Israel Siapkan Karpet Merah Membalas Uni Emirat Arab
Delegasi Israel mendapat sambutan hangat dan meriah ketika tiba di Abu Dhabi. Isu Palestina menjadi terpinggirkan.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
Ketika turun dari pesawat di Bandara Abu Dhabi, ibu kota Uni Emirat Arab, Senin (31/8/2020), delegasi Amerika Serikat dan Israel melangkah di atas karpet merah. Di ujung karpet, sejumlah pejabat tinggi setempat yang mengenakan pakaian putih tradisional menyambut mereka dengan senyum lembut.
Sebagian pejabat Uni Emirat Arab (UEA) bahkan mengenakan kippah, penutup kepala ala Yahudi, untuk menyambut rombongan yang dipimpin penasihat senior Gedung Putih, Jared Kushner, itu. Dia didampingi Penasihat Keamanan Nasional AS Robert O’Brien dan Penasihat Keamanan Israel Meir Ben Shabbat. Ketika berbicara, mereka pun berdiri di atas karpet merah, tak jauh dari pesawat El Al Israel yang membawa rombongan dari Tel Aviv.
Agen rahasia AS, agen keamanan domestik Israel, dan rombongan jurnalis juga ikut serta dalam penerbangan itu. ”Ini adalah pesan koeksistensi, hidup berdampingan secara damai. Ini adalah pesan kebersamaan dan toleransi di kawasan,” kata Jamal Al-Musharakh, diplomat senior Kementerian Luar Negeri UEA.
Ia menambahkan, kawasan Timur Tengah sudah terlalu banyak konflik. Normalisasi hubungan UEA dan Israel adalah saat yang tepat untuk menjalankan cara dan strategi yang tepat serta berkelanjutan untuk masa depan yang lebih baik. Dalam waktu kurang dari 24 jam di lapangan, delegasi pertama Israel ini menerima sambutan hangat yang beberapa pekan lalu hampir tidak terpikirkan bisa dinikmati.
Pejabat Israel dan jurnalis diajak berkeliling ke sejumlah lokasi di Abu Dhabi. Mereka melihat-lihat bangunan modern dan gedung pencakar langit nan glamor bersanding dengan bangunan bersejarah di iklim terik yang menyengat.
Tuan rumah yang ingin meninggalkan kesan mendalam pada delegasi Israel juga mengatur perjalanan pribadi ke Museum Louvre Abu Dhabi di pulau reklamasi, Saadiyat.
Mereka juga diajak ke lokasi yang akan menjadi Rumah Keluarga Ibrahim (Abrahamic Family House), kompleks antaragama, multiagama, yang sedang dalam pembangunan. Di dalam sana nanti akan berdiri masjid; gereja; dan sinagoga, rumah ibadah Yahudi terbesar dan termahal di dunia.
Pada malam hari, rombongan dijamu dengan makan malam keakraban yang mewah dengan menu lokal. Para pejabat senior UEA lebih banyak berbincang tentang hal-hal informal, termasuk anekdot tentang negara, pemerintahan, dan bahkan kehidupan pribadi mereka yang jarang diceritakan.
Bagi para jurnalis Israel, kunjungan itu menawarkan kursus kilat tentang budaya dan keramahan UEA serta jendela yang sangat singkat ke sebuah negara yang telah lama misterius dan tidak dapat diakses warga Israel.
Seorang jurnalis Israel HaYom, Ariel Kahana, mengatakan, pengalaman kali ini berbeda dengan pengalaman penerbangan diplomatik Pemerintah Israel yang lain.
”Penerbangan ini menggarisbawahi sebuah terobosan besar antara UEA dan Israel. Fakta bahwa simbol Israel, Bintang Daud, bisa terbang melintas wilayah Arab Saudi dan tiba di tanah Arab adalah perubahan yang sangat besar dalam hubungan bangsa Arab dan Israel,” katanya kepada Times of Israel.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, pemerintahannya telah mengundang Pemerintah UEA untuk melakukan kunjungan balasan ke Israel. ”Kami akan menyambut mereka dengan membentangkan karpet merah, seperti menyambut delegasi kami,” kata Netanyahu.
Setelah delegasi AS-Israel meninggalkan Abu Dhabi, Al-Musharakh berkomentar tentang Palestina dan posisinya terkait normalisasi hubungan Israel-UEA. Katanya, UEA tetap berkomitmen dan bersolidaritas dengan perjuangan Palestina dan saat yang sama bergerak bersama Israel.
Pemerintah Palestina merasa dikhianati oleh UEA. Namun, UEA menilai langkah yang mereka lakukan sudah tepat karena normalisasi itu memaksa Israel menghentikan rencana pencaplokan wilayah Tepi Barat Palestina. (AP/AFP)