Sering Unggah Kabar Kibul, 150.000 Akun Terkait QAnon Dihapus Twitter
Mereka kerap mencuitkan apa pun tanpa disertai bukti. Mereka juga kerap beramai-ramai merisak secara daring siapa pun yang dianggap berbeda pandangan dengan mereka.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
WASHINGTON DC, RABU — Layanan jejaring sosial dan mikroblog daring Twitter mengumumkan penghapusan hingga 150.000 akun terkait dengan kelompok penganut teori konspirasi QAnon. Kelompok ini percaya, ada agenda terselubung dari ”negara rahasia” terhadap Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan para loyalisnya.
Twitter menyadari, akun-akun konspirasi QAnon terlalu sering menggunggah informasi tidak jelas, palsu, atau kabar kibul. Mereka diduga pendengung Trump menjelang Pemilu 2020 dan sering menyerang lawan-lawannya. Sejumlah politisi dan tokoh AS kerap ikut menyebarkan informasi dari akun-akun itu.
Penutupan dimulai sejak pekan lalu setelah akun-akun itu berpotensi menyebabkan perpecahan di masyarakat. ”Kami telah menegaskan, kami akan bertindak tegas pada perilaku yang berpotensi memicu bahaya pada (kehidupan) luring. Terkait dengan kebijakan ini, pekan ini kami bertindak terhadap yang disebut ’QAnon’ di layanan (Twitter),” kata Twitter yang disampaikan pada Selasa (21/7/2020) malam waktu California atau Rabu pagi WIB.
Penyedia pelantar media sosial itu memperingatkan semua pengguna layanannya untuk tidak berinteraksi dengan akun-akun yang terkait QAnon. Akun-akun yang tetap berinteraksi akan ditutup selamanya oleh Twitter. Sebab, cuitan-cuitan QAnon dinilai penuh manipulasi, melanggar pelarangan penggunaan banyak akun.
”Kami akan menutup akun yang bercuit tentang topik yang kami ketahui melanggar kebijakan banyak akun, mengoordinasikan perundungan terhadap korban, dan mencoba mengelak penangguhan sebelumnya, hal yang kami lihat dalam beberapa pekan terakhir,” demikian dinyatakan perusahaan itu.
Penutupan, sementara ataupun selamanya, akan berdampak pada hingga 150.000 akun. Dari semua akun itu, 7.000 sudah ditutup dalam beberapa pekan terakhir. Sebab, akun-akun itu melanggar ketentuan penyebaran pesan secara serentak dan massal, manipulasi, dan penghindaran pelarangan.
Twitter juga akan menghapus semua cuitan terkait QAnon. Tema itu juga akan dilarang tampil di daftar isu hangat (trending topic) dan kolom pencarian. Semua tautan terkait tema itu juga dilarang.
Serangan dan kabar kibul
Akun-akun QAnon tidak pernah memiliki data yang jelas mengenai identitas pemilik akun. Para penyokong meyakini akun-akun itu dioperasikan pegawai pemerintah yang kerap membocorkan informasi untuk kalangan terbatas.
Dalam banyak cuitannya, QAnon kerap menyampaikan hal-hal yang tidak jelas buktinya dan sering kali berupa kabar kibul (hoax). Selain di Twitter, QAnon dan pengikutnya juga aktif di berbagai pelantar media sosial lain. Mereka kerap bersama dengan para pendukung gerakan antivaksin.
Mereka kerap mencuitkan apa pun tanpa disertai bukti. Mereka juga kerap beramai-ramai merisak secara daring siapa pun yang dianggap berbeda pandangan dengan mereka.
CNN dan New York Times melaporkan, QAnon dan para pengikutnya cenderung menyokong Partai Republik dan Presiden AS Donald Trump. Mereka menuding ada upaya rahasia untuk melawan Trump.
Dalam sejumlah cuitan, QAnon dan para pengikutnya menuding kader-kader Partai Demokrat di balik sindikat penjahat internasional. Mereka juga menuding ada sindikat liberal.
QAnon dan pengikutnya kerap mengunggah cuitan yang meyakini Trump tengah berusaha melawan kelompok yang disokong elite politik dan selebritas AS. Para elite dan selebritas itu disebut memuja setan, mendukung pembunuhan dan pelecehan seksual terhadap anak.
QAnon dan pendukungnya meyakini mantan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton memimpin sindikat paedofilia alias orang yang punya gairah seksual terhadap anak-anak. Sindikat pimpinan Hillary dijalankan dari toko pizza di Washington DC.
Mereka juga menuding salah satu rumah milik Oprah Winfey di Florida pernah disita polisi karena kasus paedofilia. Tudingan paedofilia juga diarahkan ke Tom Hanks. Mereka yakin, alih-alih harus dirawat karena terinfeksi Covid-19, Tom Hanks ditangkap karena terlibat paedofilia.
Untuk semua tudingan itu, tidak ada satu bukti pun disampaikan. Meskipun demikian, para pengikut QAnon sepenuhnya meyakini tuduhan itu benar.
Sayangnya, banyak pesohor menyokong QAnon. Salah satunya aktris Roseanne Barr yang meyakini informasi soal paedofilia dari QAnon. Selain itu, 53 politisi Republikan diketahui menyokong QAnon. Di California, ada 11 politisi penyokong kelompok itu. Sementara di Florida ada 9 politisi.
Mayoritas di antara politisi itu memang gagal bersaing menuju Pemilu 2020. Di antara yang akan lolos adalah Jo Rae Perkins, calon senator Republikan dari Oregon, dan Marjorie Taylor Greene, calon senator Republikan dari Georgia. Greene menyebut QAnon sebagai patriot yang cinta negaranya dan sangat mendukung Trump.
Ada pula calon senator Republikan dari Colorado, Lauren Boebert, yang secara terbuka menyokong QAnon. Sementara untuk calon anggota DPR, ada Angela Stanton-King, yang maju di Georgia.
Dalam kampanye Trump di Florida pada 2018, sejumlah orang mendekati panggung utama sembari membawa poster dengan tulisan ”We Are Q”. Huruf Q di poster itu merujuk pada QAnon.
Bahkan, menurut CNN, Trump mengutip 136 cuitan QAnon sepanjang pekan lalu. Anak Trump, Eric, juga mengunggah gambar bendera AS dengan huruf Q besar kala Trump berkampanye di Tulsa, Oklahoma. (AP/REUTERS)