Lukashenko Tangkapi Lawan Politik, Menenteng Senapan Kalashnikov
Pemimpin petahana Belarus, Alexander Lukashenko, mulai menangkapi oposisi dan lawan-lawan politiknya. Pemenang Hadiah Nobel 2015, Svetlana Alexievich, juga diincarnya.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
MINSK, SELASA — Presiden Belarus Alexander Lukashenko meningkatkan tekanan terhadap lawan politik dan oposisi yang menentang hasil pemilu lalu. Sejumlah pemimpin aksi demonstrasi dan oposisi ditangkap.
Penangkapan lawan-lawan politik Lukashenko dimulai sejak Senin (24/8/2020). Sehari sebelumnya, presiden yang telah berkuasa 26 tahun dan dijuluki sebagai pemimpin otoriter terakhir di Eropa itu terlihat menenteng senapan jenis Kalashnikov saat menyapa polisi antihuru-hara di luar Istana Kemerdekaan di Minsk.
Hari itu terjadi unjuk rasa besar untuk menentang kepemimpinan Lukashenko karena selain dinilai otoriter, dia juga dituding oposisi telah melakukan kecurangan dalam pemilu. Pada pemilu presiden 9 Agustus lalu, Lukashenko menang telak atas penantangnya, tokoh oposisi Svetlana Tikhanovskaya.
Mereka yang ditangkap antara lain Sergei Dylevksy, pekerja pabrik dan pemimpin pemogokan pekerja, serta Olga Kovalkova, anggota staf tim kampanye Tikhanovskaya. Keduanya menghadapi tuduhan mengoordinasi pemogokan secara ilegal.
”Kami berada di bawah tekanan. Pagi tadi, dua anggota Presidium Dewan Koordinasi ditahan,” kata anggota presidium lainnya, Liliya Vlasova.
Sebuah video ponsel oleh seorang saksi mata yang diunggah oleh situs berita Tut.by memperlihatkan Dylevsky dan Kovalkova sedang digiring ke sebuah van polisi, disaksikan oleh pekerja berseragam dari pabrik traktor Belarus.
Selain Dylevsky dan Kovalkola, tiga orang ditahan oleh aparat keamanan di sela-sela demonstrasi oposisi yang berlangsung di ibu kota Belarus, Minsk.
Di kota industri Soligorsk, polisi menahan seorang pemimpin pemogokan di pabrik kalium Belaruskaly, Anatoly Bokun, dan seorang lainnya, Alexander Lavrinovich, di pabrik MZKT.
Vlasova menganggap tindakan otoritas keamanan melanggar hukum. Dylevsky dan Kovalkova adalah anggota Presidium Dewan Koordinasi yang berfungsi sebagai mediator antara oposisi dan pemerintah untuk transisi kekuasaan yang damai.
Penangkapan warga lainnya di dalam aksi juga bertentangan dengan kebebasan mengemukakan pendapat yang menjadi hak warga di negara yang demokratis.
”Kami menganggap tindakan pihak berwenang ini benar-benar melanggar hukum. Kami adalah negosiator,” kata Vlasova. Vlasova mengatakan penyelidik juga telah memanggil dirinya untuk dimintai keterangan seputar demonstrasi dan hubungannya dengan oposisi.
Pemerintahan Lukashenko tampaknya mengincar semua orang yang bersikap berbeda dengan mereka, terutama terkait penolakannya atas hasil pemilu yang membuat Lukashenko berkuasa untuk keenam kalinya di Belarus.
Tidak hanya warga biasa dan oposisi yang diincar, otoritas keamanan juga mengincar pemenang Hadiah Nobel Sastra, Svetlana Alexievich, serta mantan Menteri Seni serta diplomat Belarus, Pavel Latushko.
Komite Investigasi bentukan Lukashenko meminta keterangan dua tokoh itu terkait dukungan mereka pada oposisi.
Pemanggilan Alexievich, pemenang Hadiah Nobel tahun 2015, oleh Komite Investigasi banyak dipertanyakan karena meski mendukung oposisi dan merupakan anggota Presidium Dewan Koordinasi, dirinya belum pernah ikut serta dalam pertemuan-pertemuan kelompok oposisi.
Alexievich, dikutip dari The New York Times, selama beberapa bulan terakhir memilih berkegiatan di dalam rumah di tengah pandemi Covid-19.
Namun, dalam keterangannya, komite menyatakan, Alexievich akan diinterogasi sebagai saksi dalam penyelidikan kriminal terkait pembentukan dewan, dengan fokus pada dugaan seruan untuk merebut kekuasaan.
Dukungan terhadap oposisi
Tekanan Barat terhadap Belarus datang dari Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Stephen Biegun, yang terbang ke Lituania untuk bertemu dengan pemimpin oposisi Belarus, Tikhanovskaya.
Biegun mengatakan, tindakan Lukashenko dan aparat keamanan yang menahan lebih dari 7.000 warga yang berdemonstrasi damai merupakan pelanggaran dan kebrutalan.
Biegun mengecam tindakan otoritas keamanan Belarus sebagai sebuah pelanggaran hak asasi manusia dan kebrutalan. Dia juga menekankan, Pemerintah AS menginginkan rakyat Belarus bisa menentukan masa depan mereka sendiri.
Seruan serupa datang dari Menlu Jerman Heiko Maas ketika berkunjung ke Ukraina. Maas mendesak Lukashenko untuk tidak melakukan kekerasan dan menghormati hak-hak para pengunjuk rasa.
Lukashenko, sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin, dalam seruan yang dikeluarkan kantor berita Belarus, Belta, menyatakan negara itu tidak akan goyah. (AFP/CAL)