Tunda Uji Vaksin akibat Penyakit Misterius, Saham AstraZeneca Menurun
Tim pemeriksa independen akan menelaah laporan sukarelawan uji coba vaksin menderita gangguan saraf. Tim akan mencari tahu kaitan penyakit itu dengan proses uji coba vaksin
Oleh
Kris Mada
·4 menit baca
LONDON, KAMIS —Saham AstraZeneca turun hingga 6 persen setelah perusahaan itu mengumumkan penundaan uji klinis calon vaksin Covid-19. Perusahaan itu masih menyelidiki laporan sukarelawan uji coba yang terkena penyakit misterius setelah disuntik calon vaksin perusahaan ini.
Di bursa New York, saham perusahaan itu turun hingga 6 persen pada perdagangan Rabu (9/9/2020). Saham anak usaha AstraZeneca, AstraZeneca Pharma India, malah anjlok hampir 6 persen di bursa India.
Memang, pada penutupan perdagangan Rabu, harga AstraZeneca di bursa New York kembali membaik hampir 0,5 persen.
Penurunan harga saham menyusul keputusan perusahaan farmasi itu menunda kelanjutan uji klinis calon vaksin Covid-19. Dalam pernyataan resminya, AstraZeneca menyebut penundaan itu sebagai langkah rutin untuk memastikan keamanan secara menyeluruh.
Penundaan untuk memberi waktu kepada penilai independen memeriksa laporan sukarelawan uji klinis yang menderita penyakit misterius. Dalam data awal, ada sukarelawan yang menunjukkan gejala gangguan saraf.
Perusahaan itu menerima 1,2 miliar dollar AS dari Washington untuk pengembangan vaksin Covid-19. Direktur Institut Kesehatan Nasional AS Francis Collins mengatakan, sedang ada penyelidikan untuk untuk mengetahui apakah ada sukarelawan lain yang punya gejala sejenis.
Pengumuman penundaan terjadi beberapa hari selepas Washington menyatakan vaksinasi Covid-19 akan digelar mulai 1 November 2020.
Pemeriksaan juga sedang dilakukan oleh Inggris. London ingin menentukan kapan uji klinis bisa dilanjutkan. ”Orang sakit karena berbagai faktor dan tim akan menelaah apakah penyebab penyakit orang ini dan apakah berkaitan dengan (uji coba) vaksin,” kata Pemimpin Komunitas Imunologi Inggris Doug Brown.
Seperti AS, Inggris juga ikut mendanai pengembangan vaksin oleh AstraZeneca. Perusahaan itu menggandeng perguruan tinggi Inggris, Oxford University, dalam proses pengembangan calon vaksin Covid-19.
Calon vaksin Oxford-AstraZeneca salah satu yang sudah memasuki tahap lanjut pengembangan vaksin. Sejumlah perusahaan lain di Asia dan Eropa juga telah memasuki tahap lanjut pengembangan vaksin Covid-19.
Sementara Sinovac telah menyuntikkan ribuan dosis vaksin kepada para tenaga medis dan tentara yang membantu menangani pasien Covid-19 di China. Perusahaan farmasi China lainnya, Sinopharm, bersiap mengirimkan vaksin Covid-19 bagi para diplomat China di banyak negara.
Sementara enam negara yang ditinggali hampir 1 miliar Muslim telah menggandeng Sinovac dan Sinopharm untuk mengembangkan vaksin Covid-19. Turki, Mesir, Pakistan, Bangladesh, Indonesia, Jordania, dan Uni Emirat Arab menggandeng kedua perusahaan itu. Bahkan, Mesir dan Indonesia ingin jadi produsen vaksin-vaksin tersebut.
Sementara India, yang dihuni hampir 190 juta Muslim, menggandeng AstraZeneca. Meski AstraZeneca telah mengumumkan penundaan uji coba, New Delhi memutuskan uji klinis calon vaksin jalan terus.
India kini berkejaran dengan waktu untuk menemukan vaksin dan obat penyakit itu. Lebih dari 4 juta orang di India terinfeksi Covid-19.
Meremehkan
Dari Washington dilaporkan, Presiden AS Donald Trump akhirnya mengakui telah meremehkan Covid-19. Pada awal masa pandemi, Trump bolak-balik menyatakan Covid-19 tidak lebih parah dari influenza dan keadaan dapat dikendalikan. Hal itu terungkap dalam wawancara Trump dengan jurnalis senior Bob Woodward.
Trump menyebut hal itu sebagai upaya menyemangati dan menenangkan warga. Ia mengakui sengaja melakukan untuk untuk menekan bahaya. ”Saya ingin ini direndahkan. Saya tidak mau menimbulkan kepanikan,” ujarnya seraya mengakui virus itu berbahaya.
Pengakuan itu serta-merta memicu kemarahan Demokrat. ”Dia berbohong kepada warga AS. Dia tahu dan sengaja berbohong tentang ancaman pada negara ini selama berbulan-bulan. Kala penyakit ini menyebar, dia gagal melakukan tugasnya secara sengaja. Ini pengkhianatan,” kata calon Presiden AS dari Demokrat, Joe Biden.
AS kini jadi negara terbanyak untuk jumlah infeksi dan kematian akibat Covid-19. Lebih dari 6 juta orang terinfeksi dan hampir 200.000 tewas akibat Covid-19 di AS.
”Ini kenyataan yang menyakitkan, presiden berbohong dan orang tewas. Saya marah. Berapa banyak orang akan hidup jika dia tidak berbohong?” kata Ketua Fraksi Demokrat di Senat AS Chuck Schumer.
Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengatakan, pengakuan Trump kepada Woodward tersebut menunjukkan ketidakpercayaan pada ilmu pengetahuan. ”Dia sebenarnya mau mengatakan, saya tidak mau orang berpikir hal seperti ini terjadi di masa jabatan saya jadi saya tidak akan menarik perhatian soal itu,” ujarnya.
Pejabat urusan media pada Gedung Putih, Kayleigh McEnany, menyangkal Trump berbohong. ”Presiden menunjukkan ketenangan dan tindakannya mencerminkan itu,” ujarnya.
Ia menyebut Trump menangani Covid-19 secara serius. Sejak 31 Januari 2020, Trump memberlakukan larangan perjalanan dari dan ke China. Trump juga mengucurkan miliaran dollar AS untuk pengembangan calon vaksin dan obat Covid-19. (AP/REUTERS)