Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan para pejabat AS dinilai bertanggung jawab dalam serangan yang menewaskan Mayor Jenderal Qassem Soleimani, perwira militer senior Garda Revolusi Iran, Januari lalu.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
TEHERAN, SENIN — Pemerintah Iran di Teheran telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan 35 pejabat AS lainnya. Teheran juga meminta Interpol ikut membantu Iran.
Trump dan para pejabat AS tersebut dinilai Teheran amat bertanggung jawab dalam serangan yang menewaskan Mayor Jenderal Qassem Soleimani, perwira militer senior Garda Revolusi Iran, Januari lalu. Sejak 1998, dia menjadi komandan Pasukan Al-Quds, divisi yang bertanggung jawab untuk operasi ekstrateritorial dari Iran
Jaksa Agung Iran Ali Qasi Mehr, sebagaimana dikutip oleh kantor berita negara IRNA, Senin (29/6/2020), mengatakan, 35 pejabat politik dan militer AS yang terlibat dalam pembunuhan Soleimani telah diselidiki dan diperintahkan ditangkap melalui Interpol.
”Orang-orang ini dituduh melakukan pembunuhan dan tindakan terorisme,” katanya. ”Di bagian atas daftar adalah Presiden AS Donald Trump, dan penuntutannya akan berlanjut bahkan setelah akhir masa jabatannya.”
Dalam pernyataan yang dikutip situs media peradilan Mizan Online, Qasi Mehr mengatakan ”peradilan Iran telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap 36 orang”. Dia menyerukan badan kepolisian internasional Interpol untuk mengeluarkan dan memasukkan mereka dalam Red Notice.
Meski bukan surat perintah penangkapan, daftar tersebut dikeluarkan bagi mereka yang masuk dalam sebuah tuntutan hukum atau dihukum.
Namun, Interpol mengatakan kepada AFP bahwa intervensi semacam itu akan bertentangan dengan konstitusinya tanpa secara langsung mengonfirmasi bahwa itu telah dihubungi oleh Iran.
Menurut Pasal 3 konstitusi, ”sangat dilarang bagi organisasi untuk melakukan intervensi atau kegiatan yang bersifat politik, militer, agama atau ras”, kata badan yang berbasis di kota Lyon, Perancis, itu. ”Interpol tidak akan mempertimbangkan permintaan seperti ini.”
Sebagaimana diberitakan secara global, Trump telah memerintahkan pembunuhan Soleimani dalam serangan pesawat tak berawak. Serangan pada 3 Januari silam itu dilakukan di dekat bandara internasional Baghdad.
Trump kala itu menyatakan bahwa Soleimani, seorang pahlawan nasional di Iran, adalah ”teroris top dunia” dan ”seharusnya dihentikan sejak lama”.
Soleimani tewas bersama Jamal Jaafar Ibrahimi alias Abu Mahdi al-Mohandis. Soleimani menjabat Komandan Brigade Al-Quds, unit elite di jajaran Garda Revolusi Iran yang bertugas melaksanakan misi revolusi Iran di luar negeri.
Al-Mohandis menjabat Wakil Pemimpin Milisi Hashed al-Shaabi, yakni kaukus milisi loyalis Iran di Irak yang kini menjadi kekuatan militer terkuat di negara itu.
Brigade Al-Quds dan milisi Hashed al-Shaabi adalah dua kekuatan militer andalan Iran dalam pertarungan geopolitik di Timur Tengah saat ini. Di Iran, Soleimani sudah dikenal sebagai orang terkuat kedua setelah Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Al-Mohandis merupakan tangan kanan dan kesayangan Soleimani. Dua tokoh ini dikenal sangat anti-AS dan Israel.
Brian Hook yang adalah Perwakilan Khusus AS untuk Iran dan Penasihat Kebijakan Senior bagi Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menilai dengan nada mengejek bahwa permintaan Iran terhadap Interpol sebagai ”aksi propaganda”.
”Penilaian kami adalah bahwa Interpol tidak melakukan intervensi dan mengeluarkan Red Notice yang didasarkan pada motif politik,” katanya dalam konferensi pers di ibu kota Arab Saudi, Riyadh.
Hook pun menegaskan bahwa langkah Teheran tidak untuk mempromosikan perdamaian. ”Ini tidak ada hubungannya dengan keamanan nasional, perdamaian internasional, atau mempromosikan stabilitas,” kata Hook. ”Kami melihatnya apa adanya. Ini adalah aksi propaganda yang tidak seorang pun menganggap serius dan membuat orang Iran terlihat bodoh.”
Peristiwa pembunuhan Soleimani memicu kesedihan dan kemarahan besar di Iran. Iran membalas dengan menembakkan tembakan rudal balistik ke pasukan AS yang ditempatkan di Irak, tetapi Trump memilih untuk tidak menanggapinya secara militer.
Meskipun serangan Iran di sebuah markas militer AS di bagian barat Irak, Ain Al-Asad, tidak menewaskan tentara AS, puluhan tentara AS dilaporkan menderita trauma otak. (AFP/REUTERS/BEN)