Korut akan mengerahkan resimen artilerinya di seluruh garis depan Korut-Korsel. Pasukan laut di perbatasan kedua negara juga akan diperkuat.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
SEOUL, RABU — Korea Utara dan Korea Selatan saling mengancam, menambah eskalasi ketegangan pasca-peledakan kantor penghubung dua Korea di Kaesong, Korea Utara. Korea Utara mengancam akan mengerahkan tentaranya ke perbatasan kedua negara. Ancaman itu direspons Korea Selatan yang menyatakan terus memantau secara ketat pergerakan militer Korut.
Melalui pernyataan yang disiarkan kantor berita KCNA, Rabu (17/6/2020), Pyongyang mengumumkan akan mengerahkan lagi tentaranya ke Kaesong dan menghidupkan lagi pos penjagaan perbatasan. Lewat kesepakatan beberapa tahun lalu, pos-pos perbatasan itu diturunkan tingkatnya dari sebelumnya dijaga tentara menjadi diawasi polisi.
”Meningkatkan aras penjaga garis depan menjadi unit tempur tertinggi di sepanjang garis depan dan melanjutkan lagi semua latihan militer di daerah dekat perbatasan,” demikian pernyataan militer Korut.
Direktur Operasi Kantor Kepala Staf Gabungan Korea Selatan Jeon Dong-jin menyatakan, Korea Utara akan menanggung dampak jika benar-benar mengerahkan tentara. ”Terkait situasi terakhir, militer kami memantau ketat pergerakan militer Korea Utara dan menjaga kesiapsiagaan penuh. (Kami) akan terus mengupayakan perbaikan demi mencegah keadaan meningkat jadi krisis militer,” ujarnya di Seoul, Rabu, sebagaimana dikutip kantor berita Yonhap.
Melalui pernyataan, Korut menegaskan akan mengerahkan resimen artilerinya di seluruh garis depan Korut-Korsel. Pasukan laut di perbatasan kedua negara juga akan diperkuat. ”Unit di level resimen dan pasukan terkait akan dikerahkan di Gunung Kumgang dan Kaesong, tempat republik kami berdaulat,” lanjut militer Korut.
Sebelum langkah dan pengumuman mengejutkan itu, Korut telah menutup Kaesong dan kawasan wisata Gunung Kumgang. Pyongyang beralasan, langkah itu sebagai tanggapan karena Seoul terus membiarkan pembelot Korut di Korsel mengirimkan selebaran anti-Korut dari Korsel.
Hari Selasa (16/6/2020), Korea Utara meledakkan kantor penghubung dua Korea yang mulai dioperasikan pada September 2018 menjelang kunjungan Presiden Korsel Moon Jae-in ke Pyongyang. Kaesong merupakan wilayah Korut yang disepakati untuk dikembangkan sebagai kawasan industri bersama Pyongyang-Seoul.
Ketegangan di perbatasan Korea belakangan ini meningkat seiring ancaman Pyongyang yang akan memutus hubungan antar-Korea dan melakukan pembalasan atas beredarnya selebaran yang berisi kritik terhadap Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.
Sebelumnya, pekan lalu, Pyongyang memutuskan seluruh jalur komunikasi dengan Seoul. Setelah peledakan kantor penghubung di Kaesong pada Selasa itu, Korut menolak tawaran Presiden Korsel Moon Jae-in yang akan mengirim utusan khusus ke Pyongyang untuk meredakan keadaan.
Juru bicara Kepresidenan Korsel, Yoon Do-han, menyesalkan keputusan Korut menolak tawaran Moon soal utusan khusus. Seoul dinyatakan akan bertindak keras. ”Kami tidak bisa menoleransi lagi retorika dan tindakan Korut,” ujarnya.
Manuver Pyongyang dinyatakan membahayakan sikap saling percaya di antara kedua negara. Penolakan atas tawaran Moon soal utusan khusus dinilai sebagai tindakan tidak berdasar dan belum pernah terjadi. Pernyataan Yoon disampaikan selepas pertemuan darurat yang dipimpin Moon, Selasa.
Secara teknis, Korut-Korsel masih berperang dan kini berada dalam status gencatan senjata. Seoul-Pyongyang berperang pada 1950 dan berhenti baku tembak secara besar-besaran pada 1953. Sejak itu pemimpin kedua negara telah beberapa kali bertemu.
Cegah selebaran
Sementara itu, Pemerintah Provinsi Gyeonggi mengumumkan langkah untuk mencegah selebaran anti-Korut disebarkan dari provinsi Korsel itu. Gyeonggi akan melarang siapa pun masuk Yeoncheon, Pocheon, Paju, Gimpo, dan Goyang jika diketahui terlibat dalam penyebaran selebaran anti-Korut. Pelanggar akan didenda 8.300 dollar AS dan penjara hingga setahun.
Kota dan kabupaten itu berbatasan dengan Korut dan kerap jadi lokasi pengiriman selebaran anti-Korut. Para pelaku, umumnya orang Korut yang membelot ke Korsel, mengirimkan selebaran yang diikatkan dengan balon. Selain selebaran, diikatkan pula uang dollar AS dan paket makanan.
Isi selebaran terfokus pada keburukan dan kekejaman Pemerintah Korut. Penyebaran itu menjadi alasan terbaru Korut untuk marah pada Korsel. Pembalasan terhadap Korsel diumumkan oleh Kim Yo Jong, perempuan adik Pemimpin Korut Kim Jong Un. Secara resmi, jabatan Kim Yo Jong adalah Wakil Pertama Direktur Departemen Komite Pusat Partai Pekerja Korea, partai penguasa di Korut. Sementara Kim Jong Un adalah Ketua Umum Partai Pekerja dan Pemimpin Tertinggi Angkatan Bersenjata Korea Utara. (AFP/REUTERS)