Lonjakan Kasus Covid-19 Berpotensi Memicu Krisis Baru
Lonjakan kasus baru Covid-19 masih terjadi. Bahkan, negara yang sejak lama tidak melaporkan adanya kasus baru pun kini mengalami ledakan kasus baru.
Negara-negara yang selama ini dinilai berhasil mengendalikan Covid-19 kini menghadapi ledakan kasus baru. Situasi itu tidak saja memukul ekonomi, tetapi juga dapat menyebabkan sistem kesehatan kolaps.
SEOUL, SENIN — Pandemi Covid-19 masih jauh dari berakhir. Sejumlah negara yang selama ini berhasil mengendalikan pandemi Covid-19 kembali melaporkan ledakan kasus baru dalam beberapa hari ini sehingga otoritas menerapkan lagi karantina dan pembatasan yang lebih tegas. Situasi itu tidak saja membuat ekonomi terpukul, tetapi juga dapat menyebabkan sistem kesehatan kolaps.
Korea Selatan, Senin (17/8/2020), memperingatkan, penambahan 315 kasus positif Covid-19 dari kluster Gereja Sarang Jeil di Seoul, yang dipimpin pendeta Jun Kwang-hun, bisa menjadi krisis baru.
Jumlah ini merupakan yang terbanyak selama hampir enam bulan terakhir. Jun, menurut kantor berita Yonhap, positif Covid-19. Otoritas Korsel pun kembali menerapkan kebijakan pembatasan.
Terkait dengan ledakan kasus baru dari kluster gereja tersebut, otoritas kesehatan Korsel menghadapi masalah serius, yakni ketidakpatuhan warga terhadap protokol kesehatan.
Baca juga: Sekte Keagamaan Jadi Kluster Penyebaran Baru Korona di Korsel
Selain 315 yang teridentifikasi positif, ratusan jemaat lainnya dari gereja itu tidak mau menjalani tes Covid-19. Otoritas setempat di Seoul juga kesulitan melacak mereka karena daftar yang diberikan pemimpin gereja tidak sesuai atau palsu.
”Kami melihat situasi terbaru ini sebagai tahap awal dari penyebaran yang lebih luas,” kata Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Korsel (KCDC) Jeong Eun-kyeong dalam jumpa pers.
”Kita sedang menghadapi krisis yang jika tidak dikendalikan akan menyebabkan peningkatan jumlah kasus secara eksponensial, yang berpotensi menyebabkan sistem kesehatan kita kolaps dan dampak ekonomi yang besar.”
Kluster gereja
Menurut kantor berita AFP, Korsel melaporkan 197 kasus infeksi baru pada Senin, yang mayoritas berasal dari area metropolitan Seoul. Minggu (16/8/2020), KCDC melaporkan 279 kasus baru atau dua kali lipat dibandingkan dengan kasus baru pada Jumat (14/8/2020).
Sudah empat hari berturut-turut ledakan kasus baru bertahan pada angka tiga digit setelah beberapa minggu sebelumnya hanya 30-40 kasus infeksi baru per harinya.
Dalam beberapa bulan terakhir, Korsel, yang dinilai berhasil mengendalikan Covid-19, menghadapi lonjakan kasus infeksi secara sporadis yang persisten. Kini, total infeksi Covid-19 di Korsel sebanyak 15.515 kasus dengan 305 kematian. Ledakan kasus dalam empat hari terakhir terkait dengan kluster jemaat Gereja Sarang Jeil.
Sementara itu, Minggu, petugas menemukan 126 kasus positif di kalangan jemaat Gereja Woori Jeil di kota Yongin, Provinsi Gyeonggi, selatan Seoul. Awal Agustus ini, otoritas keamanan Korsel menangkap Lee Man-hee, pemimpin sekte Kristen lainnya, setelah dia diduga menyembunyikan informasi penting untuk melacak keberadaan anggota jemaatnya yang terinfeksi Covid-19.
Pemimpin Gereja Yesus Shincheonji di kota Gwacheon, Gyeonggi, itu diduga bertanggung jawab atas 5.200 anggotanya yang terpapar Covid-19.
Meski tidak menerapkan penutupan atau karantina wilayah, otoritas Korsel yang selama ini berhasil mengendalikan pandemi Covid-19 memerintahkan sekitar 3.400 anggota jemaat Gereja Sarang Jeil untuk mengarantina diri.
Sekitar satu dari enam anggota jemaat gereja yang dites sejauh ini positif dan mereka ”membutuhkan pengujian dan isolasi cepat” kata Wakil Menteri Kesehatan Kim Gang-lip.
Presiden Korsel Moon Jae-in telah memperingatkan, pemerintah akan mengambil tindakan tegas kepada pemimpin gereja dan pengikutnya yang dinilai tidak patuh dan menghalangi upaya pemerintah. Tindakan mereka dicap tidak masuk akal dan tidak bisa dimaafkan.
