Lebanon Tolak Penyelidikan Internasional, Hezbollah Tepis Tuduhan Simpan Senjata
Presiden Lebanon Michel Aoun menolak desakan sejumlah kalangan di negaranya agar mengundang tim penyelidik asing guna mengungkap kasus ledakan dahsyat di Pelabuhan Beirut, Selasa lalu.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·5 menit baca
BEIRUT, SABTU — Presiden Lebanon Michel Aoun menolak penyelidikan internasional untuk mengusut penyebab ledakan dahsyat di Pelabuhan Beirut, Lebanon, Selasa (4/8/2020). Ia menyebut terbuka kemungkinan insiden yang menewaskan 154 orang dan menghancurkan sebagian besar ibu kota Lebanon itu merupakan akibat serangan rudal atau kelalaian otoritas di kota tersebut.
Adanya amonium nitrat sebagai benda berbahaya yang disebut memantik ledakan dahsyat dan telah tersimpan di gudang pelabuhan jantung ibu kota selama bertahun-tahun menjadi pertanyaan sekaligus gugatan atas sistem keamanan di negara itu. Presiden Aoun, Jumat (7/8/2020), mengakui bahwa sistem yang ”lumpuh” perlu ”dipertimbangkan kembali”. Dia menjanjikan ”keadilan yang cepat” atas peristiwa tersebut.
Namun, dirinya menolak seruan luas untuk digelarnya penyelidikan internasional atas peristiwa itu. Ia menilai masuknya pihak internasional justru akan membuyarkan upaya mencari kebenaran atas apa yang sesungguhnya terjadi dalam peristiwa itu. ”Ada dua kemungkinan skenario tentang apa yang terjadi: kelalaian atau campur tangan asing melalui rudal atau bom,” kata Aoun.
Pernyataan Aoun tersebut merupakan pernyataan pertama kali dari seorang pejabat tinggi Lebanon tentang kemungkinan serangan dalam peristiwa ledakan dahsyat di pelabuhan itu. Apa yang memicu serta siapa yang bertanggung jawab atas penyimpanan besar-besaran bahan kimia tersebut hingga kini masih belum jelas. Sejumlah pejabat Lebanon sebelumnya mengatakan adanya pekerjaan perbaikan gudang di kawasan pusat ledakan yang dimulai baru-baru ini sebelum peristiwa memilukan itu terjadi.
Seruan agar dilakukan penyidikan internasional itu dilontarkan oleh Kubu 14 Maret yang dikenal pro-Arab Saudi dan kontra Iran. Kubu 14 Maret itu terdiri dari Partai Al-Mostaqbal pimpinan Saad al-Hariri, Partai Sosialis Progresif yang berbasis massa kaum Druze pimpinan Walid Jumblatt, Partai Kekuatan Lebanon pimpinan Samir Geagea, Partai Kataeb pimpinan Sami Gemayel, dan Mufti Lebanon pimpinan Sheikh Abul Latif Derian.
Perlu diketahui, pemerintah baru Lebanon pimpinan PM Hassan Diab yang dibentuk pada Januari lalu ditengarai didominasi oleh Kubu 8 Maret. Kubu 8 Maret berintikan dari Hezbollah, Partai Amal, dan Partai Gerakan Kebebasan Patriotik (MPM) yang dikenal pro-Iran dan Suriah.
Sidang Dewan Tinggi Pertahanan Lebanon yang dipimpin Presiden Aoun, Selasa malam lalu, telah membentuk komite penyidik. Dijadwalkan, komite penyidik harus menyampaikan hasil penyidikannya selambat-lambat lima hari dari waktu pembentukannya itu.
Di dekat lokasi ledakan, tim penyelamat dari Perancis, Rusia, Jerman, Italia, dan negara-negara lain mengoordinasikan upaya pencarian mereka atas kemungkinan korban-korban manusia yang belum diselamatkan. Empat mayat ditemukan di dekat ruang kendali pelabuhan pada Jumat. Mereka diperkirakan tengah berada dalam aktivitas pekerjaan mereka pada saat ledakan terjadi.
