Ilmuwan Menyakini Virus Korona Menyebar lewat Udara
Ilmuwan meyakini virus korona baru bertransmisi melalui udara. WHO didorong untuk merevisi rekomendasi protokol kesehatan. Namun, WHO menyatakan bahwa belum ada bukti kuat atas klaim tersebut.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
NEW YORK, SENIN — Sejumlah 239 ilmuwan dari 32 negara menemukan, virus korona baru penyebab penyakit Covid-19 dapat menyebar lewat udara. Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) masih meragukannya karena belum didukung pengujian lanjutan dan mempertahankan pendapatnya bahwa virus ditularkan lewat tetesan kecil air (droplet) yang mengandung virus dari hasil bersin, batuk, dan bicara.
Pernyataan bahwa virus korona baru atau SARS-CoV-2 dapat menyebar lewat udara (airborne) disampaikan para ilmuwan melalui surat terbuka. Temuan mereka direncanakan akan dipublikasi pekan depan dalam dokumen berjudul It is Time to Address Airborne Transmission of Covid-19.
”Kami beranggapan bahwa transmisi udara berarti tetesan kecil di udara dapat menginfeksi orang berjam-jam kemudian, melayang di jalanan, melalui kotak surat, dan menemukan jalan masuk ke rumah di mana pun,” kata ahli epidemiologi Harvard TH Chan School of Public Health, Bill Hanage, seperti dirilis New York Times, Senin (6/7/2020).
WHO sudah berkali-kali meyakinkan publik, Covid-19 menular lewat tetesan kecil air yang dihasilkan tubuh, baik saat bicara, bersin, maupun batuk. Hal ini bisa dicegah dengan menjaga jarak fisik atau sosial minimal sejauh 1 meter.
Menurut panduan WHO yang terbit pada 29 Juni 2020, ada kemungkinan SARS-CoV-2 menyebar lewat aerosol, yakni partikel halus zat padat atau cair dalam gas atau udara. Namun, kemungkinan ini hanya terjadi jika ada prosedur medis khusus yang menghasilkan aerosol seperti intubasi.
Para ilmuwan menemukan sejumlah bukti bahwa SARS-CoV-2 bisa bertransmisi lewat udara. Ini berkaca, antara lain, pada kasus merebaknya Covid-19 di tempat pemrosesan daging di Wales, Inggris. Aliran udara yang terbatas di sana menjadi pemicu penularan.
Ahli dalam penularan virus lewat udara dari Virginia Tech, Linsey Marr, mengatakan, selama ini WHO mengandalkan studi dari rumah sakit yang tingkat virus di udaranya rendah.
Padahal, tingkat pertukaran udara di kebanyakan bangunan jauh lebih rendah sehingga memungkinkan virus menumpuk di udara. WHO dinilai mengabaikan fakta ini.
Diragukan WHO
Perwakilan dari grup ilmuwan yang menulis surat kepada WHO, Lidia Morawska, menyatakan, ada indikasi virus bertransmisi di ruangan yang sirkulasi udaranya buruk. Transmisi juga bisa terjadi di ruangan dalam yang ramai.
Para ahli lantas meminta WHO agar merevisi rekomendasi protokol kesehatan yang sudah dikeluarkan. Jika transmisi udara terbukti, kemungkinan besar orang-orang harus tetap mengenakan masker di dalam ruangan.
Kualitas sirkulasi udara dalam ruangan perlu dibenahi dan kemungkinan cahaya ultraviolet dibutuhkan untuk memberantas partikel virus.
Ketua Tim Teknis Pencegahan dan Pengendalian Infeksi WHO Benedetta Allegranzi mengatakan, bukti bahwa virus menyebar lewat udara belum meyakinkan dan menimbulkan perdebatan.
”Dalam beberapa bulan ini kami berulang kali mengatakan, transmisi udara mungkin saja terjadi. Namun, belum ada bukti kuat atau jelas,” katanya.
Soumya Swaminathan, Koordinator Ilmuwan WHO, mengatakan, pihaknya kini berusaha mengevaluasi bukti ilmiah yang disodorkan ratusan ilmuwan tadi secepat mungkin. Ia memastikan untuk mendengarkan semua masukan.
Sejumlah ahli lagi menyarankan semua orang melakukan pencegahan lebih awal dengan selalu mengenakan masker. Masker kain terbukti dapat menurunkan risiko terpapar Covid-19.
Hasil studi ilmuwan McMaster University di Ontario, Derek Chu, menunjukkan, mengenakan masker memberi peluang tertular sebesar 3 persen. Sementara itu, peluang tertular jika tidak mengenakan masker ialah 17 persen.
Sementara itu, permodelan matematis oleh Health Metrics and Evaluation (IHME) dari University of Washington di Amerika Serikat menyatakan, penggunaan masker kain bisa mencegah 17.742-28.030 kematian akibat Covid-19 hingga 1 Oktober 2020 (Kompas.id, 4/7/2020). (REUTERS)