Vaksin berperan penting untuk mencegah penularan. Adanya vaksin dengan efikasi tinggi diharapkan bisa menekan Covid-19.
Oleh
Mahdi Muhammad/Pascal S Bin Saju
·3 menit baca
BEIJING, SENIN — Negara-negara di dunia terus berpacu dalam pengembangan dan uji coba prototipe vaksin virus korona tipe baru atau SARS-CoV-2, penyebab penyakit Covid-19.
Penemuan vaksin Covid-19, yang pada Senin (8/6/2020) telah menjangkiti lebih dari 7 juta orang di berbagai penjuru dunia, dengan 400.000 jiwa lebih telah meninggal itu, menjadi tantangan besar bagi para ilmuwan atau peneliti vaksin.
China, negara pertama kasus Covid-19 ditemukan pada Desember 2019, tengah menggiatkan pengembangan vaksin penyakit tersebut. Sedikitnya lima perusahaan di negara itu berjibaku untuk menjadi yang pertama sebagai penemu vaksin yang bisa memutus total penyebaran Covid-19.
Menyadari pengembangan vaksin sangat rumit dan membutuhkan waktu, China mendorong penguatan kerja sama internasional dalam uji klinis pengembangan vaksin Covid-19. Jika vaksin sudah tersedia, China pun akan menjadikan vaksin Covid-19 tersebut sebagai ”barang publik global” dan siap membaginya dengan negara-negara lain.
Menteri Sains dan Teknologi China Wang Zhigang, dalam jumpa pers di Beijing, China, Senin (8/6/2020), mengatakan, pengembangan ”vaksin masih menjadi strategi fundamental dalam usaha kami mengatasi penyakit karena virus korona”.
China telah menyetujui uji klinis terhadap dua prototipe vaksin Covid-19. Dilaporkan, keduanya sedang dikembangkan perusahaan Sinovac Research and Development Co Ltd di Beijing dan Wuhan Institute of Biological Products yang terafiliasi dengan China National Pharmaceutical Group (Sinopharm). China telah meletakkan dasar-dasar riset inactivated vaccine selama bertahun-tahun.
Amerika Serikat juga telah memulai uji coba klinis vaksin pada 45 pasien berusia muda dan dalam kondisi sehat dengan ketentuan pemberian dosis yang berbeda-beda. Uji coba vaksin yang dibiayai Institut Kesehatan Nasional (NHI) ini dilakukan di Institut Penelitian Kesehatan Kaiser Permanente Washington di Seattle.
Hasil uji vaksin baru akan diketahui paling cepat satu tahun atau 18 bulan. Tujuan uji coba vaksin ini betul-betul untuk memastikan tidak akan ada efek samping dari penggunaan vaksin.
Tahap uji klinis
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), awal Juni ini, menyebutkan, 10 prototipe vaksin Covid-19 kini telah memasuki tahap uji klinis. Lembaga atau konsorsium lembaga pengembang vaksin itu di antaranya University of Oxford/AstraZeneca (Inggris), CanSino Biological Inc/Beijing Institute of Biotechnology (China), dan Moderna/National Institute of Allergy and Infectious Disease/NIAID (AS).
Dalam daftar 10 kandidat yang tengah diuji coba secara klinis, lima di antaranya tengah dicoba di China.
Selain itu, 123 calon vaksin juga tengah dikembangkan di beberapa negara. Swedia, Jepang, Spanyol, Jerman, hingga India, Brasil, dan Kazakhstan juga bertarung untuk memenangi pengembangan prototipe vaksin Covid-19. Perancis, Jerman, Italia, dan Belanda membangun aliansi untuk mempercepat produksi vaksin di ”tanah Eropa”.
Dari daftar calon vaksin itu, pengembangan yang dilakukan para peneliti Universitas Oxford dan perusahaan farmasi AstraZeneca merupakan salah satu yang paling maju. Mereka telah mencapai tahap kedua dari tiga tahap yang lazim dalam pengembangan vaksin, yaitu melibatkan ratusan sukarelawan dengan indikator tertentu untuk melaksanakan uji klinis.
Kerja sama keduanya juga mendapatkan perhatian dari Pemerintah AS dan Inggris, yang menggelontorkan dana besar agar vaksin produksi keduanya digunakan warga di kedua negara terlebih dulu.
Sementara itu, perusahaan farmasi dan laboratorium China yang mendapat dukungan Presiden Xi Jinping akan mengupayakan akses seluas-luasnya bagi dunia internasional, khususnya negara berkembang dan negara miskin, untuk mengakses vaksin buatan mereka.
Vaksin berperan penting untuk mencegah penularan. Adanya vaksin dengan efikasi tinggi diharapkan bisa menekan Covid-19. Federasi Palang Merah Internasional dan PBB mengingatkan negara maju dan industri farmasi agar tidak mengalokasikan penggunaan vaksin Covid-19 hanya untuk sekelompok masyarakat atau negara tertentu. (AFP/AP/REUTERS/ADH)