Seiring dengan pelonggaran kebijakan penutupan wilayah di banyak negara, sekolah dan universitas pun kembali dibuka. Namun, setiap siswa dan guru harus mematuhi panduan kesehatan agar Covid-19 tidak menyebar kembali.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
SEOUL, SELASA - Kehidupan warga Korea Selatan perlahan kembali normal setelah terjadi penurunan kasus baru Covid-19 yang signifikan dalam beberapa hari terakhir. Pemerintah Korea Selatan akan mulai membuka kembali sekolah minggu depan.
Sekolah ditutup sejak awal Maret lalu ketika Korea Selatan menjadi negara yang paling awal mengalami wabah Covid-19 terburuk. Bahkan, pernah di satu titik Korea Selatan menjadi negara dengan kasus Covid-19 kedua terbanyak setelah China daratan, sumber awal Covid-19.
Namun, berkat program “pelacakan kasus, tes, dan perawatan” yang luas pandemi Covid-19 bisa terkendali dengan baik. Pada Senin (4/5/2020), Korea Selatan melaporkan delapan kasus baru sehingga total kasus Covid-19 mencapai 10.801.
Sementara kasus meninggal sebanyak 250, jauh lebih rendah dari Italia, Inggris, Spanyol, dan Perancis di mana kasus meninggal setidaknya mencapai 24.000 kasus.
Sejak sekolah ditutup, siswa menjalani kelas daring. Otoritas Korea Selatan menyebutkan, sekolah akan dibuka kembali secara bertahap mulai Rabu pekan depan hingga 1 Juni mendatang.
“Pembukaan kembali sekolah bukan berarti akhir dari Covid-19,” ujar Menteri Pendidikan Korea Selatan Yoo Eun-hae. Untuk itu, tindakan pencegahan harus tetap dilakukan agar bisa kembali ke “suasana kelas yang bebas dan energik” seperti sebelum wabah terjadi.
Para pelajar harus tetap memakai masker selama di sekolah kecuali saat makan siang serta harus menjaga jarak fisik dengan sesama pelajar dan guru. Mereka juga akan diminta untuk membersihkan mejanya masing-masing di pagi hari sebelum kelas dimulai.
Sementara itu, di Islandia, sekolah menengah dan universitas baru dibuka kembali Senin (4/5/2020) setelah ditutup tujuh minggu untuk menekan penyebaran Covid-19.
Negara di Atlantik Utara itu melaporkan 1.799 kasus Covid-19 dengan 10 kasus meninggal. Sejak 23 April 2020, penambahan kasus setiap harinya fluktuatif antara nol hingga tiga kasus.
Tes sebelum kasus muncul
Hasil studi yang dipublikasikan di jurnal kedokteran New England Journal of Medicine April lalu menyebutkan keberhasilan Islandia mengendalikan pandemi Covid-19 adalah karena tes yang luas. Bahkan, pemeriksaan sudah dilakukan sebelum kasus pertama muncul.
Hingga Minggu (3/5/2020), Islandia telah melakukan pemeriksaan sebanyak 50.406 atau sekitar 14 persen dari populasinya yang mencapai 364.000.
Program pemeriksaan yang agresif ini telah membantu memperlambat laju infeksi dengan memungkinkan tenaga kesehatan mendeteksi warganya yang terinfeksi atau positif tapi tanpa gejala.
Ketika dikonfirmasi positif Covid-19 mereka harus menjalani isolasi mandiri selama 14 hari hingga gejalanya mereda atau hingga hasil tes menunjukkan negatif Covid-19.
University of Iceland di Reykjavik yang memiliki 13.000 mahasiswa mengaktifkan kembali kegiatan belajarnya secara pelan-pelan dan bertahap mulai Senin. Hal serupa juga dilakukan enam kampus University of Iceland di kota-kota lainnya.
Adapun di Inggris, Perdana Menteri Boris Johnson lebih berhati-hati dalam melonggarkan kebijakan penutupan wilayahnya. Rencananya, kebijakan penutupan wilayah akan dilonggarkan mulai hari Minggu depan.
Sementara pada hari Kamis (7/5/2020) kebijakan jaga jarak sosial yang diterapkan sejak akhir Maret lalu akan dievaluasi.
Panduan jaga jarak sosial di tempat kerja yang dibuat bersama para pengusaha dan serikat pekerja mendorong para pekerja untuk tetap berada di rumah selama beberapa bulan ke depan untuk menghindari padatnya transportasi publik.
Namun, jika pekerja harus tetap masuk maka perusahaan didesak untuk menerapkan waktu kerja bergilir, menerapkan higienitas, menghindari penggunaan meja atau alat tulis bersama, tetap menutup kantin, dan membatasi orang yang masuk lift.(AFP)