Tekanan atas harga minyak kembali membayangi awal pekan ini. Kehati-hatian hadir di antara pelaku pasar seiring dengan penurunan bursa Asia.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
SYDNEY, SENIN — Harga minyak global turun pada perdagangan Senin (4/5/2020) setelah mengalami kenaikan cukup kuat sepanjang pekan lalu. Kekhawatiran tentang kelebihan pasokan kembali berlanjut, disertai dengan isu soal kapasitas penyimpanan akibat guncangan permintaan yang dipicu oleh pandemi Covid-19 telah membayangi penurunan produksi besar-besaran.
Harga minyak patokan Amerika Serikat, West Texas Intermediate (WTI), turun sekitar 8 persen dan diperdagangkan pada level 18,19 dollar AS per barel. Sementara minyak mentah Brent turun 3 persen dan dijual di harga 25,56 dollar AS per barel. Harga minyak Brent adalah acuan harga minyak di pasar internasional.
Pasar minyak telah bergejolak selama beberapa pekan terakhir. Kondisi itu seiring dengan penutupan wilayah yang diberlakukan mayoritas negara di dunia seiring pandemi Covid-19. Kondisi itu mencekik permintaan karena penutupan bisnis dan pembatasan perjalanan. Harga kontrak minyak mentah WTI sempat satu titik jatuh ke wilayah negatif untuk pertama kalinya bulan lalu.
Namun, harga minyak sempat mengalami reli harga besar-besaran pada pekan lalu. Harga minyak WTI melonjak hingga 25 persen selama dua hari berturut-turut. Ini setelah sejumlah produsen top mulai memangkas produksi sejalan dengan kesepakatan produksi sejumlah negara. Timbul juga harapan atas kenaikan permintaan karena kegiatan-kegiatan ekonomi perlahan-lahan dibuka kembali di sejumlah negara.
Produsen minyak besar telah sepakat untuk memangkas produksi hampir 10 juta barel per hari untuk menopang pasar. Kesepakatan itu mulai berlaku pada akhir pekan lalu.
Namun, tekanan atas harga minyak kembali membayangi pelaku pasar pada awal pekan ini. Kehati-hatian kembali ke pasar mengikuti penurunan di bursa Asia. Sejumlah analis mengatakan, perdagangan tidak aktif karena dealer mengambil napas menyusul kenaikan kuat, tetapi optimistis bahwa pasar akan segera menemukan dukungan.
Hati-hati
Produsen minyak besar telah sepakat untuk memangkas produksi hampir 10 juta barel per hari untuk menopang pasar. Kesepakatan itu mulai berlaku pada akhir pekan lalu. Perjanjian tersebut mengakhiri perang harga antara Arab Saudi dan Rusia, yang telah menambah tekanan pada pasar bahkan pada saat permintaan anjlok di tengah wabah Covid-19
”Ada rasa kehati-hatian, jika bukan firasat karena tanda-tanda kelemahan ekonomi terus muncul,” kata Wisnu Varathan, kepala ekonomi dan strategi di Mizuho Bank di Singapura, tentang kondisi ekonomi global saat-saat ini. ”Yang benar-benar mengerikan adalah risiko pengangguran di AS yang hampir empat kali lipat hingga di atas 16 persen terbukti melekat.”
Laporan ketenagakerjaan di AS sepanjang April akan dirilis pada Jumat pekan ini. Beberapa analis memperkirakan data itu mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan berapa banyak warga yang dikeluarkan dari pekerjaan mereka. Pembatasan wilayah di negara itu masih diberlakukan saat data itu dikumpulkan.
Sejumlah analis juga memperingatkan ketegangan AS-China dalam soal virus korona tipe baru hingga Laut China Selatan ikut menjadi sentimen. Di luar harga minyak, sentimen itu juga memengaruhi pergerakan nilai tukar dan juga pasar saham. Dollar AS terpantau naik sementara pasar-pasar saham di Asia mayoritas tertekan di awal pekan ini.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, seperti diketahui, mengatakan, ada ”sejumlah besar bukti” bahwa virus jenis korona baru muncul dari sebuah laboratorium di China. Pompeo tidak memberikan bukti atau membantah kesimpulan badan intelijen AS bahwa virus itu bukan buatan manusia. Namun, komentar tersebut menggandakan tekanan Washington pada China atas asal virus itu ketika kematian AS dan tekanan ekonomi di negara tersebut meningkat. (AFP/REUTERS)