ASEAN Diingatkan untuk Terus Jaga Stabilitas dan Perdamaian Kawasan
ASEAN diingatkan untuk terus berkontribusi aktif dan mempromosikan perannya dalam upaya memelihara perdamaian dan keamanan internasional. Tantangan terhadap keamanan dan stabilitas kawasan Asia Tenggara selalu ada.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
HANOI, RABU — Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara atau ASEAN diingatkan untuk terus berkontribusi aktif dan mempromosikan perannya dalam upaya memelihara perdamaian dan keamanan internasional. Tantangan terhadap keamanan dan stabilitas kawasan Asia Tenggara selalu ada, termasuk faktor-faktor yang mengancam perdamaian, stabilitas, keamanan, keselamatan, serta kebebasan navigasi dan penerbangan di Laut China Selatan (LCS).
Hal itu dinyatakan Wakil Perdana Menteri yang juga Menteri Luar Negeri Vietnam Pham Binh Minh dalam pidato pembukaan Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN Ke-53 di Hanoi, Vietnam, Rabu (9/9/2020). Pertemuan itu ditunda selama sebulan dan diadakan secara virtual karena berlanjutnya risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19.
Delegasi Pemerintah Republik Indonesia dipimpin Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, yang mengikuti pertemuan itu dari Jakarta. Para menlu 10 negara anggota ASEAN juga dijadwalkan menggelar pertemuan dengan para mitra ASEAN, termasuk Amerika Serikat dan China. Ketegangan di LCS cenderung meningkat di tengah persaingan antara Washington dan Beijing.
”ASEAN akan terus mempertahankan prinsip-prinsipnya, menekankan sikap untuk menahan diri, penyelesaian damai semua sengketa berdasarkan hukum internasional, termasuk UNCLOS 1982, mempromosikan dialog, memperkuat upaya membangun kepercayaan, non-militerisasi, dan menahan diri dari situasi yang rumit,” kata Pham dalam pernyataannya.
”ASEAN akan terus mempromosikan implementasi DOC (Deklarasi Tata Berperilaku) secara penuh dan serius dan akan berupaya untuk merumuskan COC (Kode Tata Berperilaku) yang efektif dan substantif sesuai dengan hukum internasional dan UNCLOS 1982.”
Pham mengakui bahwa aneka tantangan di kawasan Asia Tenggara selalu ada. Tantangan itu mencakup kondisi keamanan dan stabilitas kawasan. Hal yang sama terkait juga faktor-faktor yang mengancam perdamaian, stabilitas, keamanan, keselamatan, dan kebebasan navigasi dan penerbangan di kawasan LCS. Ia menegaskan bahwa kawasan LCS adalah jalur komunikasi penting yang menghubungkan Asia Tenggara dengan dunia.
Sengketa teritorial di LCS menjadi salah satu isu pelik dalam agenda pertemuan kali ini. Sengketa di LCS melibatkan China, Taiwan, dan empat anggota ASEAN, yakni Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, dan Vietnam.
Isu AS-China
Pada bulan Juli, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyatakan bahwa Washington menganggap hampir semua klaim maritim China di wilayah lepas pantai yang disengketakan di luar perairan yang diakui secara internasional itu tidak sah. Meskipun tetap netral dalam sengketa teritorial, pemerintahan Trump pada dasarnya berpihak pada empat negara pengklaim di ASEAN.
China menuduh AS menyebarkan perselisihan di wilayah strategis itu. Pada bulan lalu militer China dilaporkan melakukan uji tembak dua rudal di LCS selama latihan.
Pompeo dan mitranya dari China, Wang Yi, telah mengonfirmasi partisipasi mereka pada Forum Regional ASEAN, salah satu pertemuan dalam rangkaian AMM, pada Sabtu (12/9/2020) mendatang.
Wakil Menteri Luar Negeri Vietnam Nguyen Quoc Dung mengatakan kepada wartawan awal pekan ini bahwa pembicaraan akan terus fokus pada tanggapan regional terhadap pandemi dan cara-cara untuk membantu negara-negara anggota pulih secara ekonomi. Pandemi Covid-19 telah menghancurkan industri manufaktur, ekspor, perjalanan, dan pariwisata di Asia Tenggara dan memicu resesi ekonomi terburuk dalam beberapa dekade di kawasan berpenduduk 650 juta orang itu.
Negara-negara Asia Tenggara telah terkena dampak pandemi secara beragam. Filipina, misalnya, bergulat keras dengan lebih dari 240.000 kasus terkonfirmasi Covid-19 dengan 4.000 kematian warganya. Adapun Laos sejauh ini hanya melaporkan 22 kasus terkonfirmasi penyakit itu. Jumlah kasus positif Covid-19 di Filipina dan Indonesia lebih dari dua kali lipat infeksi yang dilaporkan di China, tempat wabah Covid-19 pertama kali merebak pada akhir tahun lalu.
Proyek utama ASEAN terkait Covid-19 adalah membentuk dana tanggap darurat Covid-19 guna membantu negara-negara anggotanya membeli persediaan medis dan alat pelindung diri. Thailand telah berjanji untuk menyumbang 100.000 dollar AS. Negara-negara mitra ASEAN, termasuk China, Jepang, dan Korea Selatan, diharapkan mengumumkan kontribusi tersebut.
Upaya penyediaan peralatan medis regional juga telah disetujui. Studi atas biaya dari Jepang akan digelar untuk meneliti kemungkinan mendirikan pusat darurat kesehatan masyarakat ASEAN. (AP)