Kericuhan Rasial Meluas ke Luar Minneapolis-Amerika Serikat
Kasus Floyd merupakan tanda parahnya diskriminasi rasial di kalangan aparat Amerika Serikat. Dalam beberapa waktu terakhir, sejumlah orang kulit hitam tewas karena kekerasan berlebihan oleh aparat AS.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
WASHINGTON, JUMAT — Kericuhan yang dipicu protes atas dugaan perlakuan rasis terhadap warga kulit hitam meluas di sejumlah negara bagian Amerika Serikat. Pemerintah Kota Minneapolis, lokasi insiden pemicu rangkaian protes sejak Selasa lalu, menetapkan keadaan darurat karena kericuhan berlanjut hingga Kamis (28/5/2020) malam waktu setempat atau Jumat (29/5/2020) pagi WIB.
Rangkaian kericuhan dan protes itu dipicu oleh kematian George Floyd. Pria kulit hitam yang tinggal di kawasan Hennepin itu tewas karena kehabisan napas. Dalam video dan foto yang beredar terlihat lehernya ditekan dengan dengkul oleh polisi Minneapolis.
Dalam rekaman terbaru terlihat tiga polisi menekankan dengkulnya ke leher, punggung, dan kaki Floyd. Awalnya, polisi menyatakan tindakan itu dilakukan karena Floyd terus melawan. Walakin, rekaman video di lokasi menunjukkan Floyd sama sekali tidak melawan. Sebelum ditengkurapkan lalu ditekan dengan dengkul, tangan Floyd sudah diborgol di punggung.
Kemarahan warga atas kematian Floyd berujung unjuk rasa sejak Selasa lalu. Selain di Minnesota, negara bagian yang menaungi Minneapolis, kericuhan dan unjuk rasa juga dilaporkan terjadi antara lain di Tennessee, Phoenix, New York, Colorado, California, dan Arizona. Di Tennessee, massa dari berbagai ras berunjuk rasa di kota Memphis, hingga Rabu malam.
Sementara di New York, unjuk rasa terjadi di tengah pembatasan gerak untuk pengendalian laju infeksi Covid-19. Tidak ada baku pukul antara massa dan aparat di New York meski pengunjuk rasa melanggar perintah jaga jarak dan pembatasan gerak. Negara bagian di pesisir timur AS itu berulang kali terjadi kasus kematian orang kulit hitam karena kekerasan oleh aparat.
Tembakan
Adapun di Kentucky dan Colorado, protes berujung kericuhan. Di Louisville, Kentucky, dilaporkan telah terdengar tembakan di tengah protes yang semakin tidak terkendali. Banyak barang rusak di lokasi protes. Tembakan juga terdengar di Denver, Colorado.
Sementara di Minnesota, kericuhan terjadi di St Paul dan Minneapolis. Wali Kota St Paul, Melvin Carter, berusaha membujuk massa untuk tenang. Politikus kulit hitam itu mengaku memahami perasaan massa. Walakin, kekecewaan dan kemarahan atas kematian Floyd tetap bukan alasan untuk merusak dan memicu kericuhan.
Pernyataan itu disampaikan karena kericuhan meluas di St Paul. Sejumlah toko dijarah dan banyak benda di jalan dirusak oleh massa. Pemilik sejumlah toko memasang perintang dan pelindung untuk mencegah penjarahan.
Sementara di Minneapolis, kantor polisi dibakar massa. Pegawai dan polisi di sejumlah kantor itu dievakuasi. Berbeda dengan Selasa hingga Kamis dini hari, polisi nyaris tidak terlihat lagi sejak Kamis sore hingga malam. Polisi di beberapa negara bagian lain di AS menyatakan keputusan Minneapolis untuk menarik anggota dari lokasi protes sudah tepat. Sebab, kehadiran mereka malah akan memicu kericuhan lebih besar.
Sebagai pengganti, Minnesota mengerahkan garda nasional ke Minneapolis dan St Paul. Pada Kamis malam waktu setempat, Garda Nasional Minnesota mengumumkan pengerahan 500 anggotanya ke kedua kota itu.
Sebelum pengumuman itu, Pemerintah Kota Minneapolis mengumumkan keadaan darurat hingga Sabtu. Kericuhan yang terus meluas dijadikan dasar penetapan keadaan darurat. Jumlah bangunan yang terbakar terus meningkat di kota itu.
Massa masih terus berunjuk rasa karena empat polisi dalam insiden Floyd belum kunjung ditahan. Mereka memang sudah dibebastugaskan sejak Selasa. Kejaksaan juga belum mengumumkan dakwaan untuk mereka.
Massa menilai, kasus Floyd sebagai tanda parahnya diskriminasi rasial di kalangan aparat AS. Dalam beberapa waktu terakhir, sejumlah orang kulit hitam tewas karena kekerasan berlebihan oleh aparat AS. Bahkan, sejumlah korban diketahui sama sekali tidak terlibat kejahatan.
”Sejarah rasisme dan kekerasan bermotif rasionalis adalah wabah yang terus ada dari generasi ke generasi. Pemerintah federal berperan penting untuk mendorong kebiasaan bertanggung jawab oleh lembaga penegak hukum. Karena itu, komite hukum meminta Kementerian Kehakiman bertindak,” demikian pernyataan Ketua Komisi Hukum DPR AS Jerrold Nadler. (AP/REUTERS)