Israel dikabarkan bersedia berkompromi terkait rencana aneksasi atas wilayah Palestina di Tepi Barat. Tel Aviv ingin berbicara dengan sejumlah negara Arab moderat.
Oleh
Musthafa Abd. Rahman dari Kairo, Mesir
·3 menit baca
KAIRO, KOMPAS — Israel, seperti diberitakan kantor berita Turki, Anadolu, hari Senin (15/6/2020), bersedia menempuh jalan kompromi soal rencana aneksasi wilayah di Tepi Barat.
Jalan kompromi yang disampaikan Israel dalam bentuk, Israel hanya akan melakukan aneksasi secara resmi atas area-area di Lembah Jordan yang berpenduduk mayoritas Yahudi. Adapun area kosong dan area berpenduduk mayoritas Arab di Lembah Jordan belum dilakukan aneksasi saat ini.
Israel juga akan melakukan aneksasi terhadap area permukiman Yahudi di Tepi Barat secara bertahap. Namun, Israel menegaskan, aksi aneksasi terhadap Lembah Jordan dan area permukiman Yahudi di Tepi Barat akhirnya akan dilakukan secara keseluruhan yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap.
Lembah Jordan dan area permukiman Yahudi di Tepi Barat yang akan dianeksasi oleh Israel itu memiliki luas 30 persen dari keseluruhan luas Tepi Barat.
Proyek aneksasi tersebut yang direncanakan mulai dilaksanakan pada awal Juli nanti sesuai dengan proposal damai Amerika Serikat yang disampaikan Presiden AS Donald Trump pada Januari lalu. Sebagai imbalan, Palestina akan mendapat wilayah di Gurun Negev yang berdekatan dengan Jalur Gaza dan perbatasan Mesir-Israel.
Namun, proyek aneksasi itu mendapat penolakan luas dari dunia Arab, Uni Eropa, dan Rusia karena akan membuyarkan solusi dua negara Israel dan Palestina.
Menurut kantor berita Anadolu, Israel bersedia menempuh jalan kompromi itu karena tidak ingin terjadi konflik secara terbuka dengan dunia Arab dan masyarakat internasional, khususnya Uni Eropa dan Rusia yang menolak keras rencana aneksasi Israel itu.
Kantor berita Turki itu mengungkapkan, Israel sudah menyampaikan kesediaan menempuh jalan kompromi itu kepada beberapa negara Arab moderat yang selama ini menjalin komunikasi dengan Israel.
Diduga kuat negara Arab moderat yang dimaksud Israel itu adalah Mesir, Jordania, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Arab Saudi.
Israel meminta negara Arab moderat tersebut menyampaikan kepada Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas.
Sejauh ini, otoritas Palestina belum memberi jawaban atas kesediaan Israel menempuh jalan kompromi soal aneksasi tersebut. Palestina, bulan Mei lalu, mengumumkan memutus semua bentuk hubungan dengan Israel dan AS, termasuk hubungan kerja sama keamanan, sebagai reaksi atas rencana aneksasi Israel itu.
Direktur Mossad (Dinas Intelijen Luar Negeri Israel), Yossi Cohen, seperti dilansir stasiun televisi Israel, KAN 11, hari Minggu (14/6/2020), ingin bertemu dengan para pemimpin Arab untuk mendiskusikan soal rencana Israel menganeksasi wilayah di Tepi Barat itu.
Di antara pemimpin Arab yang ingin ditemui Yossi Cohen adalah Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi dan Raja Jordania Abdullah II. Mesir dan Jordania adalah dua negara Arab yang memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Israel. Raja Abdullah II selama ini menolak keras rencana Israel menganeksasi wilayah di Tepi Barat itu karena dianggap akan mengancam keamanan nasional Jordania.
Cohen juga ingin bertemu pejabat tinggi Bahrain dan UEA yang selama ini sering menjalin komunikasi dengan Israel. Mesir, Bahrain, UEA, ataupun Jordania sejauh ini belum memberi tanggapan atas keinginan direktur Mossad itu.