Jepang Tambah Dana Stimulus Pascapencabutan Keadaan Darurat
Keadaan darurat di Jepang tak diikuti sanksi bagi pelanggar aturan diam di rumah atau jaga jarak. Status itu hanya memberi kewenangan pada pemerintah daerah membeli aneka kebutuhan tanpa harus memenuhi prosedur normal.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
TOKYO, SENIN — Jepang mengakhiri keadaan darurat di seluruh negeri, Senin (25/5/ 2020). Keputusan itu akan diikuti dengan penambahan stimulus yang membuat Jepang mengucurkan total hampir 3 triliun dollar AS.
Sejak Senin, keadaan darurat di Tokyo dan empat prefektur lainnya resmi berakhir. ”Kami mempunyai kriteria amat ketat untuk mengakhiri keadaan darurat. Kami menilai kriteria itu telah terpenuhi,” kata Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.
Jepang memulai penetapan keadaan darurat secara bertahap di 34 prefektur sejak 7 April 2020 untuk mengendalikan laju infeksi Covid-19. Mulai awal Mei 2020, keadaan darurat diakhiri secara bertahap sampai menyisakan Chiba, Kanagawa, Saitama, dan Tokyo di Pulau Honshu, serta Hokaido di utara Honshu.
Chiba, Kanagawa, Saitama, dan Tokyo dihuni 35 juta dari 127 juta penduduk Jepang. Aktivitas perekonomian wilayah itu bernilai 1,7 triliun dollar AS per tahun.
Keadaan darurat di Jepang tidak diikuti sanksi bagi pelanggar aturan diam di rumah atau jaga jarak. Status itu hanya memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah sebagai pihak yang berhak menetapkan keadaan darurat untuk membeli aneka kebutuhan tanpa harus memenuhi prosedur normal. Jepang mengandalkan hukuman sosial oleh masyarakat dan budaya malu yang amat tinggi.
Meski keadaan darurat diakhiri, warga Jepang dianjurkan untuk sangat menghindari keramaian dan ruang tertutup serta tetap menjaga jarak. Sebab, pandemi belum sepenuhnya berakhir dan laju infeksi bisa kembali melonjak. Tokyo menetapkan keadaan darurat bisa diakhiri jika jumlah infeksi harian kurang dari 50 orang per 100.000 penduduk. Jepang telah memenuhi syarat itu dan tetap menganjurkan penduduknya untuk sangat berhati-hati.
Stimulus
Jepang dianggap relatif sukses mengendalikan laju infeksi Covid-19 dengan total jumlah infeksi kurang dari 17.000 orang. Walakin, Jepang belum berhasil mengendalikan dampak Covid-19 bagi perekonomian. Pada Januari-Maret 2020, perekonomian Jepang berkurang atau minus 3,4 persen.
Dengan data sekarang, kemerosotan dikhawatirkan berlanjut pada April-Juni 2020. Secara teknis, karena dua periode berturut-turut perekonomiannya berada di aras negatif, Jepang kini dalam status resesi.
Karena itu, Jepang mempertimbangkan tambahan stimulus 100 triliun yen atau 930 miliar dollar AS lagi. Maret lalu, Jepang mengucurkan stimulus 1,1 triliun dollar AS. Bank sentral Jepang, BoJ, juga mengumumkan akan membeli surat utang perusahaan tanpa batas. Lazimnya, BoJ membatasi pembelian obligasi paling banyak 80 triliun yen per tahun.
Stimulus kedua, antara lain, akan dialokasi untuk menambah pinjaman tanpa bunga bagi perusahaan dengan nilai total sedikitnya 60 triliun yen. Fasilitas bagi perusahaan juga akan berbentuk tambahan modal senilai total 15 triliun yen. Tokyo juga akan menambah subsidi upah bagi pekerja.
Usulan stimulus kedua direncanakan dibahas pada Rabu pekan ini. Abe telah mengumumkan total stimulus April dan Mei akan melebihi 200 triliun yen. Dengan keputusan BoJ menghapus batas pembelian surat utang perusahaan, nilai total stimulus yang dikucurkan Jepang untuk mengatasi dampak ekonomi karena Covid-19 bisa menyentuh 300 triliun yen atau 2,8 triliun dollar AS.
Menyusul AS
Jepang bisa menyusul AS yang telah mengucurkan 3,3 triliun dollar AS untuk mengatasi dampak Covid-1 pada perekonomian. Seperti Tokyo, Washington juga belum berhasil. Hal itu, antara lain, ditandai dengan semakin banyak pengangguran karena aktivitas perekonomian lumpuh selama Covid-19 melanda. Hingga akhir pekan lalu, AS mencatat hampir 39 juta pengangguran.
Presiden AS Donald Trump mengatakan, pemerintahannya akan mendukung tambahan stimulus. DPR yang dikuasai Demokrat telah mengusulkan tambahan stimulus senilai 3 triliun dollar AS. Kini, eksekutif dan legislatif AS sedang merundingkan paket stimulus kedua.
Dana tersebut, antara lain, untuk memberi bantuan sebesar 1 triliun dollar AS ke negara-negara bagian dan pemerintah daerah. Akan ada pula tambahan tunjangan pengangguran, subsidi upah, dan bantuan langsung tunai.
Sementara dari Australia dilaporkan, Canberra kembali salah hitung soal keuangan negara. Kementerian Keuangan Australia mengakui ada kelebihan 40 miliar dollar AS untuk anggaran subsidi upah.
Sebelumnya, Canberra memperkirakan subsidi upah akan menghabiskan 85 miliar dollar AS. Belakangan, setelah proses verifikasi, kebutuhan anggaran hanya 45 miliar dollar AS. (AFP/REUTERS)