Yang Tersisa dari Keputusan Gamang, Dalang Pembunuhan Hariri Tidak Tersentuh Hukum
Lalu lintas telekomunikasi para pelaku pemboman Rafik Hariri mengarahkan Kapten Wissam Eid pada kelompok Hezbollah.
Oleh
Mahdi Muhammad
·5 menit baca
Lebih dari 15 tahun, rakyat Lebanon menunggu pembacaan putusan pengadilan khusus yang bisa mengungkap dalang pembunuhan mantan Perdana Menteri Rafik Hariri, 14 Februari 2005. Putusan itu semula diharapkan menjadi kabar gembira bagi rakyat Lebanon yang tengah dirundung duka akibat ledakan besar di pelabuhan dan kondisi ekonomi politik negara yang tidak menentu. Namun, putusan pengadilan khusus kasus Hariri di Leidschendam, dekat Den Haag, Belanda, Selasa (18/8/2020), menjadi antiklimaks.
Tiga dari empat terdakwa, yakni Hussein Hassan Oneissi, Assad Hassan Sabra, dan Hassan Habib Merhi, justru dinyatakan bebas oleh majelis hakim karena kurangnya bukti. Satu orang sempat didakwa dan diduga menjadi otak rencana pembunuhan Rafik Hariri, yaitu Mustafa Bedredine, seorang pemimpin militer Hezbollah yang tewas dalam serangan udara pada 2016.
Satu-satunya yang dinyatakan bersalah adalah Salim Jami Ayyash, perantara atau penghubung antara pelaksana lapangan dan orang yang diduga menjadi dalang. Putusan itu tidak mengungkap siapa dalang atau otak di balik pembunuhan Hariri.
Pembunuhan itu diyakini diorkestrasi oleh kekuasaan yang lebih tinggi. Ayyash, anggota kelompok Hezbollah, diyakini hanya sebagai pelaksana di lapangan bersama beberapa orang, termasuk pelaku, yang hingga vonis dibacakan tidak diketahui nama dan asal-usulnya.
Majelis hakim yang dipimpin David Re juga menyatakan, pengadilan tidak memiliki cukup bukti bahwa Hezbollah terlibat dalam pembunuhan itu meski memiliki motif.
Putra Hariri, Saad Hariri, yang hadir dalam pembacaan vonis itu menerima putusan itu. Berbeda dengan pandangan majelis hakim, Saad, yang juga merupakan mantan PM Lebanon, melihat bahwa Hezbollah terlibat dalam pembunuhan ayahnya, 15 tahun lalu. Dia mendesak Hezbollah mulai berkaca dan membuat pengorbanan. Tidak dijelaskan apa yang dimaksud Saat dengan pengorbanan itu.
Rakyat kecewa
Samira dan Mahmoud Eid, dua warga Lebanon, sama seperti Saad dan rakyat Lebanon umumnya, menanti putusan pengadilan di Den Haag, Belanda, yang sudah ditunggu-tunggu selama 15 tahun lebih. Vonis yang hanya menyatakan satu orang dari empat atau bahkan lima terdakwa bersalah membuat mereka frustrasi dan kecewa.
”Kami menerima putusan ini. Kami ingin mengetahui siapa pembunuh sebenarnya. Tapi kami lebih berharap bisa mengetahui siapa yang menjadi dalang, mengorkestrasi pembunuhan ini,” kata Samira dan Mahmoud.
Pernyataan keduanya dapat mewakili perasaan sebagian terbesar warga Lebanon yang menginginkan terungkapnya dalang pembunuhan Hariri. Sosok Hariri yang pernah memimpin Lebanon pada 1992-1998 dan 2000-2004 dan membangun kembali negara yang porak poranda akibat perang membuat vonis ini menjadi sebuah penantian yang panjang.
Apalagi, dana ratusan juta dollar AS telah dikucurkan Pemerintah Lebanon, berkat bantuan Arab Saudi, yang digunakan untuk penyelidikan hingga operasionalisasi persidangan.
Samira dan Mahmoud pun menaruh harapan bahwa hasil kerja putra mereka, Kapten Wissam Eid, selama bertahun-tahun, tidak sia-sia untuk mengungkap siapa dalang di balik pembunuhan Rafik Hariri.
