Pertemuan 27 pemimpin UE berlangsung alot dalam membahas dana pemulihan pandemi Covid-19. Meski diperpanjang dua hari, pertemuan tak kunjung menghasilkan kesepakatan.
Oleh
Kris Mada
·4 menit baca
BRUSSELS, SENIN — Perundingan soal pendanaan program pemulihan ekonomi yang terpukul Covid-19 membuat Uni Eropa terbagi menjadi tiga kubu. Perbedaan itu membuat perundingan tidak kunjung tuntas meski sudah diperpanjang dari dua hari menjadi empat hari hingga Senin (20/7/2020).
Para pemimpin 27 negara Uni Eropa (UE) sedianya merampungkan perundingan di Brussels, Belgia, Sabtu (18/7/2020). Namun, karena belum ada kata sepakat, perundingan diundur hingga Minggu.
Sampai Minggu pun belum tercapai kesepakatan sehingga perundingan dilanjutkan lagi Senin (20/7/2020) sore waktu Brussels dengan harapan kesepakatan tercapai. Ini pertemuan puncak UE terlama sejak KTT di Nice tahun 2000 yang berlangsung lima hari.
Perbedaan utama di kalangan negara UE terletak pada mekanisme dan syarat penggunaan dana pemulihan dampak Covid- 19 sebesar 750 miliar euro. Negara-negara yang terdampak parah, seperti Italia dan Spanyol, menginginkan alokasi hibah lebih besar. Namun, negara-negara ”superhemat” menginginkan hibah lebih sedikit.
Presiden Perancis Emmanuel Macron dilaporkan sampai meninju meja karena kesal dengan kebuntuan perundingan yang berlangsung dari Minggu sore sampai Senin pagi. Ia juga mengancam akan kembali meninggalkan perundingan, seperti pada Sabtu malam.
Penyebab kebuntuan, seperti dilaporkan Financial Times dan Bloomberg, masih sama. Kelompok negara ”superhemat”, yakni Austria, Belanda, Denmark, Swedia, dan Finlandia, mengajukan tuntutan bahwa hibah harus lebih rendah dari yang diusulkan UE dan Jerman-Perancis. Berlin-Paris mengusulkan hibah 500 miliar euro dan utang 250 miliar euro.
Kuintet Amsterdam awalnya mengusulkan hibah paling banyak 155 miliar euro dan sisanya berstatus utang. Belakangan, Amsterdam setuju menaikkan hibah menjadi 350 miliar euro dan sisanya utang. Usulan ini disokong Irlandia yang menganggap adil apabila porsi utang disamakan dengan hibah.
Seusai rapat Senin pagi, Financial Times dan Bloomberg melaporkan, nilai hibah kini mencapai 390 miliar euro. Kanselir Austria Sebastian Kurtz menyebut ada kemajuan dari rapat. Walakin, masih banyak hal harus diselesaikan. Melalui rapat lanjutan yang direncanakan berlangsung pada Senin malam WIB, UE antara lain akan membahas mekanisme dan syarat pengucuran dana.
Isu ini diperkirakan akan memicu perdebatan sengit. Kuintet Amsterdam meminta penerima hibah dan utang wajib mereformasi ekonomi dan memastikan kepatuhan pada hukum. Subsidi di APBN harus dikurangi dan pengelolaan APBN harus lebih disiplin.
PM Belanda Mark Rutte mengatakan, negara-negara selatan, seperti Spanyol, Italia, Portugal, dan Yunani, pernah berjanji mereformasi kebijakan ekonominya setelah negara-negara selatan menyeret Eropa dalam krisis utang 2009-2011. Saat itu, Bank Sentral Eropa (ECB) harus mengucurkan talangan besar-besaran. Rutte menilai, janji tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan Madrid, Roma, Lisabon, dan Athena sampai sekarang.
Dalam rancangan pengucuran dana stimulus, kebetulan negara-negara selatan akan menerima dana paling banyak. Negara-negara itu paling terpukul oleh pandemi Covid-19.
Kuintet Amsterdam juga menuntut mendapat alokasi lebih besar dari anggaran UE 2021-2027. Hal itu merupakan kompensasi atas kesediaan menanggung beban tambahan dari anggaran bersama UE yang kekurangan 75 miliar euro setelah Inggris keluar.
Pertentangan
Dalam hal porsi hibah dan utang, kuintet Amsterdam berhadapan dengan Berlin-Paris yang ingin hibah paling sedikit 400 miliar euro. Spanyol, Italia, dan Portugal juga berkeberatan dengan porsi hibah lebih kecil.
Adapun dalam hal syarat reformasi ekonomi, kuintet Amsterdam berseberangan dengan trio Madrid, Roma, dan Lisabon. Selama 10 tahun terakhir, trio ini dipaksa berhemat ketat sebagai syarat menerima talangan Bank Sentral Eropa (ECB) selepas krisis 2009-2011.
Penghematan itu menghasilkan guncangan politik, terutama di Spanyol dan Italia. Pemilih di negara itu menilai politisi mengorbankan kepentingan warga demi mematuhi UE.
Tuntutan itu juga ditentang Hongaria dan Polandia. Selama bertahun-tahun, Budapest dan Warsawa dinilai menempatkan hukum di bawah kekuasaan. PM Hongaria Victor Orban menuding Rutte memusuhi Budapest gara-gara tuntutan reformasi ekonomi dan kepatuhan pada hukum. Orban mengancam akan memveto keputusan UE soal anggaran jika syarat Belanda dimasukkan. Walakin, ia menolak disalahkan jika UE gagal bersepakat gara-gara veto Budapest. Menurut dia, justru Rutte harus disalahkan.
Kuintet Amsterdam juga tidak sepakat dengan keinginan trio Madrid yang disokong Berlin-Perancis soal pembiayaan program pemulihan. Trio Madrid meminta sumber pembiayaan berasal dari utang yang cicilannya ditanggung bersama oleh seluruh 27 anggota EU. PM Italia Giuseppe Conte menyebut hal itu sebagai wujud persatuan UE.
Berlin awalnya berkeberatan dengan usulan trio Madrid yang disokong Paris itu. Belakangan, dalam status sebagai ketua bergilir UE mulai Juli 2020, Berlin melunak dan cenderung menyokong posisi trio Madrid. PM Luksemburg Xavier Bettel mengatakan belum pernah ada perbedaan setajam sekarang dari tujuh tahun keikutsertaannya di rapat-rapat UE.
Presiden Dewan Eropa Charles Michel mendesak para pemimpin UE mengatasi perbedaan. ”Apakah 27 pemimpin UE mampu membangun kepercayaan dan persatuan, atau, gara-gara perbedaan mendalam, akan menunjukkan kelemahan Eropa?” ujarnya.
Bersama Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen, Michel berusaha mendapat pengesahan paket stimulus 1,8 triliun euro. Selain itu, rapat di Brussels juga untuk mengesahkan anggaran tahunan UE periode 2021-2027.