Pertikaian Amerika Serikat-China terus melebar ke berbagai aspek ekonomi, termasuk yang terbaru adalah pengaturan maskapai penerbangan sipil.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
WASHINGTON, KAMIS — Perang dagang dan tensi diplomatik antara Amerika Serikat dan China memasuki fase baru ketika pemerintahan Presiden AS Donald Trump melarang maskapai penerbangan sipil China terbang ke AS, Kamis (4/6/2020).
Empat maskapai penerbangan China yang akan terdampak adalah Air China, China Eastern Airlines, China Southern Airlines, dan Xiamen Airlines.
Departemen Transportasi AS menyatakan, AS akan menunda penerbangan komersial empat maskapai penerbangan China ke dan dari AS mulai 16 Juni 2020. Namun, Presiden Donald Trump bisa saja memberlakukan keputusan itu sebelum 16 Juni 2020.
Keputusan ini merupakan respons AS terhadap sikap China yang tidak mengizinkan maskapai penerbangan United Airlines dan Delta Air Lines kembali terbang ke China bulan Juni ini. Kedua maskapai ini menghentikan penerbangan sementaranya ke China sejak awal 2020 ketika pandemi Covid-19 mulai merebak di Provinsi Hubei, China.
”Untuk sementara waktu, kami akan mengizinkan penerbangan maskapai China untuk beroperasi sebanyak yang mereka izinkan terhadap maskapai kami,” demikian bunyi pernyataan resmi Departemen Transportasi AS.
AS menilai, China telah melanggar kesepakatan penerbangan sipil oleh maskapai dari kedua negara tahun 1980. Departemen Transportasi juga menyampaikan bahwa mereka akan terus berkomunikasi dengan otoritas China untuk menyelesaikan masalah ini.
Sebenarnya, pemerintahan Trump telah memberikan isyarat keputusan ini bulan lalu ketika memprotes otoritas China yang mencegah maskapai AS untuk berkompetisi secara adil dengan maskapai China.
Sebelum pandemi Covid-19 merebak, terdapat rata-rata 325 penerbangan komersial seminggu antara AS dan China, termasuk yang dioperasikan oleh United, Delta, dan American Airlines. Sementara maskapai AS berhenti beroperasi, maskapai China tetap melayani penerbangan ke AS dengan jadwal penerbangan yang dikurangi, 20 penerbangan seminggu pada pertengahan Februari 2020, dan 34 per minggu pada pertengahan Maret 2020.
Untuk mengendalikan penyebaran Covid-19, China membatasi frekuensi penerbangan maskapai asing menjadi hanya satu penerbangan per minggu berdasarkan jadwal penerbangan mereka pada pertengahan Maret 2020. Karena maskapai penerbangan AS sudah menghentikan penerbangannya ke China saat itu, artinya maskapai penerbangan AS tidak memiliki jadwal penerbangan ke China.
Departemen Transportasi AS keberatan dengan keputusan China tersebut. Namun, badan penerbangan China menyebutkan bahwa keputusan itu tidak melanggar kesepakatan penerbangan udara karena batasan satu penerbangan juga berlaku untuk maskapai China.
Selain itu, Departemen Transportasi AS juga menyebutkan bahwa maskapai penerbangan China juga terindikasi menggunakan pesawat carter untuk bisa terbang ke AS lebih dari satu kali.
Bulan lalu, United dan Delta Airlines mengumumkan bahwa mereka berharap bisa kembali terbang ke China pada bulan Juni. United Airlines ingin mengoperasikan penerbangan dari San Francisco ke Shanghai dan Beijing serta dari Newark, New Jersey, ke Shanghai. Adapun Delta Airlines berharap dapat kembali mengoperasikan penerbangan dari Seattle dan Detroit ke Shanghai via Seoul.
”Kami mendukung dan menghargai tindakan Pemerintah AS untuk memperjuangkan hak-hak kami dan memastikan keadilan,” ujar juru bicara Delta Airlines Lisa Hanna.
Adapun juru bicara United Airlines Frank Benenati mengatakan, ”Kami menantikan pengoperasian kembali penerbangan komersial antara AS dan China ketika iklim regulasinya sudah memungkinkan.”
Sayangnya, ketika meminta tanggapan kepada juru bicara di Kedutaan Besar China di Washington, mereka tidak menanggapinya.
Beijing justru mengumumkan bahwa ada lebih banyak penerbangan asing yang akan diizinkan terbang ke China lagi setelah kebijakan karantina wilayah dilonggarkan.
Semua maskapai asing yang diizinkan terbang ke China diperbolehkan menambah frekuensinya menjadi dua penerbangan per minggu jika tidak ditemukan lagi penumpang positif Covid-19 selama tiga minggu. Sebaliknya, rute penerbangan akan ditangguhkan jika jumlah penumpang positif Covid-19 mencapai lima orang.
Profesor kebijakan perdagangan di Cornell University, Eswar Prasad, mengatakan, sikap saling balas AS dan China akan meningkatkan tensi politik kedua negara ”yang sepertinya sudah tidak bakal berubah”.
Akan tetapi, Jeff Moon, mantan pejabat Kementerian Luar Negeri yang kini menjadi konsultan perdagangan, menuturkan, persoalan maskapai penerbangan ini tidak terlalu kompleks dibandingkan dengan konflik lain di antara kedua negara. ”Kasus ini bisa diselesaikan dengan kepala dingin... dan ada keinginan untuk memulihkan jalur udara kedua negara,” katanya. (AP/AFP)