Program Pangan Dunia PBB (WFP) telah menjanjikan makanan untuk keluarga yang terkena dampak peristiwa itu. Organisasi itu dilaporkan siap mengimpor gandum untuk menggantikan stok yang hilang akibat ledakan tersebut. Pada hari Jumat, bantuan dari sejumlah negara tiba di Beirut. Bantuan itu, antara lain, datang dari Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab, menyusul bantuan lainnya dari Perancis, Kuwait, Qatar, dan Rusia.
Badan kepolisian internasional (Interpol) mengatakan, pihaknya akan mengirim tim yang memiliki keahlian khusus dalam mengidentifikasi korban. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperhitungkan biaya senilai 15 juta dollar AS untuk menutupi kebutuhan kesehatan yang mendesak.
Diwartakan bahwa rumah sakit-rumah sakit di Lebanon kewalahan untuk menangani korban akibat ledakan. Tekanan atas pusat-pusat kesehatan di negara itu bertambah karena selama ini sudah harus menangani para pasien Covid-19. PBB mengatakan, sebanyak 100.000 anak termasuk di antara 300.000 orang yang harus kehilangan tempat tinggal akibat peristiwa itu. Banyak anak dilaporkan terpisah dari keluarga mereka.
Presiden AS Donald Trump mengatakan, dia akan bergabung dengan para pemimpin lain dalam konferensi virtual, Minggu (9/8/2020) besok, untuk membahas koordinasi bantuan internasional atas Lebanon. Trump telah berbicara dengan Aoun serta penyelenggara konferensi Presiden Perancis Emmanuel Macron. Ia menyatakan bahwa ”semua orang ingin membantu” dan berjanji melanjutkan dukungan AS dalam penyediaan pasokan darurat kritis guna memenuhi kebutuhan kesehatan dan kemanusiaan di masa sulit yang dihadapi Lebanon.
Hezbollah menepis
Dengan kehancuran akibat ledakan yang melanda separuh ibu kota dan diperkirakan menelan biaya lebih dari 3 miliar dollar AS, para pemimpin dunia, kelompok advokasi, dan warga Lebanon menuntut penyelidikan internasional untuk memastikan penyebab ledakan itu. Namun, kelompok Hezbollah mengatakan, Jumat, bahwa tentara harus memimpin penyelidikan karena merekalah yang dipercaya oleh semua pihak.
Pemimpin Hezbollah Hassan Nasrallah membantah tuduhan yang menyebutkan pihaknya menyimpan senjata di pelabuhan. Ia dengan tegas mengatakan, ”Kami tidak memiliki apa-apa di pelabuhan.”
Sebelumnya, Bahaa al-Hariri dari Partai Al-Mostaqbal mengatakan kepada media Inggris, Daily Mail, hari Kamis lalu, bahwa Pelabuhan Beirut dan Bandar Udara Internasional Beirut itu berada di bawah kontrol Hezbollah. Menurut dia, semua orang di Beirut sudah tahu bahwa Hezbollah yang menguasai Pelabuhan Beirut dan Bandar Udara Internasional Beirut.
Pada saat bersamaan, penyelidikan oleh otoritas Lebanon berlanjut dengan dilakukannya penangkapan atas 21 orang. Termasuk di dalamnya adalah Manajer Umum Pelabuhan Beirut Hassan Koraytem, pejabat bea cukai, dan insinyur pelabuhan lainnya.
Lusinan lainnya sedang diinterogasi oleh pengadilan militer Lebanon. Pengadilan berfokus pada pejabat administrasi dan keamanan di pelabuhan serta otoritas pemerintah yang mungkin telah mengabaikan peringatan tentang keberadaan bahan peledak di kawasan itu. Bank sentral Lebanon juga memerintahkan pembekuan aset milik tujuh pejabat pelabuhan dan bea cukai.
Namun, tindakan tersebut tidak meredam kemarahan warga di jalan-jalan Beirut. Dilaporkan terjadi bentrok antara puluhan demonstran dan pasukan keamanan yang menembakkan gas air mata pada Kamis (6/8/2020) malam.
Para sukarelawan yang membersihkan puing-puing akibat ledakan di sejumlah tempat dilaporkan mengusir dua menteri pemerintah yang mengunjungi sejumlah kawasan yang hancur. Para sukarelawan meneriakkan slogan-slogan desakan agar para pejabat itu mundur dari jabatannya. (AFP/REUTERS)