impor dari China meskipun hubungan diplomatis di antara keduanya sedang kurang harmonis. Forrest menjelaskan, dirinya memanfaatkan jaringannya di China untuk mengamankan pesanan alat tes cepat dari perusahaan genomik China, Grup BGI, dengan harga lebih rendah daripada perusahaan lain. Ia mengaku hal itu tidak mudah karena ada persaingan ketat antarperusahaan.
Menteri Kesehatan Australia Greg Hunt mengakui, stok alat tes cepat dari China itu akan bisa mempercepat upaya melacak dan memantau jejak virus. Jika ini bisa dilakukan, Australia bisa segera memutar kembali roda perekonomiannya. ”Kita punya banyak stok, kapasitas layanan kesehatan bagus, dan arah kita sudah benar,” ujarnya.
Kabar baik tentang alat tes cepat ini datang saat Australia dan China sedang perang mulut terkait dengan desakan Australia agar ada penyelidikan terhadap wabah korona yang berawal dari kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, ini. Partai Komunis China berang dan protes keras dengan pernyataan Australia yang dianggap hanya ikut-ikutan Amerika Serikat yang juga menuntut adanya penyelidikan terhadap China.
PM Morrison menjelaskan, usulan penyelidikan penyebaran wabah korona itu tidak bermaksud menyasar China. Penyelidikan itu tetap perlu hanya untuk mengetahui asal-muasal dan penyebaran Covid-19 yang menewaskan lebih dari 200.000 orang di dunia dan melumpuhkan perekonomian dunia.
”Masuk akal saja jika dunia menghendaki penyelidikan independen tentang pandemi ini agar kita bisa belajar dan akan mampu mencegah hal ini terulang kembali,” kata Morrison.
Sebelumnya, Duta Besar China untuk Australia, Cheng Jingye, mengancam akan memboikot produk-produk Australia yang masuk ke China, seperti anggur dan daging, jika Australia tetap bersikeras menuntut penyelidikan. Begitu pula dengan siswa dan mahasiswa yang akan dan sedang kuliah di Australia.
Ajakan AS dan Australia untuk mengadakan penyelidikan itu disambut baik, tetapi Perancis dan Inggris menegaskan bahwa saat ini bukan waktu yang tepat karena saat ini seluruh dunia sedang berperang melawan wabah korona. (REUTERS/AFP/AP)