Hubungan panas Australia-China tidak terjadi sekarang ini. Beberapa tahun sebelumnya, kondisi yang sama juga terjadi. Australia harus mencari jalan keluar dari ketergantungannya terhadap China.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
CANBERRA, KAMIS – Pemerintah China mencoba memukul balik Pemerintah Australia dengan isu rasisme di sektor pariwisata dan sektor pendidikan, dua sektor yang menjadi salah satu penyumbang terbesar ekonomi negara ini dari China, selain ekspor impor produk daging. Australia bergeming.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison, Kamis (11/6/2020), menilai pukulan Pemerintah China dengan menggunakan isu rasisme sebagai ”sampah”. ”Itu pernyataan yang konyol dan kami membantahnya,” ujarnya.
Dalam beberapa hari terakhir, Pemerintah China telah memperingatkan warganya untuk tidak pergi melancong ke ”Benua Kanguru” dengan alasan kekhawatiran terjadinya tindakan rasial terhadap warga mereka di Australia. Tidak hanya memperingatkan calon wisatawan, Pemerintah China juga mengingatkan calon mahasiswa dan mahasiswa yang akan dan tengah melanjutkan studi di Australia tentang hal yang sama.
Sektor pendidikan menjadi salah satu penyumbang terbesar uang bagi perekonomian Australia. Sekitar 500.000 mahasiswa asing belajar di Australia dan menyumbang pendapatan hingga 37 juta dollar Australia.
Sementara sektor perdagangan, khususnya ekspor daging sapi dan biji-bijian ke China, menyumbang hampir 40 persen dari total nilai ekspor Australia setiap tahunnya. Dua subsektor ini juga sudah terdampak setelah China menangguhkan impor daging sapi dan menerapkan bea masuk yang tinggi atas jelai Australia.
Nilai ekspor Australia ke China, mengutip data Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Australia tahun 2018, sebesar 136 miliar dollar. Angka nilai ekspor ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ekspor Australia ke Jepang, Amerika Serikat, dan Korea Selatan pada tahun yang sama.
Menyadari bahwa perekonomian Australia juga bergantung pada pasar China, Morrison mengubah sedikit nada pernyataannya dengan membuatnya lebih bersahabat. ”Kami memiliki hubungan dagang yang penting dengan China dan saya ingin melihat hal itu terus berlanjut,” kata Morrison.
Akan tetapi, Morrison tetap menekankan bahwa Australia tidak akan bisa diancam atau memperdagangkan nilai-nilai yang diyakini oleh Australia dan rakyatnya dari mana pun sumbernya.
Ketegangan hubungan China-Australia pernah terjadi beberapa tahun lalu ketika Australia berada pada masa transisi pemerintahan dari PM Malcom Turnbull kepada Morrison. Saat Turnbull berkuasa, kedua negara pernah memperkuat relasinya dalam berbagai bidang, terutama perekonomian dan perdagangan. Bahkan, PM China Le Keqiang, pernah berkunjung ke Canberra dan berpidato di depan parlemen Australia sambil berjanji memperluas hubungan perdagangan kedua negara.
Namun, tidak lama kemudian, hubungan kedua negara tegang setelah pemerintahan Turnbull mengajukan amendemen Undang-Undang Anti-intervensi Asing yang mengganggu hubungan kedua negara, termasuk hubungan perdagangan yang sebelumnya dijanjikan akan diperkuat.
Morrison, pada awal masa kepemimpinannya, juga mencoba mengupayakan normalisasi hubungan kedua negara yang pernah panas dengan menyatakan hubungan mereka sangat penting. Namun, sikap China yang agresif di Pasifik Selatan dan keputusan Australia melarang Huawei mengoperasikan teknologi 5G di negara itu membuat hubungan keduanya tetap renggang.
Lai-Ha Chan, pengajar senior pada Program Sosial Politik Universitas Teknologi Sydney, di dalam kolomnya di laman The Diplomat, mengatakan, dengan kondisi seperti ini, Pemerintah Australia tampaknya harus mulai menggeser kebijakan perekonomiannya ke negara atau kawasan lain agar ketergantungan terhadap China berkurang. Australia bisa melirik negara-negara di kawasan ASEAN atau bahkan Taiwan yang mengalami hal serupa dalam hubungannya dengan China.
Hal lain yang bisa diupayakan oleh Morrison dan kabinetnya adalah menaikkan kompetensi industri dalam negeri dari semula hanya mengekspor bahan-bahan mentah menjadi produsen bahan-bahan itu di dalam negeri. ”Menjadikan bahan-bahan mentah yang ada di negeri ini menjadi barang yang memiliki nilai tambah tidak akan melukai hubungan ekonomi China dan Australia. Namun, lebih pada mengupayakan mengurangi ketergantungan ekonomi negara ini terhadap China,” kata Chan. (AFP/Reuters)