Tunda pemilu
Lonjakan kasus baru Covid-19 juga dilaporkan di kota Auckland, Selandia Baru, setelah lebih dari tiga bulan tidak ada kasus. Auckland dengan populasi 1,7 juta jiwa itu pun ditutup hingga 26 Agustus 2020.
Baca juga: Kasus Covid-19 Naik, Korea Selatan Perketat Protokol Kesehatan
Terkait kemunculan kasus baru itu, Perdana Menteri Jacinda Ardern menunda pemilihan umum. Semula, pemilu digelar pada 19 September 2020, lalu diundurkan ke 17 Oktober 2020. ”Akhirnya, 17 Oktober, memberikan waktu yang cukup bagi partai untuk merencanakan kampanye,” kata Ardern.
Lonjakan kasus itu bermula dari satu keluarga yang diketahui positif. Selama bergejala, mereka bepergian ke sejumlah kota. Kini terdapat 78 kasus aktif Covid-19 dengan 58 di antaranya terkait kluster keluarga di Auckland ini.
Kasus baru sekarang dilaporkan di tempat kerja, sekolah, rumah, dan tempat umum. Total terdapat 1.280 kasus Covid-19 dan 22 kasus meninggal di Selandia Baru.
Lihat juga: Kasus Covid-19 Bertambah, Selandia Baru Perpanjang Karantina Wilayah di Auckland
Selain itu, di Asia Tenggara, Filipina juga melaporkan tambahan 3.314 kasus baru Covid-19 dan 18 kasus meninggal kemarin. Total kasus Covid-19 di negara ini mencapai 164.474 kasus dengan 2.681 kasus meninggal.
Pemerintah Filipina tetap mempersalahkan warga yang tidak mematuhi protokol kesehatan setela pemerintah melonggarkan pembatasan.
Sementara Thailand menerapkan kebijakan yang ketat untuk mengendalikan pandemi, termasuk menerapkan jam malam. Juga melarang penjualan minuman keras, tetapi belum berhasil meredam Covid-19.
Di Asia Selatan, India melaporkan lonjakan kasus meninggal akibat Covid-19. Sejumlah 50.921 kasus meninggal dilaporkan India, Senin (17/8/2020). Kasus Covid-19 di India yang semula banyak terdapat di kota besar sekarang sudah menyebar hingga ke kota-kota kecil dan daerah perdesaan yang sistem pelayanan kesehatannya lemah dan stigma terhadap pasien Covid-19 masih sangat tinggi.
Dengan penambahan 50.921 kasus meninggal itu, India telah menyalip Inggris sebagai negara keempat dengan kasus meninggal tertinggi di dunia akibat Covid-19 setelah Amerika Serikat, Brasil, dan Meksiko. Namun, para ahli meyakini, jumlah kasus yang sebenarnya di lapangan melampaui angka itu.
Meski kasus meninggal akibat Covid-19 tinggi, Kemenkes India menyatakan, angka kematian di India yang 1,92 persen itu adalah salah satu yang terendah di dunia. ”Pelaksanaan tes yang agresif, penelusuran kontak yang komprehensif dan perawatan yang efisien telah berkontribusi pada pemulihan,” demikian pernyataan Kemenkes India.
Memukul ekonomi
Tidak hanya dampak kesehatan, Covid-19 juga telah memukul perekonomian banyak negara. Thailand dan Jepang, misalnya, melaporkan terjadinya kontraksi ekonomi yang sangat besar akibat pandemi ini. Jepang mengalami kontraksi secara tahunan 27,8 persen pada April-Juni tahun ini.
Kantor Kabinet Pemerintah Jepang melaporkan, produk domestik bruto (PDB) awal yang disusun secara kuartalan tercatat minus 7,8 persen. Media Jepang melaporkan, kontraksi ekonomi ini yang terburuk sejak Perang Dunia II.
Baca juga: Ekonomi Jepang Terkontraksi 27,8 Persen, Kontraksi Beruntun dalam Tiga Kuartal
Thailand juga mengalami kontraksi ekonomi secara tahunan 12,2 persen pada kuartal April-Juni 2020. Ini adalah kontraksi paling tajam sejak krisis keuangan melanda Asia akhir 1990-an.
Data Dewan Pembangunan Ekonomi dan Sosial Nasional Thailand melaporkan, pertumbuhan ekonomi turun 2 persen pada kuartal pertama 2020. Ini menunjukkan bahwa investasi, pembelanjaan konsumen, dan perdagangan mengalami kontraksi.
Data itu menggambarkan betapa aktivitas bisnis jauh merosot seiring dengan kebijakan Pemerintah Thailand yang melarang perjalanan internasional untuk mencegah penyebaran Covid-19 sampai saat ini. (AFP/AP/REUTERS)