Singapura Hadapi Pertambahan Kasus di Kalangan Pekerja Migran
Melakukan pemeriksaan, melacak kontak kasus positif, dan mengisolasi mereka yang positif Covid-19 menjadi intervensi kesehatan standar untuk menekan laju infeksi Covid-19.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
SINGAPURA, SELASA — Singapura terus berjuang menekan laju infeksi Covid-19 seiring dengan meroketnya kasus positif dari pekerja migran yang tinggal di asrama-asrama. Negara di Asia Tenggara ini terus meningkatkan kapasitas tesnya dan membangun fasilitas isolasi.
Jumlah pekerja migran yang terinfeksi Covid-19 di Singapura kemungkinan besar lebih tinggi dari yang tercatat mengingat pasien yang memiliki gejala sudah menjalani isolasi di sejumlah asrama sebelum menjalani pemeriksaan.
Negara berpenduduk 5,7 juta jiwa itu melaporkan sekitar 15.000 kasus Covid-19. Ini menjadikan Singapura sebagai negara ketiga di Asia dengan kasus Covid-19 terbanyak setelah China (sekitar 84.000 kasus) dan India (sekitar 30.000 kasus). Kenaikan kasus di Singapura terutama berasal dari pekerja migran yang mayoritas berasal dari Asia Selatan.
Selasa (28/4/2020), Singapura melaporkan 528 kasus baru, terendah dalam hampir dua minggu terakhir. ”Ketika kami melaporkan jumlah kasus, dari yang terkonfirmasi dan terverifikasi, jumlah pekerja migran yang berada di asrama-asrama yang sudah memiliki gejala kemungkinan lebih banyak,” kata Direktur Pelayanan Medis Kementerian Kesehatan Singapura Kenneth Mak dalam jumpa pers.
Mak mengatakan, perbedaan dalam jumlah kasus resmi pada akhirnya akan terselesaikan ketika para pekerja itu menjalani pemeriksaan sebelum diperbolehkan meninggalkan isolasi dan kembali bekerja. Namun, ia tidak menyebutkan berapa sebenarnya pekerja yang diisolasi yang belum menjalani pemeriksaan.
Perbanyak tes
Singapura menyatakan telah meningkatkan kapasitas pemeriksaan termasuk di asrama-asrama pekerja migran, dari rata-rata 2.900 pemeriksaan sehari di awal April menjadi lebih dari 8.000 pemeriksaan sehari.
Otoritas kesehatan Singapura menyampaikan bahwa mereka telah melakukan 2.100 pemeriksaan per 100.000 penduduk. Angka ini lebih besar dibandingkan di Amerika Serikat dengan 1.600 tes per 100.000 penduduk dan di Inggris dengan 1.000 tes per 100.000 penduduk. Di tengah meroketnya jumlah kasus Covid-19 di kalangan pekerja migran, penambahan kasus di luar itu jauh lebih sedikit dengan rata-rata 20 kasus sehari dalam seminggu terakhir. Selain itu, jumlah kasus meninggal juga sedikit, yaitu 14 pasien.
Di tengah kasus yang bertambah banyak, Singapura juga berjuang membangun tempat karantina untuk menampung pasien dengan risiko kesehatan rendah dan pasien sembuh di gedung pameran dan fasilitas sementara lainnya.
Kini, Singapura memiliki 18.000 tempat tidur untuk pasien seperti itu dan bulan depan targetnya ditingkatkan jadi 40.000 tempat tidur. Salah satu fasilitas itu adalah Changi Exhibition Center, tempat yang menjadi lokasi pameran dirgantara Singapore Airshow. Lokasi ini bisa menampung lebih dari 4.000 pasien.
Pasien pertama, yang sebagian besar berasal dari Bangladesh dan India, dipindahkan pada Sabtu lalu ke gedung konferensi yang luas, menempati kamar-kamar yang berisi 8-10 orang lengkap dengan tempat tidur, lemari plastik, dan kipas angin. (REUTERS)