Bagi Korea Utara, Senjata Nuklir adalah Pencegah Perang Paling Efektif
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berpandangan, negaranya membutuhkan senjata nuklir sebagai perlindungan dari ancaman meletusnya perang di Semenanjung Korea. Dengan senjata nuklir itu, ia menjamin tidak akan ada perang.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
SEOUL, SELASA — Korea Utara tidak akan pernah melepaskan persenjataan nuklirnya demi melindungi diri dari serangan pihak luar. Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memastikan tidak akan terjadi perang lagi selama ada nuklir di tangan. Alasan pengembangan senjata nuklir Korea Utara selama ini disebutkan hanya semata-mata untuk mencegah terjadinya perang lagi.
Kantor berita KCNA, Selasa (28/7/2020), menyebutkan bahwa pernyataan Kim itu diucapkan saat Korea Utara memperingati 67 tahun berakhirnya Perang Korea pada 1950-1953 yang jatuh pada tanggal 27 Juli. Sebenarnya sampai saat ini Korut dan Korea Selatan secara teknis masih berstatus perang. Perang Korea hanya berakhir dengan kesepakatan gencatan senjata.
”Sekarang kita mampu membela diri sendiri dari tekanan dan ancaman militer dari kekuatan imperialis. Ini berkat kekuatan nuklir kita yang efektif dan bisa diandalkan. Tidak akan ada perang lagi dan masa depan negeri kita dijamin aman selamanya,” kata Kim.
Pidato bernada keras ini disampaikan di saat perundingan perlucutan nuklir dan program rudal Korut dengan Amerika Serikat terhenti. Korut pernah menyatakan bersedia menghentikan program nuklir dan rudalnya, tetapi dengan syarat AS mencabut semua sanksi terhadap negara itu.
Kim pertama kali bertemu Presiden AS Donald Trump di Singapura pada 2018. Pada waktu itu, besar harapan Korut akan mau membuang semua nuklirnya. Hanya saja, setelah pertemuan kedua mereka di Vietnam, pada 2019, harapan itu ambyar karena perundingan berakhir buntu.
Para pengamat menilai Korut kemungkinan tidak akan mau berbicara dengan AS sebelum pemilihan presiden AS, November mendatang. Korut berharap akan ada pergantian kepemimpinan. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo juga sudah mengatakan Trump hanya mau berbicara lagi dengan Kim apabila memang ada prospek perkembangan positif.
Adik Kim Jong Un, Kim Yo Jong, juga menegaskan bahwa Korut tidak akan memberikan kepuasan kepada Trump yang diyakini akan mengumbar pertemuan dengan Korut sebagai keberhasilan kebijakan luar negerinya.
Pada awal tahun ini, Kim bertekad untuk memperkuat program nuklir negaranya dan mengancam untuk membeberkan senjata ”strategis” barunya. Ia juga menyatakan tak lagi terikat oleh moratorium yang diterapkan sendiri terkait uji coba nuklir dan rudal jarak jauh. Kim belum melakukan uji coba senjata berkekuatan besar seperti itu. Jika sampai dilakukan Kim, analis memperkirakan, hal itu akan memusnahkan sepenuhnya diplomasi dengan AS.
Kesulitan ekonomi Korut diyakini semakin memburuk akibat pandemi korona saat ini. Akibat pandemi, pada Januari lalu, Pyongyang harus menutup perbatasan negaranya dengan China, negara mitra dagang terbesarnya dan penyalur bantuan ekonomi bagi Korut.
Pada Jumat lalu, Kim memerintahkan penutupan wilayah secara total kota Kaesong di dekat perbatasan dengan Korea Selatan. Perintah itu dikeluarkan setelah ditemukan seorang yang mengalami gejala Covid-19. Korut hingga kini mengklaim tidak mempunyai pasien Covid-19. Klaim ini dipertanyakan banyak ahli kesehatan.
KCNA melaporkan, Selasa, otoritas negara itu memasok masker, obat-obatan, perlengkapan tes, makanan, dan kebutuhan pokok ke Kaesong. Ditambahkan, mereka juga menutup pintu perbatasan dengan Korsel. Para ahli menyebutkan, pandemi di Korut diperkirakan bisa memicu dampak yang luar biasa di negara akibat kolapsnya sistem perawatan kesehatan dan minimnya pasokan keperluan medis. (REUTERS/AFP/AP/SAM)