Pada 2021, ASEAN-China akan memperingati 30 tahun hubungan kerja sama. Bagi Indonesia, kemitraan ASEAN-China akan terus kokoh selama dilakukan dengan menghormati hukum internasional.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
MANILA, JUMAT — Filipina mengirimkan nota protes ke China. Sebab, Beijing menyita peralatan tangkap milik nelayan Filipina di perairan sengketa.
Kementerian Luar Negeri Filipina menyatakan, Manila menolak keras upaya China menantang pesawat patroli Filipina. Dalam pernyataan pada Kamis (20/8/2020) malam, Manila memprotes peningkatan keagresifan China di perairan yang disengketakan dengan Filipina. Padahal, hubungan presiden kedua negara terus membaik dalam beberapa waktu terakhir.
Kemenlu Manila tidak menjelaskan kapan dan di mana pastinya penyitaan dilakukan China. Sejak 2012, Beijing mengklaim Karang Scarborough yang juga diklaim Manila dan dimasukkan dalam wilayah Provinsi Zambales. Manila menyikapi klaim Beijing dengan membawanya ke Mahkamah Arbitrase Permanen. Pada 2016, mahkamah memutuskan China tidak bisa mengklaim perairan di sekitar Laut China Selatan berdasarkan pulau hasil reklamasi. Beijing menolak keputusan itu.
Secara terpisah, pejabat Manila menutup toko komestik. Sebab, toko-toko itu menjual produk kecantikan yang kemasannya menyebut Manila sebagai salah satu provinsi China. Toko-toko yang ditutup itu dituding melanggar aturan usaha.
Wali Kota Manila Francisco Moreno meminta isu itu diselidiki. ”Tidak bisa diterima, saya bukan gubernur China,” ujarnya.
Isu di Filipina meruak setelah ketegangan di Laut China Selatan (LCS) sedikit mereda. Sepanjang Juli dan awal Agustus 2020, keadaan memanas karena latihan perang China dan Amerika Serikat dengan para sekutunya di sekitar LCS.
AS dan sekutunya secara terbuka menolak klaim China di LCS. Sejumlah pihak di Beijing menuding beberapa negara ASEAN memanfaatkan klaim Washington untuk menentang China. Tudingan itu dibantah karena penolakan AS baru disampaikan bulan lalu. Sementara negara-negara Asia Tenggara sudah menolak klaim China di LCS selama bertahun-tahun.
Saling menghormati
Dalam lawatan ke China, Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi menyampaikan pentingnya saling menghormati antara ASEAN dan China. Pesan itu disampaikan Retno kepada Menlu China Wang Yi, Kamis (20/8/2020).
Pada 2021, ASEAN-China akan memperingati 30 tahun hubungan kerja sama. Bagi Indonesia, kemitraan ASEAN-China akan terus kokoh selama dilakukan dengan menghormati hukum internasional, termasuk dalam pembahasan isu LCS.
ASEAN-China sedang membahas panduan tata perilaku di LCS. Seharusnya, pembacaan kedua atas naskah tunggal rancangan panduan itu dilakukan tahun ini. Pembatasan perjalanan lintas negara membuat pembacaan kedua tidak bisa dilakukan. Proses itu harus dilakukan lewat pertemuan tatap muka, tidak bisa melalui perundingan daring atau telekonferensi.
Belum diketahui kapan pembacaan kedua bisa dilakukan. Sebab, perjalanan lintas negara masih terus dibatasi. Indonesia mencoba memfasilitasinya dengan mendorong koridor antarnegara. Untuk tahap awal, koridor itu memungkinkan para pengusaha Indonesia dan pengusaha China, Uni Emirat Arab, dan Korea Selatan melakukan perjalanan lintas negara. Indonesia tengah berusaha menambah koridor dengan negara lain. (AP)