Amankan Pasokan Vaksin, AS Borong Sepertiga Produksi Perusahaan Inggris
Pemerintah Amerika Serikat menyuntikkan dana 1,2 miliar dollar AS kepada perusahaan farmasi, AstraZeneca, untuk mengamankan pasokan vaksin bagi negaranya. Ketimpangan akses antara negara kaya dan miskin bisa berdampak.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
WASHINGTON, JUMAT — Pemerintah Amerika Serikat mengamankan rantai pasokan vaksin bagi negaranya setelah menyuntikkan dana sekitar 1,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp 17,7 triliun kepada perusahaan farmasi Inggris, AstraZeneca, yang tengah mengembangkan vaksin Covid-19. Suntikan dana ini membuat AS akan mendapat sekitar 300 juta dosis vaksin atau hampir sepertiga dari total 1 miliar dosis yang direncanakan diproduksi perusahaan itu pada tahap awal.
Suntikan dana tersebut diberikan oleh Departemen Kesehatan dan Layanan Kesehatan Kemanusiaan Pemerintah AS (HHS) setelah Presiden Donald Trump mendesakkan pentingnya ketersediaan vaksin di negara tersebut. Pemerintah AS akan menerima vaksin tersebut paling cepat pada Oktober mendatang.
”Kontrak dengan AstraZeneca menjadi penting bagi percepatan operasi ini agar vaksin yang diproduksi pada 2021 adalah vaksin yang aman, efektif, dan bisa diakses secara luas,” kata Sekretaris HHS Alex Sazar.
Meski belum ada satu pun calon vaksin yang terbukti efektif melawan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19, para pemimpin pemerintahan di seluruh dunia melihat vaksin sebagai satu-satunya cara terbaik dan riil agar kehidupan perekonomian negara bisa kembali berputar. Dengan jumlah penduduk dunia yang positif terpapar Covid-19 melewati angka 5 juta orang dan jumlah kematian melampaui angka 300.000 jiwa, vaksin menjadi harapan agar pandemi ini bisa segera tertangani dan bahkan terhenti.
Pemerintah Inggris telah menyuntikkan dana sekitar 47 juta pound sterling (sekitar Rp 846 miliar) dari total rencana 84 juta pound sterling (Rp 1,5 triliun) kepada AstraZeneca. Suntikan dana tersebut cukup untuk mengapling sekitar 100 juta dosis vaksin bagi negara tersebut.
Vaksin yang dikembangkan bersama para peneliti Universitas Oxford sebelumnya dikenal sebagai ChAdOx1 nCoV-19. Dan sekarang penyebutannya berubah menjadi AZD1222.
Pada Rabu (20/5/2020), Kementerian Dalam Negeri dan Departemen Pertahanan Swiss mengumumkan upaya mendapatkan dan memenuhi kebutuhan vaksin bagi sekitar 8,6 juta warganya. Untuk mengamankan pasokan vaksin bagi warga negaranya, Pemerintah Swiss telah menyiapkan anggaran 300 juta franc Swiss atau sekitar Rp 4,5 triliun.
AstraZeneca saat ini tengah melakukan percobaan klinis fase I/II untuk calon vaksin tersebut. Percobaan yang melibatkan sekitar 1.000 sukarelawan itu dimulai bulan April lalu. Percobaan yang dilakukan di wilayah Inggris selatan kepada sukarelawan yang memiliki rentang usia 18-55 tahun tersebut dilakukan untuk menilai keamanan, imunogenisitas, dan kemanjurannya. Hingga saat ini belum ada kabar mengenai hasil uji klinis calon vaksin itu.
AstraZeneca, dalam pernyataannya mengatakan, vaksin yang tengah dikembangkan ini mungkin tidak berfungsi. Namun, perusahaan itu tetap berkomitmen untuk tetap melaksanakan percobaan klinis agar bisa mendapatkan vaksin yang dibutuhkan dan dinantikan oleh warga dunia.
”Pandemi ini adalah tragedi global sekaligus merupakan tantangan bagi seluruh umat manusia,” kata CEO AstraZeneca Pascal Soriot, Kamis (21/5/2020).
Ketimpangan akses
Akses terhadap vaksin menjadi salah satu masalah pelik yang harus dipecahkan semua negara. Kekhawatiran tidak meratanya akses terhadap vaksin antara negara kaya dan negara miskin, negara maju, berkembang, dan negara terbelakang, harus dicari solusinya.
Beberapa waktu lalu, Pemerintah Perancis berang setelah pimpinan perusahaan farmasi yang berbasis di negara itu, Sanofi, menyatakan akan menggelar karpet merah bagi AS jika perusahaan itu bisa memproduksi vaksin dengan cepat. AS sendiri memberi dukungan pada setidaknya tiga perusahaan farmasi besar dunia, yakni Johnson&Johnson, Sanofi dan Moderna, untuk mengamankan akses atas produksi vaksin.
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno LP Marsudi dalam berbagai pertemuan untuk membahas penanganan pandemi Covid-19 menekankan soal pemberian kesempatan yang sama bagi seluruh negara untuk bisa mengakses vaksin.
AstraZeneca menyatakan, untuk memastikan semua negara memiliki akses terhadap vaksin, perusahaan itu telah bekerja sama dengan sejumlah mitra untuk bisa memproduksi vaksin secara massal. Salah satunya adalah Serum Institute of India.
Serum Institute of India, pembuat vaksin terbesar di dunia berdasarkan volume, telah mendedikasikan salah satu fasilitasnya dengan kapasitas produksi hingga 400 juta dosis per tahun untuk memproduksi vaksin di Oxford. (AFP/REUTERS)