Yakin Bakal Menang Lagi di Pilpres, Trump Cemooh Jajak Pendapat
Tidak mudah bagi Presiden AS Donald Trump untuk menyalip keunggulan mantan Wakil Presiden Joe Biden. Apalagi, serangkaian jajak pendapat menunjukkan kepuasan terhadap kinerja Trump rata-rata di aras 40 persen.
Oleh
kris mada
·2 menit baca
WASHINGTON, SENIN — Presiden Amerika Serikat Donald Trump yakin akan kembali terpilih lewat pemilu presiden, November 2020. Ia menilai serangkaian jajak pendapat yang menunjukkan keunggulan bakal calon pesaing utamanya, Joe Biden, sebagai penyesatan dan akan dibalikkan dengan hasil pemilu.
”Kampanye Trump lebih banyak didukung penyokong bersemangat, menurut banyak (pihak), dibandingkan kampanye lain dalam sejarah negara besar kita. Bahkan, lebih besar dari 2012. Biden tidak punya apa-apa. Mayoritas diam akan berbicara pada 3 November. Jajak pendapat palsu dan berita palsu tidak akan menyelamatkan radikal kiri,” tulis Trump di media sosial, Minggu (26/7/2020) siang waktu Washington atau Senin dini hari WIB.
Ia menyatakan hal itu setelah hasil jajak pendapat di Florida, Arizona, dan Michigan menunjukkan keunggulan Biden. Dalam jajak pendapat yang diselenggarakan SSRS dan disiarkan CNN itu, Biden disokong 51 persen pemilih Florida, 52 persen pemilih Michigan, dan 49 persen pemilih Arizona.
Sementara Trump hanya didukung 46 persen pemilih Florida, 45 pemilih Arizona, dan 40 persen pemilih Michigan. Sejak Maret 2020, Trump belum pernah sekalipun unggul dalam berbagai jajak pendapat di Florida. Padahal, Trump menang di tiga negara bagian itu pada pemilu 2016. Selain itu, tidak ada presiden Republikan yang kalah di Florida dalam hampir seabad terakhir.
Serangkaian jajak pendapat menunjukkan Arizona, Florida, Georgia, Ohio, dan Carolina Utara sebagai negara bagian yang belum ada kecenderungan kuat akan dimenangkan Biden atau Trump. Sementara di 45 negara bagian lain sudah ada kecenderungan siapa yang berpeluang besar menang. Biden berpeluang besar di 6 negara bagian dan Trump di 13 negara bagian. Di sisa negara bagian lain, Biden dan Trump berbagi peluang tipis untuk menang.
Meskipun demikian, hasil jajak pendapat menunjukkan dukungan Trump lebih menyebar. Dalam laporan The New York Times yang membandingkan asal penyumbang dana kampanye pun terlihat dukungan pada Trump lebih menyebar.
Masalahnya, dukungan Trump menyebar di negara bagian dengan jumlah suara perwakilan (electoral vote) lebih sedikit dibandingkan Biden. Daerah-daerah yang berpeluang besar dimenangi Biden mempunyai total 123 suara perwakilan. Sebaliknya, Trump hanya berpeluang besar di daerah dengan total 78 suara perwakilan. Untuk menjadi presiden, setiap calon harus meraih sekurangnya 270 suara perwakilan.
Presiden AS memang tidak dipilih langsung oleh pemilih di bilik suara. Pertarungan berlangsung di setiap daerah pemilihan, bukan secara nasional seperti di Indonesia. Memang, perwakilan daerah pemilihan atau dapil (electoral college) akan menentukan pilihan berdasarkan hasil pemilu di setiap dapil. Capres yang menang di setiap dapil lazimnya akan dipilih oleh perwakilan dapil.
Berbeda dari Hillary Clinton
Dengan sisa 100 hari menjelang pemilihan, tidak mudah bagi Trump untuk menyalip keunggulan Biden. Apalagi, serangkaian jajak pendapat menunjukkan kepuasan terhadap kinerja Trump rata-rata di aras 40 persen. Dengan tren ketidakpuasan seperti Trump, ada tiga presiden AS yang gagal terpilih lagi, yakni Gerald Ford, Jimmy Carter, dan George HW Bush.
Meskipun demikian, Trump yakin bisa kembali memenangi pemilu. Pada 2016, Trump kalah di berbagai jajak pendapat dari Hillary Clinton. Hasil pemilu 2016 menunjukkan, Trump menang dan jadi presiden. Ia menang karena dukungannya tersebar sehingga bisa mendapat lebih banyak suara perwakilan dibandingkan Clinton.
Namun, kondisi tahun 2020 ini lain dari 2016 dan Biden juga berbeda dari Clinton. Meski memimpin di berbagai jajak pendapat, peluang keterpilihan Clinton sepanjang pemilu 2016 rata-rata di aras 40 persen. Sementara Biden selalu di kisaran 50 persen.
Selain itu, keunggulan Biden tersebar di daerah pemilik suara perwakilan terbesar, seperti California, Ohio, dan New York hingga ke pemilik suara perwakilan kecil, seperti Colorado dan New Mexico. Sebaliknya, Trump belum bisa memastikan kemenangan di daerah pemilik suara perwakilan besar dan dipimpin politisi Republikan, seperti Texas dan Florida. (AFP)