Kebijakan perpanjangan sanksi UE atas Rusia itu diambil di tengah kecenderungan beberapa negara UE, di antaranya Italia dan Hongaria, yang ingin menjalin hubungan ekonomi kembali dengan Rusia.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD DAN MH SAMSUL HADI
·3 menit baca
BRUSSELS, JUMAT — Para pemimpin Uni Eropa, Jumat (19/6/2020), diperkirakan akan mendukung perpanjangan sanksi ekonomi UE pada Rusia, yang dijatuhkan terkait dengan kekacauan di Ukraina, hingga Januari 2021. Sebelumnya, Kamis, UE telah sepakat untuk memperpanjang sanksi terhadap Rusia yang masa berlakunya akan berakhir pada 31 Juli.
Dalam beberapa tahun terakhir, UE menjatuhkan sanksi pada Rusia dalam sektor energi, keuangan, dan senjata terkait aneksasi Rusia atas Crimea tahun 2014 dan terkait dukungan Moskwa terhadap para pemberontak di Ukraina timur dalam melawan pasukan Pemerintah Ukraina. Sanksi UE terus diperpanjang lantaran Rusia bertekad untuk terus mempertahankan wilayah semenanjung di Laut Hitam tersebut.
Sumber-sumber diplomatik dan pejabat, yang dikutip kantor berita Reuters, menyebutkan bahwa 27 pemimpin UE akan menggelar pertemuan secara virtual, Jumat (19/6/2020). Mereka diperkirakan akan memberi lampu hijau pada perpanjangan sanksi hingga enam bulan ke depan.
Namun, sebuah dokumen yang dikutip kantor berita Rusia, TASS, dan juga dilaporkan kantor berita Associated Press menyebutkan bahwa perpanjangan sanksi itu akan diberlakukan hingga 23 Juni 2021.
Perpanjangan sanksi UE atas Rusia itu, antara lain, mencakup larangan investasi atau impor produk-produk dari wilayah Crimea dan Sevastopol—yang diyakini UE telah dianeksasi secara ilegal oleh Rusia—ke 27 negara UE.
TASS melaporkan bahwa perpanjangan sanksi UE atas Rusia juga mencakup pembatasan visa bagi warga Rusia, sanksi sektoral beberapa perusahaan Rusia yang bergerak di bidang perminyakan, pertahanan, serta sektor keuangan dan investasi.
Adapun sanksi bagi Crimea meliputi larangan impor dari wilayah itu ke seluruh negara anggota UE. Selain itu, larangan juga diberlakukan pada investasi Eropa di teritorial Crimea, yang mencakup akuisisi real estat, pembiayaan, hingga layanan jasa, termasuk pariwisata, ke kawasan tersebut.
Perpanjangan sanksi juga mencakup larangan ekspor barang atau teknologi transportasi, telekomunikasi, energi, termasuk teknologi yang digunakan untuk eksplorasi sumber daya alam, minyak, serta gas dan mineral ke Crimea.
Kapal-kapal Eropa juga dilarang memasuki pelabuhan-pelabuhan di Crimea. Begitu juga dengan pesawat-pesawat Eropa dilarang mendarat di bandara-bandara di Crimea, kecuali dalam situasi darurat.
Kebijakan perpanjangan sanksi UE atas Rusia itu diambil di tengah kecenderungan beberapa negara UE, di antaranya Italia dan Hongaria, yang ingin menjalin hubungan ekonomi kembali dengan Rusia. Namun, mayoritas negara UE keberatan dengan langkah itu, terlebih setelah UE semakin kehilangan kepercayaan terhadap Moskwa menyusul adanya tuduhan disinformasi Rusia dalam isu virus korona baru.
Moskwa bulan lalu menepis tuduhan bahwa mereka meretas parlemen Jerman. Namun, hubungan antara Eropa dan Rusia semakin meruncing setelah, Kamis (18/6/2020), para jaksa penyelidik federal Jerman menuding Rusia berada di balik pembunuhan seorang tokoh pemberontak Chechnya di Berlin pada musim panas tahun lalu. Rusia membantah tuduhan itu dan menyatakan tidak memiliki keterkaitan dengan kasus pembunuhan tersebut.
Perkembangan terakhir ini menjadi bahan pertimbangan para pemimpin UE dalam hubungan dengan Rusia. Presiden Dewan Eropa Charles Michel juga memperingatkan agar berhati-hati untuk menjalin hubungan kembali dengan Moskwa. (AP/REUTERS)