Pasar Keuangan Tertekan Kekhawatiran Gelombang Kedua Korona
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 1 persen pada awal perdagangan Kamis ini. Indeks Nikkei 225 di Jepang turun sekitar 0,7 persen.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
SINGAPURA, KAMIS — Mayoritas pasar saham di Asia anjlok, sementara harga emas mencapai level tertinggi dalam satu pekan pada Kamis (14/5/2020). Investor dan pelaku pasar khawatir dengan terjadinya gelombang kedua infeksi Covid-19. Jika hal itu berlanjut, percepatan pemulihan ekonomi pun diperkirakan semakin sulit terealisasi.
Faktor lain yang dinilai turut menambah pesimisme adalah komentar Gubernur bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell. Ia mengingatkan kemungkinan masa pertumbuhan ekonomi lemah menjadi lebih panjang.
Namun Powell mengatakan, bakal menggunakan kekuatan bank sentral AS itu sesuai kebutuhan seraya menyerukan belanja fiskal tambahan untuk membendung dampak ekonomi lebih lanjut dari pandemi. ”Jalan di depan sangat tidak pasti dan memiliki risiko penurunan yang signifikan,” kata Powell.
Seorang pejabat tinggi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, virus korona tipe baru penyebab Covid-19 mungkin tidak akan pernah hilang. Kondisi itu menambah kekhawatiran di kalangan pelaku pasar. Serangan gelombang kedua Covid-19 diperkirakan bisa terjadi seiring pelonggaran wilayah yang telah dilakukan beberapa negara.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 1 persen pada awal perdagangan Kamis ini. Indeks Nikkei225 di Jepang turun 0,7 persen. Saham berjangka di AS turun 0,2 persen, setelah mengalami penurunan terburuk selama dua hari. Semalam, tiga indeks utama Wall Street ditutup lebih rendah untuk hari kedua berturut-turut. Indeks Dow Jones ditutup turun 2,17 persen pada penutupan tengah pekan ini.
Sementara itu, indeks patokan di Australia, Hong Kong, Korea Selatan, dan China semuanya turun sekitar 1 persen. ”Kami tidak berpikir pasar akan menguji ulang posisi terendahnya, tetapi mungkin terlihat juga, jadi saya melihat adanya koreksi,” kata Tony Huntley, kepala investasi di perusahaan keuangan Adansonia Capital yang berbasis di Melbourne. ”Masalahnya adalah apakah kita mendapatkan gelombang kedua (infeksi Covid-190; hal itu akan menjadi ketakutan terbesar saya.”
Optimisme baru-baru ini yang telah mengalir melalui pasar, tersentak kembali oleh data yang menunjukkan wabah baru Covid-19 di Korea Selatan, China, dan Jerman. Optimisme itu awalnya dipicu stimulus senilai triliunan dollar AS di seluruh dunia dan dukungan bank-bank sentral.
Pelaku pasar tetap khawatir tentang kemungkinan kasus Covid-19 meningkat lagi karena pemerintah mengurangi pembatasan mereka terkait dengan penguncian wilayah. (David Madden dari CMC Markets)
Korsel dilaporkan sedang menghadapi wabah baru Covid-19. Sementara itu, China telah memberlakukan kembali pembatasan pergerakan di dekat perbatasannya dengan Korea Utara dan Rusia. Langkah-langkah itu buru-buru dilakukan setelah wabah baru Covid-19 terdeteksi di sana.
Surat utang di AS dan posisi dollar AS menguat setelah Powell berbicara tentang prospek suku bunga negatif di AS. Imbal hasil surat utang US Treasury dengan tenor 10 tahun turun sedikit menjadi 0,64 persen. Harga emas pun langsung naik di atas level 1.700 dollar AS per troions, menyentuh tertinggi minggu ini di level 1.719,11 dollar AS per troy ounce.
Pasar ekuitas telah goyah sejak mengalami reli kenaikan pada April. Para investor dan otoritas mencoba untuk menimbang risiko memulai kembali ekonomi dengan cepat guna menghindar dari efek kehancuran pascapenutupan wilayah selama pandemi. Namun, kini kekhawatiran atas penanggulangan Covid-19 tetap menghantui karena infeksi-infeksi baru masih bermunculan.
”Kita akan perlahan membuka ekonomi,” Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan kepada Fox News pada hari Rabu. Gedung Putih menekan keras untuk membuat kehidupan warga dan perekonomian mereka bergerak kembali. ”Namun, ada juga risiko bahwa kita telah menunggu terlalu lama. Ada risiko menghancurkan ekonomi AS dan dampak kesehatan yang ditimbulkannya.”
Ahli penyakit menular top AS, Anthony Fauci, telah memperingatkan bahwa pelonggaran secara prematur dari penguncian wilayah dapat menyebabkan wabah tambahan. Perhatian juga berlaku di Eropa, misalnya, benua yang telah melonggarkan kebijakan kerasnya selama pandemi.
”Pasar global masih tertekan. Keuntungan melambat,” kata ahli strategi Societe Generale, Olivier Korber. ”Gelombang pandemi kedua sayangnya bukan risiko lanjutan sehingga tingkat kerusakan ekonomi sepenuhnya pun tidak dapat diremehkan.” (AFP/REUTERS)