Tentara Venezuela Gagalkan Upaya Kudeta terhadap Maduro
Sebuah upaya kudeta digagalkan oleh pihak keamanan Venezuela. Pemerintahan Nicolas Maduro menuding Kolombia dan Amerika Serikat berada di balik upaya kudeta yang gagal ini.
Oleh
Mahdi Muhammad
·2 menit baca
CARACAS, SENIN — Delapan tentara bayaran terbunuh dan dua lainnya ditahan setelah mereka diduga akan melancarkan kudeta terhadap Presiden Venezuela Nicolas Maduro, Minggu (3/5/2020) pagi. Venezuela menuding Pemerintah Kolombia dan Amerika Serikat berada di balik rencana serangan ini.
Di dalam keterangan yang disiarkan secara langsung melalui televisi pemerintah, Menteri Dalam Negeri Venezuela Nestor Reverol, Minggu, mengatakan, ke-10 tentara bayaran asal Kolombia itu mencoba untuk melakukan tindakan terorisme di wilayah Venezuela.
”Mereka mencoba melakukan invasi melalui laut untuk melakukan tindakan teroris di negara kita dan membunuh para pemimpin pemerintahan revolusioner,” katanya.
Reverol menjelaskan, ke-10 orang tersebut mencoba mendekat ke ibu kota melalui wilayah Pantai La Guaira yang berjarak sekitar 33 kilometer sebelah utara Caracas. Namun, kedatangan mereka dicegat oleh militer dan polisi Venezuela. Baku tembak tidak terhindarkan. Delapan anggota kelompok tentara bayaran itu terbunuh dan dua orang ditahan.
”Berkat tindakan yang tepat dan efektif dari angkatan bersenjata kami dan pasukan aksi polisi khusus kepolisian nasional, beberapa penyerang tewas dan ada yang ditahan,” kata Reverol. Pemerintah meyakini jumlah anggota kelompok itu lebih dari 10 orang. Pencarian besar-besaran tengah dilakukan oleh pihak keamanan.
Dugaan keterlibatan Kolombia dan Pemerintah Amerika Serikat ini diutarakan oleh Wakil Ketua Partai Sosialis, partai berkuasa di Venezuela, Diosdado Cabello. Dia mengatakan, dua negara itu diyakini terlibat setelah pihak keamanan menemukan bahwa salah satu anggota tentara bayaran yang terbunuh adalah Roberto Colina, mantan perwira militer Venezuela. Colina diketahui memiliki hubungan yang sangat dekat dengan mantan petinggi militer Venezuela, Jenderal Cliver Alcala.