Sejalan dengan pelonggaran kebijakan karantina wilayah di banyak negara para pelaku pasar pun optimis ini akan memberikan dampak positif pada ekonomi.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
SYDNEY, RABU - Optimisme global akan pulihnya ekonomi menguat seiring semakin banyaknya negara yang menghidupkan kembali aktivitas ekonominya. Negara-negara di Eropa dan Asia cukup yakin melonggarkan karantina wilayahnya sebab jika dilakukan lebih lama maka ancaman resesi kian nyata dan jutaan orang akan kehilangan pekerjaan. Hal itu pun kian mendorong bursa untuk bereaksi positif.
Kafe, bar, kolam renang, pantai, dan sekolah kembali dibuka dengan hati-hati. Harapannya, ini akan menjadi langkah awal dari bangkit kembalinya ekonomi yang jika dikombinasikan dengan stimulus triliunan dollar AS dan dukungan bank sentral akan mendorong pasar uang lebih positif.
"Jika saya lihat kondisi pasar, saya melihat grafik pemulihan berbentuk V,” kata Mark Mobius, co-founder Mobius Capital Partners kepada Bloomberg TV. “Itu yang pasar coba sampaikan kepada kita,” ujarnya, Rabu (3/6/2020).
Indeks Tokyo dan Hong Kong naik satu persen sementara Sydney 1,8 persen setelah data memperlihatkan bahwa ekonomi Australia mengalami kontraksi yang lebih lambat dari yang diperkirakan pada kuarter pertama.
Sementara indeks Seoul naik 2,9 persen menyusul pemerintah Korea selatan yang mengumumkan anggaran tambahan senilai 29 miliar dollar AS sedangkan Singapura juga naik lebih dari dua persen.
Indeks Mumbai, Taipei, dan Jakarta juga ditutup positif dengan naik lebih dari satu persen. Sedangkan indeks Shanghai bertambah 0,1 persen, Wellington naik 0,8 persen, dan Manila meroket 3,7 persen. Di awal pembukaan perdagangan indeks London naik 0,9 persen, Paris dan Frankfurt masing-masing naik lebih dari satu persen.
"Pencabutan karantina wilayah digabung dengan dukungan bank sentral yang besar membuat para investor mengabaikan GDP yang menurun dan tensi China-Amerika Serikat yang memburuk,” kata Neil Wilson dari Markets.com.
“Untuk saat ini, kabar baik tentang virus...adalah lebih banyak dari kabar buruknya,” demikian pernyataan National Australia Bank.
Akan tetapi, negara-negara tetap menghadapi risiko lonjakan infeksi yang besar yang bisa memicu aksi jual besar-besaran. Kini, lonjakan kasus Covid-19 yang tinggi tengah melanda Amerika Latin. Lebih dari satu juta kasus Covid-19 berasal dari Amerika Latin yang mayoritas berasal dari Brasil. Brasil kini menempati negara dengan kasus Covid-19 terbanyak kedua di dunia setelah AS.
“Perlu diketahui juga bahwa negara-negara bagian di selatan AS masih menghadapi kenaikan kasus, Hong Kong kembali memperketat kebijakannya setelah ada klaster penularan baru, dan infeksi di Tokyo juga naik,” tambah National Australia Bank dalam pernyataannya. “Jika tren ini berlanjut kita bisa melihat lagi kebijakan pembatasan yang lebih ketat diberlakukan.”
Pimpinan Bank Dunia David Malpas juga khawatir akan situasi yang ada. Ia mengatakan, perkiraan bahwa kebijakan negara-negara mengendalikan pandemi akan menimbulkan kerugian 5 triliun dollar AS terlalu kecil dari kerugian yang sebenarnya terjadi.
Para pelaku pasar juga berharap bahwa para produsen minyak akan bertemu untuk memperpanjang pemangkasan produksi minyaknya satu bulan sampai Agustus. Sementara para investor juga bergembira karena volume minyak di tempat penampungan minyak di AS menurun, ini mengindikasikan adanya permintaan.
“Hasil paling positif dari pertemuan para produsen minyak adalah tidak munculnya pertikaian antara Rusia dan Arab Saudi,” kata Stephen Innes dari AxiCorp. Awal tahun 2020, perselisihan kedua negara itu soal produksi minyak membuat harga minyak jatuh.
“Berita utama menunjukkan bahwa mereka memiliki sikap yang sama soal pasokan minyak dan itu adalah sentimen positif dalam konteks meningkatnya permintaan.”
Kemajuan jangka panjang dalam minyak mentah juga adalah memberikan dukungan pada penguatan mata uang. Dollar Australia misalnya naik satu persen sementara mata uang lain yang berimbal hasil lebih tinggi dan lebih berisiko juga menikmati pembelian. Won Korea Selatan dan dollar Selandia Baru juga naik.(AFP)