”Wissam telah mempertaruhnya jiwanya untuk penyelidikan kasus ini. Bila dia masih hidup, dia akan bisa membantu menggali lebih dalam penyelidikan dan peradilan kasus ini. Hal yang dia temukan, tidak diragukan lagi,” kata Mahmoud, dikutip dari laman Foreign Policy.
Wissam baru berusia sekitar 30 tahun ketika bom mobil menewaskannya di sebuah jalan raya yang mengarah ke luar Kota Beirut, Jumat (25/1/2008). Ledakan itu menewaskan 10 orang termasuk Wissam dan pengawalnya. Ledakan meninggalkan sebuah lubang berdiameter 2 meter dengan kedalaman 3 meter di lokasi ledakan.
Ledakan yang menewaskan Wissam adalah upaya pembunuhan kedua setelah upaya pertama, tahun 2006, gagal. Wissam, yang berpangkat kapten ketika peristiwa itu terjadi, merupakan perwira penyidik pengganti di dalam penyelidikan kematian Rafik Hariri.
Penyidik sebelumnya, Samir Shehadeh, ditarik keluar dari tim investigasi setelah menderita luka parah ketika sebuah bom meledak tidak jauh dari lokasinya berjalan. Diduga bom tersebut juga mengincar Shehadeh.
Menggantikan posisi Shehadeh sebagai perwira penyelidik, Wissam dinilai berhasil ”memecahkan” kasus pembunuhan Rafik Hariri yang sempat tersendat penyelidikannya pembentukan tim investigasi, tidak lama setelah pembunuhan itu terjadi.
Berbekal hal yang sederhana, kertas kerja Microsoft Excel dan data mentah komunikasi dari beberapa penyedia jasa layanan telekomunikasi serta ketekunan mengamati data, Wissam mengidentifikasi pola kerja telepon yang digunakan oleh para terduga pelaku. Termasuk komunikasi antara Ayyash dan Mustafa Bedredin, salah satu komandan militer Kelompok Hezbollah.
Dikutip dari The New York Times, Wissam melacak komunikasi yang terjadi di antara para pelaku setidaknya sejak Oktober 2004 setelah Rafik Hariri mundur dari jabatannya sebagai PM Lebanon.
Hasil penyelidikannya berdasarkan data mentah komunikasi itu menunjukkan bahwa para pelaku mengintai Rafik Hariri siang dan malam selama 24 jam. Komunikasi di antara para pelaku hanya terhenti jika Rafik sedang berada di luar negeri. Setibanya kembali di Beirut, jaringan komunikasi antarpelaku kembali aktif.
Temuan-temuan Wissam semakin mendekatkan dirinya dengan para petinggi Hezbollah. Salah satunya Medredine yang menggunakan nama samaran Sami Issa, salah satu komandan satuan tempur Hezbollah, yang juga menjadi incaran Israel. Semakin dalam menggali, Wissam pun mulai mendapat intimidasi dan teror, termasuk teror pembunuhan yang mengancam tidak hanya dirinya, tapi juga keluarganya.
Hasil investigasi yang cukup komplet itu diserahkan kepada tim investigasi PBB. Namun, sempat mengendap selama setahun sebelum dibuka tahun 2007. Setelah itu, Wissam berkomunikasi aktif dengan tim PBB sebelum bom merenggut nyawanya tahun 2008.
Samira dan Mahmoud meyakini jika pengadilan khusus itu bisa mengungkap dalang pembunuhan Hariri, dalang pembunuhan putra mereka juga akan terungkap. Namun, harapan itu jauh panggang dari api. Mereka meyakini, keadilan hanya bisa ditegakkan apabila orang-orang yang berada di balik pembunuhan Hariri dan putra mereka dihukum.
”Keadilan hanya bisa ditegakkan jika orang-orang yang merencanakan pembunuhan itu dihukum. Keadilan tidak bisa tegak jika hanya orang-orang yang menjadi alat, kaki tangan, yang harus menjalani hukuman,” kata dua warga Lebanon tersebut.