Soroti Penegakan Hukum, Konvensi Republik Tak Singgung Kekerasan Polisi
Selama empat hari Partai Republik berusaha meyakinkan rakyat bahwa Presiden AS Donald Trump adalah pemimpin yang stabil dan mulus menjalankan kepemimpinannya meski AS diterjang berbagai krisis.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
BALTIMORE, KAMIS — Pada hari keempat Konvensi Partai Republik, Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence menekankan isu penegakan hukum dengan membela aparat hukum. Namun, ia tanpa menyinggung sama sekali kasus-kasus kebrutalan polisi terhadap warga Afrika Amerika yang terjadi tahun ini.
Pence justru menyalahkan para pemimpin dari Partai Demokrat yang dianggap membiarkan pelanggaran-pelanggaran hukum terjadi di banyak daerah.
Ketika berbicara di konvensi, Rabu (26/8/2020) malam, Pence lebih banyak menyerang balik calon presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden, yang pada Konvensi Demokrat mengatakan ada bias terhadap warga kulit hitam dan rasisme sistemik di AS.
”Rakyat AS tidak akan aman hidup di AS yang dipimpin Joe Biden. Gejolak kekerasan yang sekarang terjadi harus dihentikan seperti di Minneapolis, Portland, dan Kenosha,” kata Pence.
Dalam pidatonya selama 37 menit, Pence sama sekali tidak menyebut nama Jacob Blake, warga kulit hitam yang ditembak tujuh kali dari belakang oleh polisi di Kenosha, Wisconsin.
Pence juga tidak menyinggung George Floyd, Breonna Taylor, ataupun warga kulit hitam lainnya yang tewas di tangan polisi pada tahun ini.
Selama empat hari Partai Republik berusaha meyakinkan rakyat bahwa Presiden AS Donald Trump adalah pemimpin yang stabil dan mulus menjalankan kepemimpinannya meski AS diterjang berbagai krisis seperti demonstrasi dan pandemi Covid-19 yang menewaskan lebih dari 1.000 orang dalam satu hari saja.
Bela Trump
Berbagai persoalan darurat yang menumpuk dan terjadi bersamaan seperti kesehatan, ekonomi, lingkungan, dan sosial membuat tim kampanye Republik sulit menentukan bentuk dan isi kampanye. Padahal, hari pemilihan tinggal 10 minggu lagi.
Pence memanfaatkan kesempatan berpidato di konvensi untuk menunjukkan kesetiaannya pada Trump. Salah satunya dengan membela penanganan pandemi pemerintah.
Pence yang juga Ketua Gugus Tugas Virus Korona Gedung Putih itu juga sempat mengeluarkan pernyataan yang mencoba menenangkan dan menyemangati warga yang akan terdampak badai Laura yang semakin mendekat.
”Ini badai yang besar. Kami minta semua warga yang berada di daerah yang akan dilewati badai ini untuk mematuhi otoritas lokal dan negara bagian. Jaga diri dan kami akan tetap membantu apa pun,” kata Pence.
Memosisikan diri sebagai calon potensial pengganti Trump pada 2024, Pence tak hanya membuat pernyataan-pernyataan yang menyerang Biden, tetapi juga memberikan gambaran optimistis masa depan AS.
Tanpa masker
Setelah Pence selesai berpidato, Trump tiba-tiba muncul dan menyapa para pendukungnya yang mayoritas tidak mengenakan masker. Ini kontras dengan Konvensi Partai Demokrat, pekan lalu, yang dilakukan secara virtual.
Joe Biden dan calon wakil presiden Kamala Harris membatalkan rencana ke Wisconsin karena alasan Covid-19 dan akhirnya menyampaikan pidato di sebuah gedung pertemuan yang nyaris kosong.
Biden dan Harris mengenakan masker dan menjaga jarak dari kerumunan ketika mereka ikut menonton kembang api di Delaware di akhir konvensi.
Sementara saat konvensi Republik, hanya sedikit orang yang memakai masker di tempat konvensi yang diadakan di monumen nasional Benteng McHenry National Monument di Baltimore, Maryland. Trump, Melanie Trump, Pence dan istrinya, Karen, juga tidak memakai masker.
Padahal tim medis Gedung Putih mengimbau agar masker selalu dipakai dan menjaga jarak fisik. Trump dan Pence secara rutin menjalani tes Covid-19, begitu pula dengan staf dan wartawan yang bekerja di lingkungan Gedung Putih.
Selain Pence, tidak ada nama besar lain yang menjadi pembicara di konvensi itu. Para pembicara lain di konvensi itu memperkuat pesan hukum dan ketertiban Trump sambil memperingatkan, jika memilih Biden, maka akan menyebabkan kekerasan di kota-kota hingga pinggiran kota.
Kampanye Trump yakin sikap agresifnya akan membantu Republik memenangkan hati perempuan di pinggiran kota meski akan berisiko mengurangi jumlah pemilih kulit hitam.
Fokus kampanye Trump pada penegakan hukum dan ini ditekankan selama satu pekan untuk memotivasi basis politiknya, tetapi tidak menarik pemilih moderat. Yang terjadi malah hampir semua pembicara konvensi Republik hanya fokus pada Trump dan tidak menyinggung pergulatan partai untuk melindungi kursi mayoritas mereka di Senat atau upaya menggalang suara untuk DPR.
”Ini bukan konvensi partai, tetapi konvensi Trump. Kalau Republik kehilangan Senat saat November mendatang, ini karena kita tidak memanfaatkan konvensi ini dengan baik,” kata ahli strategi Republik dan mantan staf Kongres yang menentang Trump, Rory Cooper. (REUTERS/AFP/AP)