Tak Bisa Belajar Daring? Guru Bawa ”Sekolah Beroda” hingga Pelosok
Seorang guru taman kanak-kanak setiap hari mendatangi rumah para siswa di daerah miskin di Catripulli, Carahue, Provinsi Cautin, Chile, dengan mobil van untuk mengajar. Warga menyebut mobil van itu ”sekolah beroda”.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
Akibat pandemi Covid-19, ratusan siswa yang tinggal di daerah pedesaan dan miskin di Chile selatan tidak terjangkau akses pendidikan. Untuk menjangkau mereka, sejumlah sekolah di Chile mengirimkan mobil-mobil van sejak kebijakan karantina berlaku, Maret lalu.
Sebelum pandemi, biasanya para siswa harus naik kendaraan untuk belajar di Dream House School yang berada di kota kecil Catripulli, Araucania. Wilayah ini merupakan salah satu daerah termiskin di Chile. Kini, mobil-mobil van itulah yang mendatangi satu per satu rumah siswa yang berada di daerah pedesaan yang dingin dan kerap diguyur hujan itu.
Sedikitnya 70 persen dari total 101 siswa Dream House School merupakan anak-anak penduduk asli Mapuche yang tinggal di Chile dan Argentina. Sebagian besar anak tidak memiliki komputer dan akses ke jaringan internet. Dengan kondisi seperti ini, mereka tidak bisa mengikuti pembelajaran di kelas-kelas daring.
Semua sekolah di Chila ditutup sementara sejak wabah Covid-19 melanda dan memaksa anak belajar di rumah melalui kelas daring. Masalahnya, menurut studi Yayasan Negara Digital, ada sejumlah daerah yang 76 persen warganya tidak memiliki akses ke internet. Meski siswa mendapatkan pekerjaan rumah yang diberikan dengan kertas, mereka tetap tidak maksimal mengerjakannya karena tidak mempunyai alat bantu belajar yang hanya disediakan secara daring.
Guru taman kanak-kanak Marcela Cea (29) dan pengemudi mobil van, Alexis Araneda (34), setiap hari mendatangi rumah para siswa untuk mengajar. ”Senang sekali karena ada yang mengajari tugas yang saya tidak paham. Orangtua saya saja tidak tahu. Untung saja guru mau datang dan mengajari,” kata Katalina Zuniga (11) yang belajar di depan rumahnya itu.
Ibunya, Modesta Caniunir, menuturkan bahwa inisiatif sekolah dan guru tersebut sangat membantu orangtua karena banyak materi yang juga tidak diketahui orangtua. Dengan bantuan guru datang ke rumah, para siswa tidak akan tertinggal lagi untuk mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dari guru.
Araucania, sekitar 500 kilometer selatan ibu kota Santiago, merupakan daerah urutan ketiga terparah yang terdampak Covid-19. Chile mencatat lebih dari 254.000 kasus positif Covid-19 dengan sekitar 4.700 orang yang tewas.
Di dalam mobil van, protokol kesehatan tetap berlaku untuk mencegah penyebaran virus. Jarak tetap harus dijaga, tetap memakai masker, dan mengenakan alat perlindungan diri, seperti pakaian dan sepatu pelindung. Anak-anak diharuskan membasuh tangan dengan cairan pembersih dan duduk di kursi di atas karpet yang sudah dicuci dengan klorin.
Tujuan dari pembelajaran seperti ini bukan hanya memastikan anak mendapatkan hak pendidikan, melainkan juga menjaga emosi anak-anak. Sebelum kelas dimulai, para guru berbicara dengan orangtua dan siswa terlebih dahulu.
”Sekolah beroda”
Cesar Mendez (12) paling suka dengan materi pelajaran Sains. ”Sekolah beroda”, demikian sebutan bagi mobil van yang disulap menjadi seperti ruang kelas itu, membantunya mengerjakan pekerjaan rumah yang tidak bisa dia kerjakan. Bahkan, ibunya pun tidak tahu cara mengerjakannya. Kini, dengan guru datang ke rumah, ia bisa belajar sebelum mengerjakan tugas memasukkan kambing milik keluarganya ke kandang.
Sementara Zuniga (11) sedang belajar tentang tahun baru Mapuche, We Tripantu, yang diperingati pada 21-24 Juni. ”Saya mau pandemi ini berakhir. Itu harapan tahun baru saya,” ujarnya.
Sebagian besar orangtua dan anak di wilayah Catripulli, Araucania, itu memelihara ternak dan menanam produk pertanian. Pada April lalu, hanya 4 persen siswa yang bisa mengakses internet, dan hanya 6 persen yang bisa mengakses komputer. Marcela Araneda, kepala sekolah salah satu sekolah di Chile, mengatakan bahwa sebagian besar anak berbicara dalam bahasa Mapudungun, bahasa daerah mereka.
Sebagian besar sekolah di Chile adalah sekolah swasta. Sekolah swasta memiliki keunggulan teknologi, komputer, akses ke internet, mampu mengunduh informasi, menonton video-video di Youtube, dan mempunyai semua alat belajar yang dibutuhkan. ”Sementara sekolah negeri serba kekurangan karena hanya bergantung pada subsidi. ’Sekolah beroda’ ini merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan sekolah negeri,” kata Osmín Flores, seorang guru.
Hanya karena mereka anak-anak desa, kata Flores, bukan berarti mereka tidak berhak atas pendidikan yang berkualitas. Setiap anak tanpa kecuali berhak mendapatkan kesempatan yang sama atas pendidikan berkualitas.