Taiwan tidak ada di dalam Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lagi. Namun, AS telah berulang kali meminta agar Taiwan diajak ikut sidang Majelis Kesehatan Dunia (WHA) meski China tidak setuju.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
GENEVA, SENIN — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan mengakomodasi negara-negara anggota yang mempertanyakan kejelasan partisipasi Taiwan dalam sidang tahunan secara virtual Majelis Kesehatan Dunia (WHA) yang akan berlangsung selama dua hari dan dimulai, Senin (18/5/2020).
Taiwan tidak ada di dalam WHO lagi. Namun, pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump berulang kali meminta agar Taiwan diajak ikut sidang WHA meski China tidak setuju. AS kian gencar mendorong masalah itu seiring dengan meningkatnya ketegangan hubungan AS-China.
Sidang virtual itu akan membicarakan isu pandemi Covid-19 yang menjadi agenda utama. Namun, isu partisipasi Taiwan akan ikut dibahas karena ada sekitar 15 negara, termasuk Belize, Guatemala, Honduras, dan Kepulauan Marshall, yang bersurat ke Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, meminta agar isu partisipasi Taiwan masuk dalam agenda sidang.
Kepada wartawan, WHO menjelaskan peran WHO yang hanya sebagai sekretariat majelis itu dan negara-negara anggota WHO saja yang berhak memutuskan mengundang Taiwan atau tidak. Tedros mengatakan usulan dari 15 negara itu sudah disampaikan ke Komite Umum untuk dipertimbangkan.
Komite ad hoc yang terdiri dari 15 negara itu biasanya dibentuk pada awal setiap WHA. Merekalah yang menentukan agenda-agenda tambahan sidang. Kendati demikian, tidak ada yang dapat menghalangi siapa pun yang mau melakukan voting untuk menentukan partisipasi Taiwan dalam WHA.
”Keputusan WHA biasanya dari hasil konsensus,” kata juru bicara WHO, Fadela Chaib.
Pendiri WHO
Taiwan sebenarnya ikut mendirikan WHO pada tahun 1948. Namun, ditendang keluar WHO pada 1972 atau satu tahun setelah kalah dengan Republik Rakyat China dalam perebutan ”kursi China” di PBB.
Antara tahun 2009 dan 2016, Pemerintah China memperbolehkan Taiwan ikut hadir di WHA sebagai pemantau saja dan datang atas nama China Taipei. Pada waktu itu, hubungan keduanya sedang mesra.
Namun, hubungan keduanya menegang lagi setelah Presiden Taiwan Tsai Ing-wen terpilih pada 2016. Taiwan tidak lagi diundang ikut rapat gara-gara Ing-wen tidak seide dengan China yang bersikeras menganggap Taiwan bagian dari China.
Bahkan China berjanji suatu saat nanti Taiwan pasti akan kembali ke China, apa pun caranya. Banyak negara yang mendorong Taiwan diajak masuk lagi ke WHO atau setidaknya menjadi peninjau.
Sejak 1949, China tercerai-berai setelah kelompok nasionalis kalah melawan komunis dalam perang saudara lalu melarikan diri ke Taiwan dan membentuk pemerintahan baru.
China menolak mengakui kedaulatan Taiwan dan menekan wilayah itu dari sisi ekonomi, diplomatik, dan militer. Juga menutup pintu lembaga-lembaga internasional seperti WHO untuk Taiwan itu salah satu cara China mengganjal langkah Taiwan.
Wabah korona
Selama ini dukungan diplomatik bagi Taiwan untuk masuk ke WHO lagi tak terlalu kuat. Namun, sejak pandemi Covid-19 datang, semua berubah. Di saat China diterpa kritik atas cara penanganan wabah korona yang kurang berhasil, Taiwan justru dipuji-puji berhasil menangani pandemi.
Data terakhir menunjukkan, dari 433 kasus di Taiwan, hanya diketahui ada 7 kasus pasien yang meninggal.
Taiwan berpendapat tidak adil jika WHO tidak melibatkan Taiwan yang memiliki 23 juta penduduk. Apalagi di situasi krisis kesehatan seperti ini.
”Mestinya tidak boleh ada satu pihak pun yang dianaktirikan. WHO terlalu sibuk dengan politik dan melupakan profesionalisme dan netralitasnya,” kata Wakil Presiden Taiwan Chen Chien-jen.
Sejumlah pejabat WHO mengaku sering berbicara dengan Taiwan dan para pejabat Taiwan juga sering diundang ke rapat-rapat teknis. Namun, menurut Taiwan, mereka dulu diundang rapat WHA hanya karena ”kebijaksanaan” Tedros yang kini dirjen WHO.
WHO kemudian menyatakan Tedros bisa mengundang Taiwan jika tercapai konsensus antarnegara anggota. Dan, itu akan sulit terwujud karena hanya 15 negara yang mengakui Taiwan dan mayoritas ada di Amerika Latin dan Pasifik.
Tak banyak dari 194 negara anggota WHO yang mau membuat China marah. Pengakuan kedaulatan Taiwan akan dianggap sebagai kemenangan Taiwan dan kekalahan China.
Dalam beberapa pekan terakhir, Australia, Kanada, Jepang, dan Selandia Baru ikut mendukung dorongan AS yang meminta Taiwan diberi status peninjau di WHA.
Hal itu membuat China marah dan menuding negara-negara Barat sengaja memanfaatkan Taiwan untuk mengalihkan perhatian dari kegagalan mereka menangani pandemi. (AFP)