China Mencari Gara-gara dengan Latihan Terbang Dekat Taiwan
Kementerian Pertahanan Taiwan memperingatkan China untuk tidak menghancurkan perdamaian kawasan regional dengan memancing keributan di wilayah Selat Taiwan.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
TAIPEI, KAMIS — Selama dua hari berturut-turut, pesawat jet tempur China terbang mendekati wilayah Taiwan. Kementerian Pertahanan Taiwan memperingatkan China untuk tidak menghancurkan perdamaian kawasan regional dengan memancing keributan di wilayah Selat Taiwan. China yang mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya itu kerap menggelar latihan militer dan sengaja mendekati wilayah Taiwan.
Kementerian Pertahanan Taiwan, Kamis (10/9/2020), menyebutkan pesawat-pesawat China yang mendekati Taiwan itu diidentifikasi, antara lain, pesawat jet Su-30 dan pesawat pengangkut Y-8. ”Kami meminta Partai Komunis China untuk tidak menghancurkan perdamaian dan stabilitas regional lagi,” sebut pernyataan tertulis Kementerian Pertahanan Taiwan.
Mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, pesawat-pesawat tempur Taiwan segera mencegat pesawat-pesawat China. Taiwan berulang kali protes kepada China, tetapi tidak didengarkan dan malah semakin rutin mengadakan latihan militer di tengah-tengah pandemi Covid-19. Beijing berkilah latihan militer itu hal biasa dan diperlukan untuk mempertahankan kedaulatan wilayah.
Harian Taiwan, Liberty Times, menyebutkan Taiwan sudah memberikan 24 kali peringatan secara lisan kepada pesawat-pesawat China itu melalui komunikasi radio. Peringatan untuk putar balik itu dikeluarkan karena pada saat yang bersamaan Taiwan sedang menguji lima senjata di wilayah pesisir selatan dan timur.
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen memperingatkan adanya risiko konflik yang bisa secara tidak sengaja terjadi di wilayah Laut China Selatan dan sekitar Taiwan. Untuk mengantisipasi konflik dan salah paham, kedua belah pihak harus tetap menjaga komunikasi.
Aliansi
Tsai Ing-wen mengajak negara-negara demokratis untuk melawan upaya China memperluas wilayahnya. Untuk bisa mempertahankan kebebasan, kemerdekaan, hak asasi manusia, dan demokrasi, dibutuhkan kerja sama. Ia tidak secara langsung menyebut China, tetapi semua sudah bisa menduga China yang dimaksud.
Ketika berpidato di forum keamanan Asia Pasifik, Selasa lalu, di Taipei, ia berjanji suatu saat nanti bisa mempertahankan demokrasi dari agresi rezim otoriter. Tsai menganggap Taiwan sebagai negara berdaulat, tetapi tidak secara formal menyatakan merdeka. Sejak Tsai mulai berkuasa pada 2016, China semakin menekan Taiwan. Apalagi sejak Tsai tidak mau mengakui Taiwan sebagai bagian dari China.
”Sudah saatnya negara-negara demokratis bersatu untuk menjaga tatanan dari tindakan-tindakan agresif. Dengan aliansi, nilai-nilai kebebasan, keamanan, HAM, dan demokrasi bisa kita jaga,” kata Tsai.
Untuk memperkuat aliansi, perlu ada integrasi ekonomi agar tidak tergantung pada negara yang tidak memiliki nilai dan kepercayaan yang sama. Bulan lalu, militer China menembakkan rudal ke arah Laut China Selatan yang juga diklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya. China sering marah dan melakukan tindakan memancing persoalan jika ada negara yang mengakui kedaulatan Taiwan atau sekadar bekerja sama dengan Taiwan. Salah satu contohnya adalah ketika ketua senat Republik Ceko berkunjung ke Taiwan, pekan lalu. (REUTERS/AFP)