Ketegangan antara dua negara adidaya Amerika Serikat dan China kian memuncak. Kini, keduanya saling usir diplomat di konsulat jenderalnya masing-masing.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
CHENGDU, MINGGU — Para pegawai menurunkan lambang Amerika Serikat dari Konsulat AS di Chengdu, Sabtu (25/7/2020), sehari setelah Beijing memerintahkan kantor itu ditutup seiring hubungan AS dan China yang kian tegang.
Penutupan Konsulat AS di Chengdu juga merupakan balasan atas perintah penutupan Konsulat China di Houston, Texas, AS beberapa waktu lalu. Kedua negara saling menuduh bahwa keberadaan konsulat membahayakan keamanan nasional.
China tidak memberikan tenggat waktu yang jelas bagi AS untuk mengosongkan konsulatnya di Chengdu. Namun, para pegawai mulai memindahkan lambang negara AS dari depan konsulat dengan derek kecil dan meninggalkan bendera AS yang masih berkibar.
Tiga truk pengangkut memasuki lingkungan gedung konsulat pada Sabtu sore. Sabtu pagi, para pekerja terlihat mengeluarkan kantong sampah hitam besar dari konsulat. Salah satu di antaranya berisi robekan-robekan kertas. Setidaknya 10 tas dibawa keluar dari gedung konsulat.
Sementara staf konsulat yang lain membawa sejumlah kotak, memindahkan troli, dan koper dari dalam gedung.
Beijing menyebut bahwa penutupan Konsulat AS di Chengdu merupakan ”tanggapan sah dan perlu atas tindakan tidak masuk akal AS” serta keberadaan staf pada misi diplomatik itu membahayakan keamanan dan kepentingan China.
Sementara itu, para pejabat Washington mengatakan, ada upaya dari Konsulat China di Houston yang tidak bisa diterima, yaitu mencuri rahasia perusahaan-perusahaan AS dan penelitian ilmiah dan kedokteran.
Diplomat China terakhir meninggalkan konsulat di Houston pada Jumat (24/7/2020) setelah tenggat waktu 72 jam untuk mengosongkan konsulat terlewati. Para pejabat di sana terlihat memuat banyak dokumen dan barang-barang lainnya ke truk dan juga ada yang dibuang ke tempat sampah.
Pada Sabtu, Beijing mengatakan bahwa agen-agen AS ”memaksa” masuk ke Konsulat China di Houston yang ”merupakan properti nasional China”. Beijing mengutip Konvensi Vienna untuk Hubungan Konsular dan Perjanjian Konsuler China-AS. AS ”tidak boleh melanggar ketentuan itu dalam kondisi apa pun”.
”China telah menyatakan kekecewaannya yang besar dan dengan jelas menentang sikap AS yang memaksa masuk Konsulat Jenderal China di Houston. China akan mengambil tindakan yang pantas dan perlu menanggapi hal ini.”
Ketegangan antara AS dan China meningkat dalam berbagai bidang termasuk perdagangan, penanganan pandemi Covid-19, hingga Undang-Undang Keamanan Nasional di Hong Kong. Para pejabat AS memperingatkan adanya ”tirani baru” dari China.
Kementerian Luar Negeri China menyebut bahwa penutupan Konsulat Jenderal AS di Chengdu merupakan ”tanggapan yang sah dan perlu terhadap tindakan tidak masuk akal AS”.
”Situasi hubungan China-AS saat ini bukan sesuatu China inginkan, dan AS harus bertanggung jawab atas semua ini,” demikian tambahan pernyataan Kemenlu China.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan, sejumlah staf Konsulat As di Chengdu ”terlibat aktivitas di luar kapasitasnya, turut campur dalam urusan dalam negeri China, dan membahayakan keamanan dan kepentingan China”.
Konsulat Jenderal AS di Chengdu yang berdiri tahun 1985 itu telah menjadi pusat kontroversi. Keberadaannya dimasukkan dalam peta rahasia yang dibocorkan oleh analis intelijen Edward Snowden untuk menunjukkan pengawasan AS di seluruh dunia.
Gedung misi diplomatik itu pun menjadi lokasi pelarian Wang Lijun tahun 2012 dari atasannya, Bo Xilai, yang pernah menjadi pimpinan kota metropolis Chongqing. Sejak saat itu, ia dipenjara seumur hidup karena korupsi. (AFP)