Kelompok Bersenjata Serang Rumah Sakit Afghanistan
Tiga anggota kelompok bersenjata menyerbu rumah sakit dan klinik bersalin di Dashti Barchi, Kabul. Serangan bersenjata terus terjadi di tengah upaya untuk melanjutkan perjanjian damai di negara ini.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
KABUL, SELASA — Di tengah upaya Amerika Serikat untuk melobi negara-negara di Asia Selatan untuk membantu keberlanjutan proses perdamaian di Afghanistan, sekelompok orang bersenjata yang menyamar dengan menggunakan seragam polisi menyerbu sebuah rumah sakit pemerintah di kawasan Dashti Barchi, Kabul, Selasa (12/5/2020). Setidaknya, 14 orang tewas, termasuk dua bayi, ibu-ibu, serta perawat.
Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan Tareq Arian mengatakan, lebih dari 80 pasien perempuan dan bayi dievakuasi oleh militer Afghanistan ketika baku tembak terjadi. Menurut Arian, empat warga tewas dan belasan lainnya terluka dalam baku tembak kedua pihak.
Sebuah foto yang diedarkan oleh Kemendagri Afghanistan menunjukkan bayi yang baru lahir dan sang ibu dievakuasi dari rumah sakit ke tempat yang aman. ”Pasukan berusaha untuk menghentikan serangan bersenjata itu dan mencoba mengendalikan situasi,”kata Arian.
Beberapa jam setelah kejadian, Kemendagri mengeluarkan pernyataan tentang jumlah anggota kelompok bersenjata yang menyerbu rumah sakit itu. Menurut keterangan itu, anggota kelompok bersenjata yang menyerbu rumah sakit terdiri atas tiga orang dengan pura-pura menyamar sebagai petugas kepolisian.
Ketiganya dilaporkan tewas dan kondisi rumah sakit bisa dikendalikan oleh pihak keamanan Afghanistan. Tidak jelas mengapa rumah sakit bersalin di Dashti Barchi menjadi sasaran.
Tidak ada yang langsung mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kabul, di mana Taliban dan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) sering menyerang militer Afghanistan dan pasukan keamanan, serta warga sipil. Taliban membantah bahwa mereka terlibat.
Rumah sakit ibu dan anak
Asap hitam membubung ke langit di atas bangunan rumah sakit di Dashti Barchi, Kabul. Dashti Barchi adalah sebuah lingkungan yang dihuni oleh mayoritas kaum Syiah di Afghanistan. Pada masa lalu, kawasan ini juga sering menjadi target serangan yang dilakukan oleh militan NIIS.
Rumah Sakit Dashti Barchi, menurut juru bicara Kementerian Kesehatan Afghanistan, Wahidullah Mayar, sejak tahun 2014 dikelola bersama antara pemerintah dan lembaga Doctors Without Borders (MSF). Dari 100 tempat tidur yang ada di rumah sakit ini, MSF mengelola separuh dari jumlah tempat tidur yang tersedia untuk persalinan. Semua fasilitas yang ada di klinik persalinan gratis.
Dikutip dari situs resmi MSF, pada tahun pertama aktivitas mereka di rumah sakit tersebut, dokter dan tim perawat membantu lebih dari 10.000 persalinan. Sebanyak 17 persen di antaranya disertai dengan komplikasi dan membutuhkan perawatan khusus oleh sekitar 200 orang tim dokter dan perawat yang berasal dari Afghanistan sendiri dan luar negeri.
MSF belum memberikan komentar terkait serangan itu. Di dalam akun Twitter resminya mereka menyatakan masih mengumpulkan informasi mendalam mengenai serangan dan dampaknya terhadap operasional klinik bersalin yang mereka kelola dan rumah sakit secara umum.
Dikecam
Kelompok militan NIIS belum berkomentar atas serangan itu. Namun, beberapa hari lalu, petinggi NIIS mengklaim bertanggung jawab atas empat serangan bom di Kabul.
Namun, beberapa pihak menduga serangan demi serangan yang terjadi di Kabul dan beberapa wilayah lain selama beberapa hari terakhir terkait dengan penangkapan petinggi IS, Zia-ul Haq atau yang lebih dikenal dengan nama Shaikh Abu Omer Al-Khorasai, beberapa hari lalu oleh intelijen Afghanistan.
Badan Perbantuan PBB untuk Afghanistan (UNAMA) mengecam keras serangan terhadap instalasi rumah sakit itu. ”UNAMA kaget dan muak atas terjadinya serangan kelompok teroris pada sebuah rumah sakit bersalin dan sebuah kegiatan pemakaman di Afghanistan. Serangan itu telah mengakibatkan korban sipil tewas. Perwakilan PBB di Afghanistan mendesak kepada para pihak yang bertanggung jawab untuk bersiap menghadapi hukuman dan harus menyatakan duka cita yang mendalam kepada para korban serta keluarganya,” cuit UNAMA melalui akun Twitter mereka.
Pemerintah Pakistan mengecam serangan tersebut dan menyebutnya sebagai sebuah serangan yang tidak manusiawi dan hanya dilakukan oleh sekelompok pengecut, apalagi dilakukan pada saat bulan suci Ramadhan serta upaya pemerintah memerangi pandemi Covid-19.
Serangan terhadap rumah sakit, termasuk di dalamnya adalah rumah sakit bersalin (atau rumah sakit ibu dan anak) adalah pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional (IHL). Berdasarkan aturan 28 IHL, unit medis yang secara eksklusif bekerja untuk tujuan medis harus dihormati dan dilindungi dalam setiap keadaan.
Dikutip dari laman ICRC, di bawah Statuta Mahkamah Pidana Internasional, serangan yang sengaja diarahkan kepada ”rumah sakit dan tempat-tempat di mana orang sakit dan yang terluka dikumpulkan, asalkan itu bukan tujuan militer” dan terhadap ”unit medis, menggunakan lambang khas Konvensi Genewa sesuai dengan hukum internasional” merupakan kejahatan perang dalam konflik bersenjata non-internasional. (AFP/REUTERS)