Gedung Putih Terpapar, Tes Antigen Dilakukan untuk Covid-19
Meski dua staf Gedung Putih positif Covid-19 dan tiga anggota gugus tugas mengarantina diri, Presiden Donald Trump tetap menolak untuk menggunakan masker selama pertemuan pada Sabtu malam waktu Washington DC, AS.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
WASHINGTON DC, MINGGU — Tiga anggota gugus tugas Covid-19 Gedung Putih mengarantina diri setelah kontak dengan seseorang yang positif Covid-19. Kekhawatiran akan penularan masif di Gedung Putih terjadi setelah dua anggota staf di kantor Presiden Donald Trump itu diketahui positif Covid-19.
Ketiga anggota gugus tugas itu adalah Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID-NIH), Dr Anthony Fauci; Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) (Robert Redfield; dan Komisioner Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA), Stephen Hahn. Kasus ini menjadi bukti, tidak ada satu pun bangunan di AS aman dari virus korona baru (SARS-CoV-2).
CDC dalam pernyataannya, Sabtu malam atau Minggu (10/5/2020) pagi, mengatakan, Redfield akan menjalankan pekerjaannya di rumah selama 14 hari. Ia diduga berisiko terpapar, walaupun dalam tingkatan yang rendah, dengan seseorang yang bekerja di Gedung Putih. CDC juga menyatakan Redfield dalam kondisi yang baik dan tidak menunjukkan gejala.
Beberapa jam sebelum CDC mengumumkan kondisi Redfield, FDA mengonfirmasi bahwa salah satu petinggi mereka, Stephen Hahn, telah melakukan kontak dengan seseorang yang positif Covid-19. Hahn sudah menjalani serangkaian tes dan hasilnya negatif. Namun, dia harus menjalani isolasi atau karantina mandiri selama dua pekan.
Fauci sama. Dia mengaku telah menjalani serangkaian tes dan hasilnya negatif. Meski dinilai memiliki risiko yang rendah, sebagai langkah pencegahan, Fauci akan menjalani karantina mandiri selama dua pekan dan bekerja dari rumah.
Jika Presiden Donald Trump memerlukan atau memanggil Fauci, dia akan pergi ke Gedung Putih dengan melakukan setiap tindakan pencegahan.
Merebaknya kekhawatiran penularan masif di Gedung Putih setelah dua orang pegawainya diketahui positif Covid-19, yaitu Sekretaris Pers Stephanie Miller dan seorang petugas lainnya di sana.
Meski ada dua anggota staf yang positif, Trump tetap menolak untuk menggunakan masker selama pertemuan dengan petinggi militer dan Kementerian Pertahanan, Sabtu malam. Tindakan yang sama juga dilakukan para undangan.
Pengujian virus
Sementara FDA, Sabtu (9/5/2020) waktu Washington DC, memberikan otorisasi darurat bagi jenis pengujian fragmen protein penyusun virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
Diharapkan, dengan pemberian izin itu dapat membantu pemerintah untuk melakukan lebih banyak pengujian pada warga dan mempercepat pengambilan kebijakan penanganan pandemi Covid-19 di negara ini.
Otorisasi darurat ini diberikan untuk tes antigen yang diproduksi oleh Quidel Corp, perusahaan farmasi San Diego, AS. Tes ini diklaim bisa dengan cepat mendeteksi fragmen protein virus SARS-CoV-2 dalam sampel usap cairan hidung yang dikumpulkan dari seseorang yang diduga terpapar virus.
Manajemen Quidel dalam pernyataannya mengklaim, tes antigen yang mereka kembangkan bisa memberikan hasil yang akurat dalam waktu 15 menit.
”Otorisasi darurat FDA memungkinkan kami mempersenjatai pekerja kesehatan dan responden pertama dengan solusi terdepan untuk diagnosis Covid-19 dan akhirnya mempercepat waktu untuk perawatan,” kata Douglas Bryant, CEO Quidel, di dalam pernyataannya.
Saat ini, satu-satunya cara untuk mendiagnosis Covid-19 aktif adalah dengan melakukan pengujian usap hidung atau swab guna mendapatkan material genetik virus.
Meskipun dianggap sangat akurat, tes bisa memakan waktu berjam-jam dan membutuhkan peralatan khusus yang mahal, terutama ditemukan di laboratorium komersial, rumah sakit atau universitas.
Tipe kedua mencari antibodi di dalam darah, yang diproduksi oleh tubuh beberapa hari atau minggu setelah melawan infeksi. Tes semacam itu bermanfaat bagi para peneliti untuk memahami sejauh mana suatu penyakit telah menyebar dalam suatu komunitas, tetapi tindakan itu tidak berguna untuk mendiagnosis infeksi aktif.
Pemerintah AS terus mencoba meningkatkan kapasitas pengujiannya. Namun, sejauh ini, mereka baru mampu melakukan pengujian sekitar 200.000 hingga 250.000 per hari.
Banyak ahli kesehatan di negara itu mendesak agar pemerintah dan perusahaan farmasi bisa melakukan pengujian hingga jutaan per hari agar pemerintah bisa mengambil kebijakan pelonggaran pembatasan sosial, termasuk di dalamnya pengaktifan kembali kegiatan belajar-mengajar di sekolah dan kampus, bisnis, gereja dan lainnya.
Quidel dan FDA tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai produksi dan distribusi alat uji ini nantinya pada rumah sakit di seluruh AS.
Sementara pada saat yang sama, Pemerintah AS juga menghadapi pertanyaan dari sejumlah asosiasi dokter dan rumah sakit tentang tata cara dan tolok ukur yang digunakan untuk mendapatkan jatah obat remdesivir produksi Gilead, yang disetujui oleh FDA sebagai obat Covid-19.
Dr Thomas File, Presiden Asosiasi Ahli Penyakit Menular Amerika Serikat, mengatakan, lembaganya mendapat pertanyaan tentang tata cara dan tolok ukur pembagian obat tersebut karena ada yang mendapat dan ada juga yang tidak. Termasuk rumah sakit di New York dan Boston, yang merupakan kawasan paling parah dalam penanganan pasien Covid-19. (AP)