Perjalanan Hong Kong Seberat Pengembaraan Sun Go Kong
Upaya Hong Kong menuju Barat sama sulitnya dengan perjalanan siluman kera Sun Go Kong. Dalam pengembaraan ke Barat, Sun Go Kong dan rekan seperjalanannya menemui banyak rintangan, bahaya, dan ketidakpastian.
Oleh
Kris Mada
·3 menit baca
Selama setahun terakhir, sebagian warga Hong Kong bolak-balik meminta pertolongan Eropa, Amerika Serikat, dan Australia. Permintaan itu disampaikan karena China dinilai semakin otoriter menekan Hong Kong.
AS dan Uni Eropa telah mengungkapkan keprihatinan atas kebijakan China di Hong Kong. “Menyatakan prihatin tidak akan mengubah niat China,” kata peneliti Asia Pasifik di Chantam House, Rod Wye.
Peneliti di lembaga kajian yang berbasis di Inggris itu menyebut AS dan UE bergerak ke arah berbeda selama beberapa tahun terakhir. Fakta itu dimanfaatkan China.
“Saya tidak yakin Beijing menghiraukan sanksi apa pun yang mereka (AS dan Eropa) bahas soal pencabutan status istimewa Hong Kong. Orang-orang di Hong Kong justru lebih disakiti oleh sanksi itu dibandingkan pemerintah dan pengusaha China,” ujarnya.
Direktur Institut China di London’s School of Oriental and African Studies, Steve Tsang, menyebut bahwa langkah EU akan berdampak secara ekonomi pada China jika digabungkan dengan manuver AS, Kanada, Australia, Inggris, dan Selandia Baru. UE merupakan mitra dagang terbesar China.
Masalahnya, jauh panggang dari api baru Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson yang mau bekerja sama dengan UE pada isu itu. “Beijing menganggap Inggris dan AS cuma macam kertas. Boris fokus ke Brexit. Dia mau bekerja sama dengan siapa pun kecuali UE,” kata dia.
London dan Washington memang sudah bolak-balik menyatakan akan bertindak keras jika Beijing meningkatkan cengkeraman pada Hong Kong. Undang-Undang Keamanan Nasional China yang baru diterapkan di Hong Kong itu dilihat sebagai cara China mengontrol Hong Kong lebih ketat.
Paspor
Menyikapi itu, London mengumumkan akan melonggarkan kebijakan imigrasi bagi pemegang warga asing pemegang paspor Inggris. Paspor yang dikenal sebagai British National (Overseas) atau BN(O) dapat dimiliki setiap warga Hong Kong yang lahir sebelum 1 Juli 1997, hari London mengembalikan Hong Kong pada Inggris setelah menyewanya selama 100 tahun.
Pemegang paspor itu bukan warga Inggris dan tetap wajib mengikuti kebijakan imigrasi untuk masuk, tinggal, sekolah, atau bekerja di Inggris. Walakin, setiap pemegang paspor itu berhak mendapat bantuan dari Pemerintah Inggris.
Hampir 3 juta dari 7 juta warga Hong Kong berhak mendapatkan paspor itu. Sampai Februari 2020, 349.881 warga Hong Kong memegang paspor itu.
London berjanji akan memudahkan warga Hong Kong pemegang paspor BN(O) untuk bisa tinggal selama lima tahun dan bisa mengajukan permohonan menjadi warga Inggris jika sudah tinggal enam tahun berturut-turut di Inggris. Sampai sekarang, London tidak menyebutkan bagaimana caranya.
Ketidakjelasan itu hanya salah satu masalah. Persoalan lain adalah mayoritas pengunjuk rasa Hong Kong yang menolak China belum berusia 23 tahun. Hal itu membuat mereka, dengan ketentuan sekarang, tidak bisa mendapat BN(O). Sampai sekarang, Inggris tidak kunjung mengumumkan cara membantu mereka.
Mantan penerjemah resmi Deng Xiaoping, Victor Gao, menyebut pengumuman London soal pelonggaran visa bagi pemegang BN(O) hanya angin surga. “Mereka tidak melakukannya di 1997 dan saya tidak yakin mereka akan melakukannya sekarang. Jika membandingkan Hong Kong dengan Inggris, banyak orang suka tinggal di Hong Kong karena tempat yang baik untuk berusaha, pajak rendah, orang tidak mau pindah,” ujarnya kepada Sky News.
London pun pernah menolak petisi dari 100.000 warga Hong Kong yang meminta perlakuan penuh sebagai warga negara Inggris. London beralasan, pemenuhan permintaan itu akan melanggar kesepakatan dengan Beijing sebelum Hong Kong diserahkan ke China.
Presiden Taiwan Tsai Ing Wen dituding mendapat lonjakan sokongan pemilih muda karena membawa isu Hong Kong selama pemilu. Ma menduga banyak sumbangan untuk pengunjuk rasa dikirimkan dari Taiwan.
AS pun dinilai Ma tidak melakukan tindakan nyata. Washington membuat undang-undang yang lebih melindungi 1.300 perusahaan AS di Hong Kong dibanding membantu warga Hong Kong.
Koran Hong Kong, South China Morning Post, melaporkan bahwa Partai Komunis China pernah menyebarkan kampanye ke pemuda Hong Kong. “Mereka yang mendorong orang berunjuk rasa, apakah bisa menyelesaikan masalah pengangguran, penghasilan, dan perumahan di Hong Kong? Pernahkah mereka menunjukkan itikad menyelesaikan isu itu? Mereka Cuma menawarkan janji surga, hanya memperburuk keadaan,” demikian tertulis di kampanye yang diberi judul “Bagaimana Cara Menyelamatkan Hong Kong” itu.
Kampanye itu bagian dari upaya Beijing mendekati pengunjuk rasa. Sayangnya, banyak pengunjuk rasa terlanjur anti-Beijing.
Jimmy Lai, pengusaha Hong Kong dan salah satu tokoh penyokong gerakan anti-Beijing, menyebut Hong Kong lebih dekat ke Barat dibandingkan Beijing.Oleh karena itu, seperti disampaikan Lai dalam program 60 Minutes di televisi CBS, Barat harus membantu Hong Kong dan Hong Kong lebih ingin ke Barat.
Namun, upaya Hong Kong menuju Barat sama sulitnya dengan perjalanan siluman kera Sun Go Kong. Dalam pengembaraan ke Barat, Sun Go Kong dan rekan seperjalanannya menemui banyak rintangan, bahaya, dan ketidakpastian. (AP/REUTERS)