Sejak mewarisi takhta dari ayahnya, Kim Jong Il, dan memimpin Korut pada 2011, Kim Jong Un tak pernah sekalipun absen dalam upacara ”hari suci” tersebut. Baru tahun ini ia tak merayakan momen sakral itu.
Oleh
MH SAMSUL HADI
·3 menit baca
Di Korea Utara, tanggal 15 April adalah ”hari paling suci” dalam kalender tahunan. Pada tanggal itu, pendiri negara itu, yang juga ”Presiden Abadi Korea Utara”, Kim Il Sung, dilahirkan. Tanggal itu di Korea Utara juga disebut Hari Matahari. Hari ketika seluruh aktivitas rakyat Korea Utara diliburkan agar mereka berkunjung ke tempat-tempat yang punya keterkaitan dengan Kim Il Sung.
Sejak mewarisi takhta dari ayahnya, Kim Jong Il, dan memimpin Korut pada 2011, Kim Jong Un tak pernah sekalipun absen dalam upacara ”hari suci” tersebut. Baru tahun ini ia tak merayakan momen sakral itu. Kim Jong Un lebih memilih tanggal 1 Mei, bertepatan dengan Hari Buruh Internasional, untuk tampil di depan publik setelah selama 20 hari menghadirkan teka-teki tentang keberadaannya.
Seperti diberitakan kantor berita Korut, KCNA, yang kemudian dikutip media, Kim Jong Un tampil dalam upacara peresmian pabrik pupuk di kota Sunchon, sekitar 50 kilometer utara Pyongyang, ibu kota Korut. Mengenakan pakaian Mao warna hitam, Kim tampak tersenyum, berjalan di kompleks fasilitas pabrik itu, memberi aplaus, memotong pita merah saat peresmian, dan tak ketinggalan mengisap rokok saat berbincang dengan beberapa pejabat Korut lain.
Setelah Kim muncul kembali, bukan berarti teka-teki dan semua misteri terjawab. Hingga kini, kita semua belum tahu apa yang terjadi selama 20 hari Kim ”menghilang”. Laporan KCNA sama sekali tidak menyinggung soal itu. Dunia seolah dibiarkan memikirkan sendiri dan menemukan jawaban atas teka-teki itu. Benar atau salah jawaban itu, sehingga pihak terkait keliru dalam mengambil langkah, harap ditanggung sendiri, seperti selama 20 hari masa penuh teka-teki itu.
Ketika dunia keliru dalam permainan teka-teki tersebut, saat itulah pemimpin Korut merasa seolah telah ”menaklukkan” dunia.
Seperti akan diuraikan di bawah, permainan teka-teki tersebut tidak hanya dilakukan Kim Jong Un. Dua pemimpin Korut sebelumnya, Kim Il Sung dan Kim Jong Il, juga kerap melakukan pola-pola tersebut. Same old story. Setelah dunia terkecoh oleh pikiran dan spekulasinya sendiri mengenai berbagai rumor di Korut, media negeri itu akan merilis berita seperti yang dilakukan akhir pekan lalu.
”Untuk membuat trik kepercayaan diri itu berhasil, rezim (di Korut) terus berupaya agar semua orang—di luar negeri atau warga sendiri—dalam kegelapan,” tulis John Sweeney, wartawan BBC Panorama, yang menulis buku North Korea Undercover: Inside the World’s Most Secret State (2013).
Sejak Kim Il Sung—sering juga disebut ”Kim Pertama”— memimpin, sudah tak terhitung jumlahnya teka-teki dari Korut muncul. Salah satu yang paling menghebohkan adalah rumor meninggalnya Kim Il Sung. Pada 16 November 1986, koresponden koran bertiras terbesar Korea Selatan, Chosun Ilbo, melaporkan rumor itu dari Tokyo.
Koran tersebut melaporkan lagi berita tersebut pada edisi 17 November dan menyediakan laporan tujuh halaman pada edisi 18 November berisi laporan tewasnya Kim Il Sung berjudul ”Kim Il Sung Tewas Ditembak”. Tak lama kemudian, Kim Il Sung muncul di bandar udara Pyongyang, menyambut delegasi tamu dari Mongolia.
Ia meninggal tahun 1994 dan digantikan anaknya, Kim Jong Il. Seperti ayahnya, Kim Jong Il—atau juga disebut ”Kim Kedua”—juga sering jadi bahan perbincangan terkait kesehatan dan rumor kematiannya sejak menderita stroke tahun 2008. Kim Kedua meninggal pada Desember 2011.
Kabar kematiannya baru diketahui dua hari setelahnya lewat pengumuman kantor berita Korut. Kim Jong Un, penerus dinasti rezim di Korut, mempertahankan pola permainan teka-teki seperti itu bagi dunia. Ketika dunia keliru dalam permainan teka-teki tersebut, saat itulah pemimpin Korut merasa seolah telah ”menaklukkan” dunia.