Hamas Tembakkan Roket sebagai ”Pesan” untuk Israel
Hamas terus mengirimkan pesan kepada Israel melalui roket dan balon api yang diluncurkan. Hamas ingin Israel melonggarkan blokade agar bantuan finansial bisa masuk.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
JALUR GAZA, SELASA — Penguasa Jalur Gaza, Hamas, menembakkan sejumlah roket ke arah laut, Senin (10/8/2020), setelah terlibat baku tembak dengan Israel beberapa hari terakhir.
Sejumlah saksi mata di pantai melihat setidaknya ada delapan roket di udara yang mengarah ke Laut Tengah. Perairan tersebut saat ini ada dalam blokade Israel. Setidaknya, blokade itu telah berjalan selama lebih dari satu dekade terakhir.
Kementerian Dalam Negeri Palestina yang sejak tahun 2007 berada di bawah kendali Hamas menyebut penembakan itu sebagai ”tindakan perlawanan”.
Seorang sumber yang dekat dengan Hamas menginformasikan, roket-roket tersebut merupakan ”pesan” kepada Israel bahwa kelompok-kelompok di Gaza tidak akan ”tinggal diam” menghadapi blokade dan ”agresi” Israel. Penembakan roket hari Senin itu bertepatan dengan peluncuran balon api ke arah Israel.
Selama sepekan terakhir, balon api telah diterbangkan tiga kali dari Gaza ke Israel dan selalu memicu serangan balasan yang mengancam posisi Hamas. Salah satunya adalah ketika pada Minggu, 9 Agustus, militer Israel mengumumkan bahwa salah satu pesawat tempurnya telah menyerang pos pemantau Hamas di sebalah utara Gaza. Sejak tahun 2008, Hamas dan Israel telah terlibat tiga kali perang.
Meski telah ada gencatan senjata tahun lalu yang didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Mesir, dan Qatar, bentrokan sporadis antara Hamas dan Israel berulang terjadi. Hamas telah meluncurkan roket, mortir, dan balon api dari Gaza dan dibalas oleh serangan Israel.
Analis Palestina mengatakan, tembakan dari Gaza sering kali bertujuan untuk menekan Israel agar memberikan lampu hijau bantuan finansial dari Qatar untuk Gaza.
”Saya perkirakan tidak akan terjadi perang karena keduanya tidak menginginkan perang di tahap ini,” kata Jamal al-Fadi, Profesor Ilmu Politik di Al-Azhar University di Gaza.
”Roket-roket dan balon api itu adalah pesan dari Hamas untuk Israel agar meningkatkan ekonomi, melonggarkan blokade, dan menerapkan sebagian perjanjian yang dicapai oleh kedua pihak,” tambah Jamal.
Menurut Bank Dunia, sekitar 53 persen populasi Gaza hidup di bawah garis kemiskinan sebelum terjadi pandemi Covid-19. Angka itu bisa meningkat hingga 60 persen setelah pandemi terjadi.
Sejauh ini, 81 kasus Covid-19, termasuk satu kasus meninggal, telah dilaporkan Palestina. Setelah lima bulan menjalani karantina wilayah, kini sekolah-sekolah sudah dibuka kembali.
Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz mengatakan, dirinya akan ”senang melihat Gaza berkembang” dan warga Palestina di Gaza bisa bekerja di Israel.
”Namun, itu hanya bisa terjadi dengan satu syarat: bahwa anak-anak itu pulang,” lanjutnya.
Pernyataan Gantz itu mengacu pada jenazah dua prajurit Israel yang diyakini tewas selama perang tahun 2014 di Gaza dan tetap ditahan oleh Hamas. Selain itu, pernyataan tersebut kemungkinan juga mengacu pada dua warga sipil Israel yang kemungkinan ditahan Hamas setelah menyeberang ke Gaza lima tahun lalu.
Tahun 2011, prajurit Israel, Gilad Shalit, dibebaskan sebagai imbalan atas pembebasan lebih dari 1.000 warga Palestina yang ditahan Israel. (AFP/ADH)